-chapter 09-
.
.
.
.
*mengandung konten 17+*Regan memperhatikan Nadia yang sedang mondar mandir mempersiapkan isi tas wanita itu. Bukan karena pusing melihat istrinya yang tak bisa diam namun gaun slimfit yang dikenakan Nadia cukup membuatnya sedikit tak nyaman. Tubuh Nadia memang mungil namun proporsional dibagian tertentu.
"Bajunya harus kayak gitu, ya, Nad?" tanya Regan.
Nadia kembali melihat pantulan dirinya di cermin. "Kalau kata Bu Laksmi, iya. Ada dress code-nya gitu."
Regan mengangguk meski tak puas dengan jawaban Nadia. Kemarin istrinya berkata jika Sabtu malam dia harus datang ke sebuah acara bersama Baskara. Acara yang wajib ia hadiri. Awalnya Regan biasa saja sampai Nadia mengeluarkan gaun yang dipinjamkan Saras. Gaun putih yang membentuk tubuh Nadia membuat Regan khawatir jika acara yang istrinya hadiri bukan pesta biasa.
"Itu acara apa, sih, Nad?" Regan bertanya lagi.
"Nggak tahu, Mas. Tapi aku disuruh datang juga sama mereka. Mungkin karena sekarang aku sekretaris Pak Baskara," ujar Nadia.
Regan beranjak dari ranjang dan memberikan back hug untuk Nadia. Dia mendekap istrinya, belakangan perasaan pria itu tak nyaman. Nadia seperti sedang menyembunyikan sesuatu yang entah apa. Padahal dia sangat tidak keberatan jika Nadia bercerita soal masalah apa pun yang bahkan tak ia pahami.
"Jangan pulang terlalu malam, ya. Kalau nggak ada taksi, Mas jemput," bisik Regan.
"Iya, Mas." Nadia mengecup pipi Regan.
Ponsel Nadia yang bergetar berkali-kali terpaksa membuat Regan harus melepaskan pelukannya. Melihat dari Nadia yang langsung bergegas merapikan rambut dan tas, Regan tahun pasti Baskara sudah menunggu di luar. Sebetulnya dia penasaran mengapa belakangan ini pria itu jarang mengantar Nadia pulang. Walaupun dia senang sekali karena mungkin pria itu sudah sadar jika Nadia adalah wanita bersuami.
"Aku pergi dulu, ya, Mas," ujar Nadia.
"Hati-hati." Regan mengecup kening istrinya.
Tidak seperti hari-hari lalu, Baskara tetap di mobil sampai Nadia masuk. Dia bahkan tak mau repot-repot berpamitan atau sekadar menyapa basa-basi kepada Regan. Baskara hanya tak sudi, lagipula suasana hatinya masih kacau.
"Maaf bikin Bapak menunggu," kata Nadia.
"Iya."
Sejujurnya sulit bagi Baskara untuk menahan tidak melihat Nadia. Wanita itu benar-benar cantik dengan gaun milik Saras. Jika sahabatnya yang mengenakan gaun putih tersebut maka Saras akan terlihat sangat elegan dan mature. Sementara Nadia memberikan kesan lain, anggun dan cantik.
Baskara memberikan ponselnya kepada Nadia. "Kamu ingatkan wajah mereka. Yang sebelah kanan itu Galen Baskoro, klien kita dan sebelah kiri itu Dante, sekretarisnya. Jangan sampai terbalik."
"Baik, Pak."
"Dan tunjukin muka belas kasihan kamu itu ke Galen. Dia orang yang sensitif, mungkin bisa luluh dengan wajah polos kamu," kata Baskara.
"Iya, Pak. Saya akan minta maaf ke Pak Galen."
Perjalanan mereka memakan waktu hampir 45 menit. Tidak ada yang bersuara kecuali penyiar radio dalam mobil. Nadia sedikit tercengang saat melihat tempat acara yang mereka datangi ternyata jauh dari ekspektasi wanita itu. Nadia pikir tempatnya seperti kafe atau mini ballroom namun ternyata ini jauh dari keduanya. Ini bukan restoran atau kafe.
"Di dalam bakal ramai banget. Jadi kalau mau ngomong, jangan kecil-kecil suaranya," ujar Baskara.
"Ini tempat apa, Pak?" tanya Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Revenge, & Secret ✅
RomanceKematian Brenda menyisakan dendam besar bagi Baskara kepada Regan. Ketika akhirnya takdir mempertemukan Baskara dengan Regan, ternyata kehidupan pria itu jauh lebih baik dari yang dia duga. Semua semakin rumit ketika Baskara jatuh cinta kepada istri...