Hai guyss,,aku up lagi ya!!! Gimana kabar kalian? Semoga dalam keadaan sehat dan bahagia selalu ya!! Tetap mematuhi progres dan protokol kesehatan.
Jangan lupa juga makan ya, dan yang paling penting hahaha jangan lupa vote 🌟 coment dan share ya!!!!
Happy reading guys!!!....
***
Khalisa, baru saja keluar dari tokonya, ya di Paris ia membuka usaha, toko bunga dan toko kue florist and Cake Monolog.
Hari ini, ia akan pulang lebih cepat karena, akan ada Fiki bersama Gilang dan shandy, yang akan berkunjung."Veronica, aku pulang lebih awal gak papa ya?. aku ada kepentingan hari ini, bahkan kemungkinan sampe 3 atau 4 hari aku akan merepotkan mu."ucap Khalisa, sambil menata bunga.
"Tidak apa apa kak, semua sudah menjadi tugas ku bukan? Tenang lah. Jika kau ingin pulang pulang saja, semua akan aman terkendali."sahutnya, tersenyum.
"Baiklah."
Ting.....
Khalisa, menoleh kearah pintu. Dan seperdetik kemudian semua badannya terasa kaku, lidahnya kelu, bahkan hanya untuk melangkah kan kaki saja susah. Pria yang harus saja masuk, tak menyadari ada Khalisa yang tengah beku karena kedatangan nya.
"Permisi, aku boleh meminta Mini cake coklat dan satu buket bunga mawar merah muda bisa?." Ucap nya, yang sedang memberikan pesanannya kepada Veronica.
"Silahkan tunggu di meja, akan kami siapkan pesanan anda, atas nama siapa maaf tuan?."
Belum sempat laki laki itu, menyebutkan namanya.
"Zwei?."seseorang dari belakang nya memanggil.
Zweitson menegang ketika, suara yang begitu ia nantikan masuk kedalam Indra pendengaran nya, perlahan ia menoleh, mata mereka saling menumbuk, ada perasaan senang di hati, Zweitson ketika melihat gadis di hadapannya, spontan ia memeluk erat Khalisa.
"Hai, apa kabar? Sudah bahagia pastikan?.",bisik Zweitson di telinga Khalisa.
"Maaf Zwei, tolong lepaskan aku."lirih Khalisa.
Dengan cepat Zweitson melepaskan pelukannya. " Sorry, aku kangen kamu. Sedang apa disini? Membeli bunga? Kue? Emm suami mu mana?."pertanyaan demi pertanyaan Zweitson tanyakan."Zwei, huh.....bukan. aku pemilik toko ini, sudah hampir 5 tahun aku tinggal di Paris."lirihnya sendu.
"Selama hampir 5 tahun? Bersama suami mu?." Tanya Zweitson.
"Tidak, aku hanya tinggal bersama putraku."sahutnya.
Zweitson masih tidak mengerti dengan penuturan Khalisa.
Hingga, Khalisa memahami kebingungan Zweitson dan menceritakan bagaimana dirinya bisa tinggal di Paris sekarang."Dosen Ricky? Dia juga ikut serta dari sandiwara madu mu?."tanya Zweitson memastikan.
"Ya begitulah Zwei, sampai saat ini aku masih tak bisa dan belum siap bertemu dengan Fajri lagi, emm sudah lah tak usah mengulik luka lama, o iya. Kamu tinggal dimana?."
"Malang sekali, semoga kelak kamu mendapatkan kebahagiaan tiada Tara ya, perasaanku bahkan masih sama, sama seperti 5 tahun silam."jujur Zweitson, sambil menatap lekat wajah Khalisa.
"Maafkan aku Zweitson. Seperti nya aku harus pulang, karena Bangfik akan berkunjung, aku duluan." Pamit Khalisa beranjak.
"Veronica, aku pulang. "
Zweitson, hanya menatap punggung Khalisa yang semakin menjauh, dan akhirnya menghilang di telan pintu.
"Ternyata, kamu tak sebahagia yang ku pikir Naz, aku merindukanmu. Bolehkah aku kembali mengambil hatimu? Semua sudah jelas bukan dia menyakitimu sedangkan aku? Aku bahkan hampir tak pernah mengecewakan mu, apalagi menyakiti mu."lirih Zweitson.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI PAKSA DI JODOHKAN
RandomSeorang gadis yang harus rela melepaskan laki laki yang sangat ia cintai, setelah kegagalannya berkali kali dalam hal cinta, Khalisa Mumtaz Nazra Dirgantara, adalah seorang mahasiswi di salah satu universitas favorit di Jakarta, ia terpaksa di jodoh...