9.

82 10 0
                                    

Hari telah larut,, tubuh Khalisa mengigil ia meracau tak jelas  karena suhu badannya yang sangat tinggi, dan ia terus menyerukan nama Zweitson, yang membuat kening Fajri berkerut. Ia, sedang duduk di ruang keluarga sibuk dengan televisi, tapi mendengar Khalisa terus menyerukan nama seseorang membuat Fajri, menghampiri nya.
Apakah Zweitson adalah seorang yang sangat penting di kehidupan Khalisa? sampai sampai Khalisa, terus memanggil nama tersebut.

Fajri, tak memikirkan hal itu, ia hanya fokus untuk mengurus kesehatan Khalisa, ia pergi mengambil kompresan untuk mengompres kening Khalisa. Suhu tubuhnya semakin meninggi, ia kembali mengigil dan bergumam.

"Dingin...." Khalisa, terus mengulang ulang kata itu hingga berkali-kali.

Fajri, dengan sigap menyelimuti tubuh Khalisa dengan selimut, namun, Khalisa masih kedinginan, ia berjalan ke arah lemari di kamar tamu tersebut, mengambil badcover untuk menyelimuti Khalisa.

Fajri, dengan setia menunggu di sisi ranjang, ia terus menatap wajah Khalisa yang pucat pasi. Ia menggenggam tangan Khalisa, dan mengelus nya pelan.

"Lu kenapa si Taz? Kalau sakit bilang sama gua."lirih Fajri.

Khalisa, membuka matanya. Sekarang hampir jam 2 dini hari, ia melihat Fajri, yang tertidur pulas ia menidurkan kepalanya di ranjang sedangkan ia duduk lesehan di lantai.
Khalisa, merasa bersalah telah merepotkan pria di hadapan nya.
Perlahan tangan nya terangkat menepuk bahu Fajri pelan.

"Ji, aji. Bangun ji. Tidur disini aja di situ dingin."ucap Khalisa yang terus berusaha membangun kan Fajri.

Fajri, membuka matanya. Melihat Khalisa yang menatap nya dengan wajah pucat nya.
"Kenapa bangun? Haus? Lapar? Pengen ke kamar mandi?."tanya Fajri.

Khalisa hanya menggeleng, ia menepuk ranjang di sebelahnya. "Tidur di sini aja Ji, gak papa kok. Makasih ya udah jagain semalaman." Ucap Khalisa.

Fajri, hany mengangguk dan merebahkan tubuhnya di sisi Khalisa. "Sebenarnya gue belum Nerima semua ini ji, tapi gue harus berusaha. Lo udah jadi suami gue udah seharusnya gue menghormati lo layaknya suami gue."ucap Khalisa.

Fajri, menyampingkan tidur nya menghadap ke Khalisa. "Lu gak usah khawatir Taz, gua bakalan usahain . Gua bakalan jadi suami terbaik buat lu, meski gua tau pernikahan kita gak berdasarkan dengan Cinta, tapi gua yakin lambat laun, rasa itu akan tumbuh, jangan khawatir Taz, gua bakalan ada buat lindungin lu."Sahut Fajri.

Khalisa hanya mengangguk dan tersenyum.

"Udah gih istirahat, subuh masih lama, lu belum baikan lu tidur ya, gua tungguin lu."

Khalisa, hanya mengangguk dan mencoba memejamkan matanya, tiba tiba , Fajri mencium kening nya dan mencoba melepas kerudung nya, membuat Khalisa sontak membuka kembali matanya.

"Lu keringetan, gua janji gak bakal apa apain lu kok, buka ya."ucap Fajri lembut.

Seketika membuat hati Khalisa, berdegup lebih kencang dari biasanya, ia baru melihat Fajri selembut ini padanya. Khalisa hanya mengangguk, Fajri pun melepaskan kerudung khalisa, dan menyimpan nya di sisi ranjang.

Cup....

Khalisa, langsung membeku ketika Fajri, mencium bibir nya untuk yang kesekian kalinya. " Hanya kecupan kecil, tak menjadi masalah bukan?. Udah tidur gak usah di pikirin."Ucap Fajri santai, ia pun memejamkan matanya.

Fajri, memeluk Khalisa, dengan erat ia merasakan suhu tubuh Khalisa yang belum merendah. "Besok gua panggilin temen gua ya, buat periksa lu."ucap Fajri.

