25.

79 7 1
                                    

Hai guyss,,aku up lagi ya!!! Gimana kabar kalian? Semoga dalam keadaan sehat dan bahagia selalu ya!! Tetap mematuhi progres dan protokol kesehatan.

Jangan lupa juga makan ya, dan yang paling penting hahaha jangan lupa vote 🌟 coment dan share ya!!!!

Happy reading guys!!!....

Matahari telah menampakkan dirinya, burung burung saling bersahutan dengan kicauannya yang merdu, angin berhembus menenangkan, Khalisa sudah terduduk dari ranjang pesakitan nya, ia akan menunggu hari dimana, ia akan resmi berbagi suami dengan perempuan lain. Membagi haknya dengan orang lain.

Khalisa, terus memperbaiki pertahanan nya, sejak semalam ia tak tidur memikirkan hal ini, ia terus berdo'a kalau ini hanyalah mimpi buruk yang hanya ada sekilas saja, dan jika ia bangun semua akan baik baik saja.

Clek.....

Seseorang, berlari kecil menghampiri Khalisa, dan mendekap nya erat, ia terus menyalurkan kekuatan untuk gadis yang berada dalam pelukannya.

"Bungsu kenapa baru bilang sama Abang? Bungsu yakin mau berbagi suami sama wanita itu? Bungsu yakin bisa bertahan dalam satu atap? Bungsu dengerin abang sayang, menjadi istri tua tidak semudah yang di bayangkan, kamu harus rela teralihkan bahkan tergantikan beberapa waktu, apa bungsu yakin dengan keputusan bungsu." Ucap Fiki, memberi pengertian kepada sang adik.

"Bang, mana ada wanita yang rela melihat suaminya menikahi orang lain, meski jaminan syurga untuknya. Tak ada wanita yang mau suaminya berpaling, tapi bungsu harus lakuin ini bang, bayi yang ada dalam kandungan Naadira, sama sekali gak berdosa, Fajri wajib bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan, tenag bang, bungsu kuat kok, Abang gak usah khawatir, apalagi marah sama aji, ini semua udah keputusan aku, Abang janji ya, gak akan cari ribut sama Fajri." Lirih Khalisa.

Fiki, mendekap kembali tubuh mungil adik nya, sungguh malang sekali kisah adiknya ini, Fiki terpukul mendengar penuturan Khalisa, Fiki yakin, saat ini Khalisa sedang mencoba berdamai dengan keadaan, padahal dirinya baru saja terguncang.

Fiki melepaskan pelukannya, dan menghapus air mata adiknya juga dirinya, ketika derap langkah beberapa orang yang tergesa, memasuki ruangan Khalisa.

Di balik pintu sudah ada Geritha, ibu dari Khalisa yang terisak, dan di belakang nya, Marisa tak kalah terisak, di susul dengan Alfian dan Ryan, semua nampak bersedih. Semua menatap iba kepada Khalisa yang tengah terduduk lemas di ranjang pesakitan.
Dengan cepat, Marisa mengenggam tangan menantunya dan memeluknya erat, beribu kata maaf Marisa lontarkan, atas nama anak bungsunya yang telah melukai hati menantu kesayangan nya ini.

"Maafin umi, maafin Fajri juga ya sayang, Fajri khilaf makanya kayak gini, tapi Khalisa sudah yakin dengan keputusan Khalisa sayang? Menjadi istri tua tidak semudah itu." Lirih Marisa.

"Umi, ini semua udah takdir, giliran Khalisa yang jalanin peran ini, Khalisa yakin semua akan baik baik saja. Mamah, ayah, Abang . Maafin bungsu ya udah gak bisa jaga baik baik rumah tangga bungsu, umi, Abi,kak Shandy, maafin Khalisa ya, udah cengeng dan ngadu tentang semua nya yang aji lakuin ke Khalisa sama  kalian. Khalisa, gak tau harus Ngadu kesiapan selain sama alloh, dan juga Kalian, tapi Khalisa ikhlas kok, sebentar lagi aji sama Naadira dan bapak penghulu akan sampai, dan akan ada sesuatu hal juga yang mau Khalisa sampein ke kalian. Maafin Khalisa, mah yah, bang, umi, Abi , kak Shen." Lirih Khalisa, dengan deraian air mata yang deras.

Semua terisak pilu, tak ada yang membuka suara, semua hanya diam membisu, terbalut dengan pikiran nya masing masing.

Clek.....

Semua, kompak menoleh kearah pintu, disana menampilkan seorang pria dengan balutan jas formal, dan seorang wanita memakai dress selutut berwarna putih, dan 3 pria paruh baya mengikuti mereka dari belakang.

DI PAKSA DI JODOHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang