-chapter 18-
.
.
.
.—flashback—
Oktober 2015
Regan terbangun akibat suara ketukan pintu yang tidak berhenti. Dia menggeliat, matanya masih tak rela terbuka dan tubuhnya masih pegal akibat mengerjakan skripsi sampai subuh. Regan merasa sedikit sakit kepala karena tenaganya dipacu untuk kuliah dan bekerja dalam waktu bersamaan. Dia ingin memaki siapa pun yang datang, terutama jika itu Nino.
"Siapa, sih!?" Regan berjalan gontai ke arah pintu setelah susah payah bangkit dari pelukan kasur.
Satu-satunya orang yang suka datang ke kost-nya tanpa peduli waktu adalah Nino. Pria yang sudah menjadi sahabatnya selama empat tahun terakhir, sekaligus sumber kesengsaraan Regan karena Nino akan selalu datang dalam keadaan setengah sadar. Ada dua alasan Nino datang; yang pertama karena dia terlalu lelah untuk pulang dan yang kedua karena pria itu tak ingin orang rumah melihatnya mabuk.
"Nino sialan!" Padahal dia ingin tidur sampai sore.
Namun ketika ia membuka pintu, bukan Nino yang ia temukan melainkan seorang gadis itu belia dengan jumpsuit denim dan kaus putih. Regan sempat menatap gadis itu beberapa saat, tetapi dia tak kenal.
"Cari siapa?" tanya Regan, dengan suara parau.
"Uhm, anu--" Pegangan tangan gadis itu pada tali sling bag semakin menguat. Dia memberanikan diri untuk menatap pria di hadapannya.
"Salah alamat, ya? Tanya Kang Tono aja kalau mau cari anak kost. Nanti dia kasih tahu kamarnya," kata Regan, seperti sudah tahu kelanjutan dari perusak tidurnya. Bukan sekali atau dua kali hal ini terjadi.
Gadis itu menggeleng. "Ini benar alamatnya Kak Regan dari jurusan Manajemen, kan?"
Mata Regan mengerjap beberapa kali. "Mau ketemu saya?"
Gadis itu mengangguk. "Aku Brenda. Maaf udah ganggu Kakak, tapi aku mau tanya sesuatu kalau Kakak nggak keberatan."
Regan yang bersandar pada dinding sebelah pintu kini berdiri lebih tegap. Dia tidak tahu siapa gadis bernama Brenda yang ada di hadapannya sekarang. Lagipula seingatnya, dia juga tak pernah berurusan dengan gadis sebelia ini. Regan menebak usia Brenda pasti kisaran belasan tahun.
"Kalau Kakak nggak bisa juga nggak apa-apa," ujar Brenda, saat Regan tak kunjung menjawab.
Regan menilik kamar kost-nya. Tidak memungkinkan untuk dia mempersilakan Brenda masuk. Kertas revisian berserakan, belum lagi gelas kopi bekas semalam. Terlalu berantakan dan memalukan.
"Kita ngobrol di luar aja," kata Regan.
Brenda langsung mengangguk. Gadis itu mengikuti Regan yang berjalan ke arah kursi panjang dekat pos penjaga. Ada pria paruh baya yang Regan panggil sebagai Kang Tono.
"Kamu tahu saya dari mana?" Regan cukup tahu diri untuk mengetahui bahwa dirinya sama sekali tidak terkenal di kampus.
Brenda memainkan jarinya di atas pangkuan. "Itu ... aku sering lihat Kak Regan bareng sama Kak Nino di kampus."
"Oh, terus apa yang mau kamu obrolin?" tanya Regan.
"Aku sebenarnya lagi cari Kak Nino. Udah dua minggu dia nggak bisa dihubungi. Jadi aku inisiatif datang ke sini, siapa tahu Kak Nino ada di sini atau aku bisa tanya Kak Regan. Oh iya, aku tahu alamat Kak Regan dari Mbak Nadia yang jaga Warung Makan Bu Uwi. Soalnya aku beberapa kali lihat Kak Nino mampir ke sana," ujar Brenda. Ada harapan dari tatapan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Revenge, & Secret ✅
RomanceKematian Brenda menyisakan dendam besar bagi Baskara kepada Regan. Ketika akhirnya takdir mempertemukan Baskara dengan Regan, ternyata kehidupan pria itu jauh lebih baik dari yang dia duga. Semua semakin rumit ketika Baskara jatuh cinta kepada istri...