"Gak usah ji, gue cuman kecapean. Paling besok udah enakan. Gue tidur ya, biar besok gue vit." Ucap Khalisa pelan, yang Hannya di angguki oleh Fajri.

Khalisa, dan Fajri. Sama sama terlelap malam itu dengan ketenangan diantara mereka. Fajri, enggan untuk melepaskan pelukannya. Meski di hatinya terus menggemakan Naadira sang mantan kekasih, tapi ia berusaha untuk tidak melukai Khalisa, karena perasaan nya. Fajri, akan mencoba menerima Khalisa dalam hidupnya, karena yang ia tahu jodoh udah di atur sama yang di atas toh jadi gak usah ragu, kalau Khalisa memang jodoh nya.

Khalisa POV

Entah mengapa, hatiku berdegup kencang ketika Fajri mencium ku tadi, ada perasaan aneh di dalam sana, aku berusaha agar terlihat baik baik saja, meski sebenarnya kepala ku sangat sakit, aku tahu Fajri adalah garis takdir ku, tapi aku tak bisa menyangkal pula jika aku masih mengharapkan Zweitson yang menjadi jodohku, menjagaku seperti Fajri menjagaku, tapi dengan sekuat tenaga aku mencoba menerima semua, karena aku percaya. Tuhan tak akan salah menuliskan takdir hamba-nya.

Aku kembali membuka mataku, rasanya rasa kantukku yang menyerang ku sudah tak ada lagi, aku melihat Fajri dengan wajah polosnya, begitu tenang, Namun, tak bisa ku pungkiri dia memang tampan dan satu hal . Wajah nya menunjukkan kelelahan, mungkin ia sendari pagi sampai sore bekerja, di tambah dengan keadaanku yang kurang baik, membuatnya tak bisa beristirahat seperti biasanya.

Tak lama setelah itu, aku menyunggingkan senyum melihat pria yang ada di hadapan ku, dia baik namun, aku masih belum bisa menerima dirinya, mungkin perlahan. Dan semoga.

Khalisa PoV end

Pukul 08:21 pagi , Khalisa baru saja terbangun dari tidurnya, ia merasa kepalanya sudah mulai membaik, suhu tubuh nya sudah normal, ia berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan, kebetulan hari ini hari Minggu. Ia memiliki tanggung jawab banyak di rumah ini.

Saat sampai di dapur, Khalisa melihat Fajri, yang sedang bergulat dengan alat dapur dengan ponselnya yang ia berdiri kan, menampilkan seorang wanita yang tengah memasak.
Fajri, baru menyadari kehadiran Khalisa. Ia mengecilkan api kompor dan berjalan menghampiri Khalisa.

"Pagi Taz, duduk. Gua udah bikinin sarapan lu tunggu di sini ya."ucap Fajri, sambil menyeret kursi agar memberi celah untuk Khalisa duduk.

Khalisa duduk dan memperhatikan pergerakan Fajri, "jangan terlalu besar ji apinya, nanti bisa gosong."Ucap Khalisa, Fajri nampak menurut .

"Tara...Nasi goreng telor ceplok ala chef Fajri, udah siap. Silahkan menikmati."antusias Fajri.

"Wah, enak kayaknya."puji Khalisa.

"Masih enakan masakan lu lagi, gua mah nyolong resep dari Yo*Tub*."

"Yang penting jadi kan? Selamat makan."

Fajri, dan Khalisa makan dengan khidmat, tak ada pembicaraan, hanya dentingan sendok dan garpu yang bersahutan dengan piring.
Setelah, selesai makan Khalisa mengambil alih piring kotor dan memasukan nya ke wastafel, ia akan mencuci piring.

"Udah enakan Taz? Mending gua aja deh yang cuci tuh piring."

"Gue baik kok ji. Thanks ya sorry sekali lagi udah repotin Lo."

"Ya udah kalau gitu, gua tinggal ya. Gua keruang keluarga mau nonton."

Fajri, melenggang pergi meninggalkan, Khalisa yang sibuk menggosok piring kotor.

Segitu dulu ya guys,nanti di lanjut lagi.
Thanks buat kalian yang udah baca!! Jangan lupa vote 🌟 ya, karena vote 🌟 itu yang bikin aku semangat nulis nya.

Yaudah, see you next part ya!!! Fafay
Love you guyssss.

DI PAKSA DI JODOHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang