-chapter 25-
.
.
.
.
.Empat bulan kemudian
Banyak hal terjadi di luar dugaan dan membuat seseorang berpikir ulang apakah dirinya mampu menghadapi itu semua? Seperti emosi yang meletup-letup diawal, kesedihan dan amarah yang berlebihan adalah sesuatu yang wajar. Bukti bahwa manusia masih punya hati dan berhak untuk merasakan kebahagiaan suatu hari nanti. Itulah yang Baskara rasakan setelah bertahun-tahun memendam sakit dari dendam yang disebabkan oleh kematian Brenda.
Meskipun Baskara sempat merasa seperti pecundang saat dia melepaskan Nino begitu saja, tapi sekarang dia bersyukur. Andai dulu dia tetap membawa Nino ke neraka yang selama ini telah ia siapkan, mungkin dia tidak akan menemukan kebahagiaan dan tujuan hidup yang jauh lebih baik.
"Cuma bawa duffle bag? Memang cukup?" tanya Saras, wanita itu berdiri di tepi ranjang kamar Baskara, memperhatikan pria yang sedang menyusun pakaian di sebuah tas tak seberapa besar.
"Cuma seminggu, Sar," kata Baskara.
"Kalau ternyata lebih dari seminggu gimana?" Saras menghampiri Baskara dan membantu menyusun pakaian di tas agar lebih rapi.
"Nggaklah. Regan cuma bisa cuti seminggu, jadi nggak mungkin lebih," sahut Baskara, seraya berdiri di depan tas untuk mengingat-ingat apa lagi yang harus dia bawa.
"Kamu sama Regan udah benar-benar jadi teman?" tanya Saras, tanpa mengalihkan pandangan dari tas Baskara.
"Begitulah. Nggak nyangka, ya?" Baskara duduk di ranjang. Dia dan Saras hanya dipisahkan dengan duffle bag merah miliknya.
"Sangat diluar dugaan," kata Saras.
Bertemu dengan Regan memang menjadi salah satu plot twist dalam hidup Baskara. Pria itu berhasil menjungkirbalikan hidupnya dalam beberapa bulan dan berkat kebodohannya, Regan harus menanggung banyak hal menyakitkan.
"Kenapa, Bas? Aku pikir kamu nggak akan berani untuk menghadapi Regan sampai sejauh ini," ujar Saras, sambil menatap sahabatnya.
"Itu satu-satunya cara aku minta maaf sama dia. Bukan cuma sekadar kata, tapi juga ada tindakannya. Sejujurnya aku juga takut sama dia, tapi mungkin Regan jauh lebih wise dari aku. Dia cuma butuh sekali untuk meluapkan amarahnya ke aku dan cukup sampai situ. Tapi, gara-gara itu aku jadi makin merasa bersalah dan mikir apa yang bisa aku lakukan untuk bantu dia?" tutur Baskara, mengingat kembali pergolakkan batinnya.
"Yang kamu lakukan sekarang itu luar biasa berarti buat Regan pasti, Bas," kata Saras.
"Semoga benar-benar bisa membantu. Berat banget jadi Regan harus urus Nala sendirian. Kamu tahu, kan, urus bayi prematur itu tricky. Tiap aku ketemu dia, udah kayak panda matanya. Sekali Nala minum susu bisa sampai dua jam, pakai sendok gitu, Sar. Untungnya sekarang kondisi Nala udah jauh lebih baik," ujar Baskara, dan Saras bisa melihat jelas perubahan ekspresi pria itu ketika menyebut nama anak Regan.
"Bukannya kamu pernah tawarin Regan pakai pengasuh?"
"Iya, sih. Tapi awalnya Regan nggak mau pengasuh yang nginep di rumah gitu. Dia sempat mau titip Nala di daycare tapi nggak aku kasih. Mending sama babysitter profesional," seloroh Baskara. Dia sampai turun tangan sendiri mencarikan pengasuh terbaik untuk gadis kecil itu dan membuat Regan menyerah.
"Kamu udah kayak bapak tirinya Nala," sahut Saras.
"Oh ya?"
"Iya. Aku tadi lihat ada paper bag dari toko baju bayi. Beli buat Nala lagi, kan?" Sejak menginjakkan kaki di apartemen Baskara, kantong berwarna merah muda yang tergeletak di meja makan sudah menarik perhatiannya dan tak perlu berpikir dua kali untuk mengetahui di mana Baskara mendapatkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Revenge, & Secret ✅
RomanceKematian Brenda menyisakan dendam besar bagi Baskara kepada Regan. Ketika akhirnya takdir mempertemukan Baskara dengan Regan, ternyata kehidupan pria itu jauh lebih baik dari yang dia duga. Semua semakin rumit ketika Baskara jatuh cinta kepada istri...