-chapter 10-
.
.
.
.
.
/terdapat adegan yang diperuntukan bagi pembaca 18 tahun ke atas/
.
.Nadia terbangun ketika rasa dingin menusuk kulitnya yang bergesekan dengan kain. Dia merapatkan selimut demi mendapat kehangatan ekstra namun kepalanya yang pening membuat Nadia tak bisa terlelap kembali. Dia juga merasakan tenggorokannya kering, tangan Nadia keluar dari selimut dan berupaya mengambil botol yang ia biasa ia taru di nakas kamar namun mengapa sekarang tidak ada.
Dia tidak pernah lupa mengisi air di botol sebelum tidur. Nadia membuka matanya untuk melihat ke aras nakas namun tidak ada apa-apa di sana selain lampu tidur berwarna kuning. Wanita itu mulai kebingungan. Sejak kapan dia memiliki lampu kamar dengan bentuk seperti itu? Lalu saat matanya bergerak ke arah lain dan menemukan gorden, Nadia juga bertanya-tanya sejak jendela kamarnya menjadi sebesar itu?
Ini dimana?
Nadia menatap sekitar hingga pada saat dia menoleh ke kiri, tubuhnya membeku dan mendadak lemas. Seseorang tidur di sampingnya dan itu bukan Regan.
"Pagi." Suara parau khas bangun tidur menyapa Nadia sekaligus membuat wanita itu merinding.
Nadia reflek menjauh. Dia hendak turun dari ranjang namun sesaat kemudian ia menyadari hanya selimut dan pakaian dalam yang membalut tubuhnya.
"Nad--"
"Kenapa kamu ada di sini!?" jerit Nadia, bibirnya gemetar.
Baskara terpaksa bangun dan duduk bersandar pada dipan sambil menatap Nadia. "Kan, kamu yang minta ke sini."
Nadia langsung menggeleng. "Nggak! Saya nggak mungkin minta kayak gitu!"
Baskara tersenyum masam. "Belum ada 24 jam, tapi saya udah kangen kamu yang semalam. Manis banget."
Jawaban Baskara menimbulkan sesuatu yang ambigu.
"A-apa ... yang kamu lakukan ke saya?" tanya Nadia. Pikirannya melayang jauh dan tidak ada satu pun hal baik yang bisa ia asumsikan. Nadia berharap pria itu menjawab sebaliknya dari apa yang ia pikirkan.
"Masa lupa?" Baskara mendekat, mengusap pipi wanita itu dan segera ditangkis Nadia.
"Jangan sentuh saya!" Nadia mulai terisak. Dia turun dari ranjang dengan membiarkan selimut menutupi tubuhnya dan langsung melangkah ke toilet.
Di ruangan kecil itu Nadia menangis. Dia membuka kran wastafel dan segera membasuh wajah, leher, serta tangannya. Nadia tak tahu apa saja yang dilakukan Baskara semalam, dia tak ingin mempercayai ucapan pria itu namun kondisi ia sekarang mengatakan sebaliknya. Mengapa bisa hanya tersisa pakaian dalam yang melekat di tubuhnya?
Nadia sama sekali tak ingat apa yang terjadi semalam. Ingatannya berhenti pada saat seorang pria bernama Dante mengajaknya berkenalan, pria yang ia kenal sebagai sekretaris Galen Baskoro. Hanya sampai situ dan dia tak ingat apa pun lagi. Nadia merutuki kebodohannya, ini semua pasti karena alkohol. Dia mabuk, dia telah mengkhianati Regan.
Wanita itu melepas pakaian dalamnya lalu segera membersihkan diri di bawah kucuran shower. Nadia menghabiskan isi sabun yang tersedia untuk membasuh tubuhnya, berharap bisa menghilangkan bekas sentuhan Baskara yang dia tak tahu mana saja bagian pada tubuhnya yang dijamah pria itu. Nadia masih terus terisak, dia tidak pernah membayangkan hal menjijikan semacam ini akan menimpa dirinya.
"Baju kamu aku taruh di meja depan toilet," ujar Baskara, setelah mengetuk pintu toilet.
Nadia mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Dia menatap pantulan dirinya di cermin. Kini ia merasa sedang menatap seorang jalang. Nadia merasa sangat kotor. Tubuh yang semestinya hanya boleh disentuh Regan seorang sekarang telah dinikmati pria lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Revenge, & Secret ✅
Roman d'amourKematian Brenda menyisakan dendam besar bagi Baskara kepada Regan. Ketika akhirnya takdir mempertemukan Baskara dengan Regan, ternyata kehidupan pria itu jauh lebih baik dari yang dia duga. Semua semakin rumit ketika Baskara jatuh cinta kepada istri...