-chapter 03-
.
.
.
.
untuk pembaca dibawah umur, boleh minggir sebentar yaa ♡Baskara masih tidak bisa mengontrol perasaannya ketika tiba di depan rumah Nadia. Meskipun dalam perjalanan mengantar wanita itu, dia merasa senang namun perasaan berbunganya lenyap seketika saat tiba di depan rumah cat abu-abu tersebut. Rumah yang ditinggali Nadia dan Regan Shailendra. Baskara penasaran seperti apa wujud pria itu?
"Makasih, ya, Pak," ujar Nadia, memecah lamunan Baskara.
Pria itu sontak menoleh dan menggeleng pelan. "Nggak perlu sungkan, Nad."
"Kalau gitu saya turun. Bapak hati-hati pulangnya," kata Nadia, seraya melepaskan seat belt.
"By the way, untuk di luar kantor kamu nggak perlu panggil saya pakai embel-embel 'Bapak'. Karena ... kita teman, kan?" kata Baskara, diakhiri dengan senyum tipis.
Meski ragu, Nadia tetap mengangguk. "Oke."
Ketika Nadia hendak turun, Baskara merasa ada yang memperhatikan mereka dan benar saja saat dia menoleh ke kiri tepat saat Nadia membuka pintu, di sanalah matanya menemukan seorang pria berdiri memandang ke arah mobilnya dengan kruk warna hitam yang menempel di siku kiri. Tak perlu berpikir dua kali untuk mengetahui bahwa pria itu adalah suami Nadia, targetnya.
Tangan Baskara terkepal di bawah kemudi. Untuk pertama kalinya dia melihat wajah bajingan yang menjadi alasan terbesar kematian Brenda. Jika saja akal sehatnya tidak bekerja, mungkin dia akan membuat Regan menyusul adiknya saat ini juga. Namun bukan itu rencananya. Alih-alih segera melaju pulang, Baskara malah turun dan menyusul Nadia.
"Lho, Pak Baskara ngapain?" tanya Nadia.
"Saya lupa tadi mau kasih tahu kalau besok kamu siap-siap untuk 'lembur' lagi karena anak-anak pasti bakal ngadain acara kecil buat kamu dan teman-teman yang sekarang resmi jadi pegawai tetap," ujar Baskara, yang tak sepenuhnya dusta. Memang ada tradisi seperti itu, tetapi bukan dari cabang tempatnya bekerja sekarang. Besok dia yang akan mengusulkan acara 'lembur' untuk merenggut waktu Nadia lagi.
"Ah, begitu, ya." Nadia terlihat tak begitu senang dengan informasi yang diberikan Baskara, ditambah lirikan yang wanita itu berikan pada Regan membuat Baskara bisa menyadari hal tersebut.
"Oh, saya juga lupa kenalin diri." Baskara tersenyum sopan dan mengulurkan tangan pada Regan. "Baskara Nolan. Salam kenal."
Regan segera menyambut tangan pria itu dengan ramah. "Salam kenal juga. Saya Regan, suami Nadia."
Jabatan tangan keduanya berlangsung tak lama namun tatapan dan cara pria itu mengenalkan diri sungguh berkesan bagi Baskara. Bagaimana bisa seorang bajingan memiliki perasaan? Terutama rasa takut. Baskara melihat dan menyadari hal itu. Tatapan Regan sekilas memang ramah namun bak seorang binatang buas, Regan juga menyelipkan kewaspadaan saat dirinya terancam.
"Kalau gitu, saya pamit dulu," kata Baskara.
"Makasih udah antar istri saya pulang," ujar Regan.
Sialan. Baskara tersenyum sebagai tameng dan mengangguk. "Makasih juga buat traktirannya hari ini, Nadia."
Regan otomatis melirik istrinya. Nadia sendiri hanya mengangguk lagi dan lagi. Ketika mobilnya telah menghilang dari daerah rumah pasangan suami istri itu, Baskara baru bisa meluapkan emosinya. Dia memukul batang setir berkali-kali dengan napas tersengal. Sialan. Sialan. Sialan. Ternyata melihat Regan bersama Nadia jauh lebih menyakitkan daripada yang ia bayangkan. Tetapi tak sampai lima menit kemudian, Baskara tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Revenge, & Secret ✅
RomansaKematian Brenda menyisakan dendam besar bagi Baskara kepada Regan. Ketika akhirnya takdir mempertemukan Baskara dengan Regan, ternyata kehidupan pria itu jauh lebih baik dari yang dia duga. Semua semakin rumit ketika Baskara jatuh cinta kepada istri...