Chapter 21

85 25 0
                                    

Sinar matahari perlahan masuk menembus dinding kaca melalui celah-celah jendela kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari perlahan masuk menembus dinding kaca melalui celah-celah jendela kamar. Gadis itu sedikit terusik oleh cahaya matahari matanya mengerjap-ngerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya. Gadis itu melirik ke arah jam beker yang berada di atas nakas sebelah tempat tidurnya, ternyata sudah pukul tujuh pagi.

Gadis itu terbangun dari tidurnya lalu berjalan menuju toilet. Setelah menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit di dalam toilet dia pun keluar dan bergegas memakai seragam sekolahnya. Selepas berpakaian dengan rapi, gadis itu menuruni tangga menuju meja makan. Saat di ruang keluarga gadis itu berpapasan dengan Kevin.

"Papa kenapa kok wajahnya pucat gitu?"

"Papa enggak kenapa-kenapa cuman kecapean aja."Jawab Kevin lemas dan tersenyum tipis agar Clara tidak khawatir.

"Lebih baik sekarang papa istirahat di kamar aja, sini biar Ara bantu!"

Nafas Kevin terengah-engah, keringat dingin membasahi wajah Kevin. Wajahnya juga semakin pucat, penglihatannya semakin kabur dan setelah itu....

Bruk...

Kevin sudah tidak kuat lagi menahan berat badannya dan akhirnya jatuh pingsan. Karena tenaganya tidak cukup besar akhirnya Clara juga ikut terjatuh bersama Kevin. Clara sangat terkejut ketika melihat Kevin jatuh pingsan, air matanya tiba-tiba mengalir begitu saja membasahi wajahnya.

"Papa bangun pa." Clara menepuk-nepuk badan Kevin pelan mencoba membangunkan Kevin tapi Kevin tidak kunjung sadar juga.

"Papa!" Teriak El kaget ketika melihat Kevin jatuh pingsan.

"Ara cepat ambil kunci mobil kak El di kamar!" Clara segera menuruti peritah El. Setelah menemukan kunci mobil, Clara bergegas keluar menghampiri El.

"Bibi dengar tadi ada suara yang teriak, ada apa non?" Tanya seorang pembantu.

"Papa pingsan." Clara kembali berlari menghampiri El dan diikuti oleh pembantu tadi.

Clara langsung membuka pintu mobil agar mempermudahkan El untuk membaringkan Kevin. El membaringkan Kevin di kursi belakang dan ketika semuanya sudah masuk ke dalam mobil, El langsung melajukan mobil dengan cepat. Di dalam perjalanan Clara tidak berhenti menangis, dia sangat takut jika ada hal buruk yang menimpa ayahnya.

"Ara udah ya jangan nangis terus." Ujar El sambil tetap fokus menyetir.

"Ara takut papa kenapa-napa hiks." Jawab Clara yang masih menangis sesenggukan.

"Kamu harus yakin kalau papa pasti baik-baik aja, kamu banyakin berdoa agar papa baik-baik saja. Sekarang tenang ya?" Clara mengikuti perkataan El dan berdoa kepada tuhan, dia berdoa semoga tidak ada hal buruk yang menimpa ayahnya.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Lalu Kevin segera dibawa menggunakan brankar dan masuk ke dalam sebuah ruangan. Dokter Evan datang lalu masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa Kevin. Clara dan El menunggu di luar ruangan dengan cemas. Mereka langsung berdiri ketika melihat dokter Evan keluar ruangan dan langsung menghampiri dokter Evan.

Hate or Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang