19. Tak Ada Hari Esok

2.3K 339 81
                                    

-chapter 19-
.
.
.
⚠️trigger warning⚠️
*violence, suicide scene*

Tidak ada yang memulai suara saat Regan berhenti bercerita. Baik Baskara maupun Regan tenggelam dalam lamunan yang membawa mereka pada kenangan masing-masing. Regan tak mampu lagi berkata-kata, dia kehabisan tenaga karena lelah harus mengorek luka lama yang kini kembali basah dan menyakitkan. Fakta bahwa Brenda yang ternyata sudah meninggal pun membuat Regan tak kalah berantakan.

Sementara Baskara hanya duduk termenung, menatap kegelapan dan kesunyian yang semakin menjadi-jadi. Dia ingin tidak percaya pada apa yang Regan ceritakan, tapi pria itu sungguh meyakinkan. Bahkan, Regan tahu jika dia sempat datang ke Bandung saat Brenda libur sebelum ujian.

"Tapi ... Brenda sebut nama lo sebelum dia meninggal," kata Baskara, arah suaranya tak jelas. Terdengar seperti mengawang-ngawang.

"Saya nggak tahu apa maksud Brenda. Kalau kamu mau tahu lebih detail, kamu bisa cari Nino. Dia lebih kenal adik kamu," ujar Regan, punggungnya ia sandarkan pada kursi besi yang menampung mereka berdua.

Baskara menoleh ke arah Regan. "Lo pasti bohong, kan? Lo mengarang cerita supaya lo bebas dari dosa?"

Namun, lagi-lagi Regan tidak membalas. Dia hanya menatap Baskara penuh rasa kasihan. Penyangkalan terlihat jelas dari gurat wajah Baskara. Cerita Regan adalah pukulan keras bagi dirinya.

"Jawab, Re! Lo pasti bohong! Lo ..." Baskara mencengkram kerah jaket Regan sekuat tenaga bersamaan dengan dadanya yang sesak tiba-tiba.

"Kalau saya bohong, bukannya saya terlalu pintar buat mengarang sejelas itu? Dan jika iya saya pelakunya, apa adil kalau kamu balas ini semua ke istri saya?" Regan menahan pergelangan tangan Baskara dan membawanya ke leher. "Kamu bisa bunuh saya tanpa harus menyentuh Nadia. Dan apa setelah menyakiti istri saya, dendam kamu langsung tuntas?"

Baskara diam. Dia hanya menelan saliva berkali-kali saat bertemu tatapan Regan yang tak biasa.

"Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan ke istri saya adalah malapetaka untuk dia? Semua ingatan dia kembali. Nadia, istri saya, adalah korban pemerkosaan dan kamu melakukan hal serupa disaat dia telah pulih. Hidup Nadia kembali hancur dan ... seandainya kamu tetap percaya kalau selama ini saya salah, apa kamu bisa mengembalikan istri saya seperti semula?" ujar Regan, seraya melepaskan tangan Baskara dari lehernya.

"Nadia ... korban?" Baskara membelalak. Fakta itu membuat debaran pasokan oksigen semakin menyempit, sesak di dadanya menjadi dua kali lipat.

Kini ganti Regan yang menarik kasar kerah kemeja Baskara, dia tidak mengindahkan ucapan pria itu.

"Saya memperlakukan adik kamu dengan sangat baik dan ini balasan kamu kepada istri saya? Karena kamu ... karena kamu dan Nino," suara Regan mulai bergetar. "Karena kalian, istri saya jadi nggak lagi menghargai hidupnya."

"Nadia juga ... maksud lo, Nino benar-benar pelaku dari semua ini?" Baskara mendadak lidahnya kebas. "Jadi selama ini ... harusnya dia yang gue cari?"

Regan berdiri, menarik kedua kerah kemeja Baskara seraya menatap tajam pria itu. Sama seperti apa yang dia lakukan pada Nino empat tahun lalu. Regan ingin meluapkan emosinya pada Baskara. Namun, kini situasinya sudah berbeda.

"Harus kamu tahu, saya menikahi Nadia bukan karena kasihan. Jadi biarkan saya balas kamu sebagai suaminya," Regan mendorong Baskara dengan keras hingga pria itu hampir kehilangan keseimbangan lalu kembali menghampiri dan mengunci tatapan Baskara. "Sebagai laki-laki yang sakit hati karena istrinya dilecehkan."

Love, Revenge, & Secret ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang