Tentang kamu. Yang ku tahu adalah, bagaimana kamu membuatku melupakan setidaknya sedetik saja kedua sudut bibirku yang selalu datar. Kamu hadir, sebagai kait yang menarik kedua sudut bibirku untuk membentuk sebuah lekukan berbentuk perahu yang dinamakan senyuman. Teruntuk kamu, aku bertanya. Menyayangimu adalah hal yang membuatku belajar tuk tersenyum. Tapi untuk memilikimu? Cukupkah hanya dengan meniup seutas dandelion saja?
~Pangeran X.
(Dimana X yang sering digunakan dalam aljabar untuk mengartikan suatu nilai yang belum diketahui; seseorang yang dirahasiakan penulis).
***
Aku tahu, dan itu cukup buatku. Menjadi dandelion bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan bantuan angin tuk meniup benihnya hingga dijatuhkan ke tanah untuk tumbuh kembali menjadi dandelion baru. Angin adalah dirimu, dan tanah adalah hatimu. Aku kau terbangkan dari jati diriku yang sulit tuk membuka hati, lalu mendarat dihatimu tanpa ku sengaja telah membuatmu menyukaiku, dan berakhir ketika kau mengajariku tuk tumbuh menjadi dandelion baru yang membuka hati padamu, dan hanya akan menjadi dandelionmu seorang.
~Puteri X.
(Dimana X yang sering digunakan dalam aljabar untuk mengartikan suatu nilai yang belum diketahui; seseorang yang dirahasiakan penulis).
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDHA (TAHAP REVISI)
Teen Fiction[SELURUH HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG!] "Menyayangimu adalah sebuah pilihan. Tetap bertekad, atau mengalah?" Sebuah kisah berlatar belakang delta (Δ) atau selisih. Berselisih paham antara saudara sendiri, dan sebuah kisah rumit. Bisa dibilang...