17. Sia - Sia

2.1K 345 113
                                    

-chapter 17-
.
.
.
.

"Semua udah seperti apa yang aku mau. Aku tinggal tunggu waktu yang tepat untuk lihat Regan benar-benar hancur," kata Baskara.

15 menit yang lalu dia menerobos ruangan Saras tanpa permisi dan mengajak wanita itu untuk makan malam kafe terbaru dekat rumahnya. Tentu Saras tahu apa maksud dari ajakan itu, suasana hati Baskara pastilah sedang senang dan baru saja pria itu memberitahu alasan dibalik senyumnya seharian ini.

"Harusnya kamu ada di sana waktu aku ketemu sama Regan, supaya kamu bisa lihat wajah dia yang sakit hati tapi nggak bisa apa-apa," lanjut Baskara.

"Cara kamu cerita sekarang udah menjelaskan benar-benar situasi yang ada di sana. Jadi aku nggak perlu menyesal karena nggak lihat wajah Regan. Congrats, by the way," ujar Saras, yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

Baskara sungguh tidak sabar menanti puncak dari segala rencananya.

"Oh iya, bukannya Nadia masih harus kerja sampai akhir bulan? Kok tadi aku lihat dia nggak ada," kata Baskara, sebenarnya itulah yang dia ingin tanyakan pada Saras selain bercerita.

Saras mengangkat bahu. "Nggak tahu juga. Dari kemarin dia udah nggak masuk, paling diurusin HRD."

Baskara berdecak. "Atau karena dia dan Regan sedang siap-siap untuk bercerai?"

Saras tidak menjawab, dia membiarkan Baskara bergelut pada pikirannya sendiri. Meski dia telah banyak membantu Baskara, namun Saras masih tidak mengerti bila pria itu tetap menginginkan Nadia. Pada akhirnya, dia hanya melihat Baskara yang terlilit rencananya sendiri.

Saat Saras sudah mulai beres-beres untuk pulang, pintu ruangannya diketuk oleh Mira. Wanita itu masuk setelah menyapa Baskara dengan sopan.

"Ada apa, Mir?"

"Ada suaminya Nadia, Bu. Dia mau ambil barang-barang istrinya dan ngomongin soal pengunduran diri Nadia, tapi Mas Firman udah pulang," kata Mira.

Saras sempat melirik Baskara, dia yakin pria itu juga dengar.

"Terus suaminya Nadia ada di mana sekarang?" tanya Saras.

"Di lobi, Bu."

Saras mengangguk. "Kalau gitu tolong kamu beresin semua barang Nadia dan setelah itu baru saya akan temui suami Nadia di lobi."

"Baik, Bu. Permisi, Pak."

Setelah Mira keluar, ruangan Saras kembali hening.

"Apa aku perlu ikut untuk ketemu Regan?" tanya Baskara.

"Nggak usah. Ini urusan kantor, kamu nggak perlu ikut campur," tolak Saras.

"Tapi aku penasaran, Ras. Dia masih sempat ambil barang Nadia dan ngurusin pengunduran dirinya. Itu berarti hubungan mereka masih baik-baik aja, kan?" Baskara menoleh pada Saras.

Wanita itu bersandar pada meja dan menatap Baskara tanpa ekspresi. Dia berusaha untuk tidak terlalu mengatur apa yang Baskara lakukan, tapi ada satu hal yang mengganjal sejak kemarin di hatinya. Sesuatu yang membuat Saras tercengang dan tak menyangka Baskara akan berjalan sejauh itu.

"Aku mau tanya satu hal sama kamu," kata Saras.

"Apa?"

"Kamu benar-benar melakukan hubungan seksual sama Nadia?"

Baskara diam. Pertanyaan Saras berhasil menariknya pada kejadian malam itu. Malam yang penuh gairah dan penyesalan tapi cukup menyenangkan bila ia pikir-pikir sekarang. Saras tidak akan mengerti, sebab dia adalah wanita.

Love, Revenge, & Secret ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang