10- Kejadian Di Perjalanan

142 122 60
                                    

Selama setengah jam, mereka berdua itu sama sekali diam dalam perjalanan. Hening, tanpa dialog. Hanya terdengar mesin bus yang melaju diatas aspal yang masih dingin.

"Hehe," ceracaunya dengan kedua mata yang tertutup, dan kedua tangannya yang terkepak-kepak seperti sedang terbang.

"Ish, kenapa sih nih bocah?" Bisik Satya yang berusaha menghindar dari kepakan tangan Acha.

"Eh, Acha," Satya berusaha membangunkannya.

Tapi Acha masih menutup matanya. Perjalanan ini membuatnya mengantuk dan tertidur. Ditambah lagi hembusan angin dari jendela bus tepat disampingnya itu yang membuatnya terjebak di alam mimpi. Sampai Satya caoek berusaha membangunkannya, Acha masih saja tersesat dalam mimpinya.

Satya menatap wajah Acha yang semakin pucat karena terpapar angin yang dingin itu. Ditambah lagi, rambutnya yang sembrautan. Satya memghela naoasnya sebentar, lalu menutup rapat jendela dekat kursi Acha. Cowok itu juga memakaikan topi hoddie Acha yang berisi telinga kelinci yang terlihat begitu manis.

"Ck, udah kayak anak TK aja." Bisiknya, sarkastis.

Bukannya selesai disini, Acha masih saja melanjutkan acara mengigaunya. Ia menepak-nepak kedua telinganya, entah apa maksudnya.

Dibalik kaca mata anti radiasinya itu, Satya melihat adegan Acha tadi. Ia lalu mengeluarkan earphone dari ranselnya, dan memasangnya pada telinga Acha. Lalu, ia memutar lagu 'Now I Know' by Kaleb J.

Sejenak, Acha kaget, namun matanya masih tertutup. Keningnya sedikit berkerut. Tubuhnya berusaha beradaptasi dengan hal yang bernama musik itu. Acha terlelap kembali, dengan musik yang akhirnya mengubah mimpinya. Tapi, Satya yang berada disampingnya terkekeh kecil karena reaksi Acha yang sedikit kaget karena earphone yang ia pasangi.

***

Derap langkah kaki terdengar menuju satu tempat. Rama, sepertinya cowok itu benar-benar naksir sama Acha semenjak pertemuan pertama mereka di perpustakaan. Kali ini dia membawa sebungkus cokelat untuk diberikan kepada Acha. Rama berdiri didepan pintu kelas Acha, mengedarkan pandangannya mencari sosok Acha disana. Tapi, bukan Acha yang ia temui. Laura, gadis itu mengeryit heran, tapi selanjutnya dia menyapa manusia yang baru tiba itu.

"Rama? Engg.. lo mau nyari siapa btw?" Sapa Laura.

"Nyari Acha. Dia ada kan?"

"Acha?"

"Iya, Acha teman lo."

Laura diam, dia harus menemukan cara bagaimana menjelaskan semuanya kepada Rama, mengenai tugas Acha yang harus ke Kintamani mengikuti satu agenda itu.

"Acha ke Kintamani, emang lo nggak tau?" Celetuk Zayyan yang tiba-tiba muncul dibelakangnya seperti penguntit.

Rama menoleh, menatap Zayyan. Keningnya mengernyit, lalu beralih menatap Laura.

"I-iya bener, Acha ke Kintamani." Sergah Laura yang kemudian merasa lega karena sudah ada orang yang akan menjelaskan secara panjang lebar kepada Rama.

"Kintamani? Buat apa dia kesana?" Rama mengernyitkan keningnya.

"Dia ikut kegiatan Go Green, sama Satya." Jawab Zayyan. "Biasalah, kan, Ketos sama Waketos nya yang dikirim sama Profesor."

Rama terdiam sejenak. Ia lalu menghela berat napasnya. Kepergian sementara Satya ternyata bukan menyebabkan hidupnya aman damai tentram sentosa. Tapi, membuatnya was was kalau saja kembarannya itu malah naksir juga sama Acha. Rama kemudian tak mau berlama-lama disana karena para adik kelasnya mulai berdatangan. Dan dia juga tak mau kalau kupingnya itu akan tuli karena teriakan histeris dari adik kelasnya yang satu persatu berdatangan. Tanpa pikir panjang, Rama menyerahkan cokelat itu kepada Laura, sebelum benda berwarna cokelat kehitaman dengan rasa yang manis dan boleh dimakan itu meleleh. Dan, dia juga kurang suka makanan manis, nanti agar dihari tua tidak diabetes.

ANINDHA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang