#Aksara RasaPernahkah kalian mengalami?
Pagi saat kalian membuka mata, rasanya berat. Seakan tidak ada harapan untuk bangun. Rasanya hari yang kalian jalani akan begitu berat. Tidak ada tenaga tak ada asa. Ingin sekali rasanya kembali ambruk ke kasur dan melanjutkan mimpi yang jauh lebih indah dibandingkan kenyataan.
Bahkan kakiku belum menapak lantai, tapi kenapa sudah terasa dingin dan sesak? Apakah aku mampu menjalani hari ini dengan baik dan normal?
Dunia terasa asing. Rasa sesak yang mencekik dadaku terasa samar, benarkah ini sudah yang kesekian kalinya? Kenapa sakitnya seperti baru awal? Hari di mana semuanya terasa membosankan. Rutinitas yang sudah hapal di luar kepala, berulang setiap hari. Rasa mencekik yang terus bertambah, dada yang merasa sesak seiring nafas yang kuhirup.
Aku bertanya-tanya sendiri, inikah yang dinamakan hidup? Aku berusaha mencari jawaban setiap hari, jawaban atas berjuta pertanyaan yang terus bertambah tanpa jeda. Membuatku merasa kelelahan sendiri. Hidup, seperti apakah orang-orang memaknainya? Untuk apa kita—atau lebih tepatnya aku bertahan hidup? Benarkah untuk mencecap rasa bahagia yang orang-orang banggakan? Atau hanya sekedar bertahan agar tidak terjerembab dalam keputusasaan? Entahlah. Bukankah tadi sudah aku bilang, aku juga belum menemukan jawabannya.
Hidup terasa begitu lambat saat aku mengalami kesedihan dan cobaan yang memaksa aku untuk menangis. Lalu saat bahagia dapat aku rasakan meski seorang diri, waktu seakan tengah berlomba menuju garis finish, meninggalkan aku yang tengah melambung menikmati euforia yang aku ciptakan dalam ruangku sendiri. Untuk siapa aku hidup? Mungkin jawabannya adalah untuk diriku sendiri. Karena aku hidup dalam ruang yang dingin, aku juga merindukan kehangatan. Kehangatan yang terasa mustahil untuk aku dapatkan. Layaknya aku yang ingin menggapai langit dan bersemayam di sana. Hahaha. Maafkan, kepalaku terlalu berisik. Satu demi satu kata berebut untuk aku tuangkan. Namun terkadang jariku seakan enggan mengatakannya menjadi sebuah kalimat.
Sebelum berakhir, akan aku katakan sebuah rahasia yang tidak akan menjadi rahasia lagi setelah aku ungkapkan.
Aku memang berisik dalam ketikan, teman chatku pasti menganggap aku sangat cerewet dan tak bisa diam, beragam topik obrolan mampu aku lemparkan agar kebisuan tak menelan. Namun percayalah, dalam dunia nyata, aku adalah seseorang yang banyak diam dan tak banyak menunjukkan ekspresi. Datar. Itulah aku. Tapi bukan berarti cerewet itu hanya sekedar bualan, aku memang secerewet itu, bahkan dalam dunia nyata saat berbicara, namun ... semuanya seakan hilang.
Pemuja langit biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Rasa [ TAMAT ]
PoesíaKamu akan hidup dalam untaian kata yang kuramu. Meski acapkali terasa sendu, namun seuntai rindu sering kutitipkan pada sajakku. Untaian kata yang mencari maknanya. Peringkat: #1 bijak [28 September 21] #5 caption #10 katahati # 54 sastra #60 curhat...