-chapter 07-
.
.
.
.*slight mature content*
Sejak keributan di Bandung dua minggu lalu, Nadia sudah tak pernah lagi berbincang santai dengan Baskara. Begitu pula dengan pria itu yang kini tampak jauh lebih dingin. Meski Baskara harus melawan hatinya sendiri untuk rela tidak lagi peduli dengan wanita itu apa pun yang terjadi. Dia sempat terlena diawal, jatuh cinta memang akan membuat pandangannya bias dan Baskara tak akan melakukan hal itu lagi.
"Nadia, kamu jangan pulang dulu. Ada kerjaan yang harus kamu selesaikan hari ini juga buat bahan presentasi meeting besok," kata Baskara, tepat 10 menit sebelum jam lima sore. Pria itu keluar dari ruangan hanya untuk mengatakan hal tersebut lalu kembali.
Nadia tak punya pilihan, dia mengangguk dan merelakan waktunya untuk lembur. Sudah satu minggu dia menggantikan posisi Vani sebagai sekretaris Baskara. Entah bagaimana cara pemilihannya, Nadia tak tahu mengapa Vani yang seorang sarjana bisa kalah dengannya yang hanya lulusan SMA dan tidak berpengalaman.
Tetapi tawaran kenaikan gaji yang diberikan Saras cukup membuat Nadia tergugah. Dia dan Regan memang butuh mengisi tabungan mereka kembali setelah habis dikuras untuk biaya pengobatan pria itu. Belum lagi tahun depan dirinya dan Regan sedang merencanakan untuk memiliki momongan.
"Pulang dulu, ya, Nad." Vani pamit dan meninggalkan Nadia sendiri di ruangan mereka. Rekan kerjanya yang lain sudah pergi lebih dulu.
"Hati-hati, Van."
Dia iri. Dia juga ingin pulang tepat waktu. Baru seminggu tetapi Baskara sudah menuntutnya lembur sebanyak tiga kali. Lagi-lagi tak ada masakannya untuk makan malam nanti.
Nadiana A.
Mas
Aku lembur lagi :(
Mas makan duluan aja yaBeberapa detik kemudian, Regan membalas.
Regan Shailendra
Lagi?
Kamu udah makan?
Nanti Mas jemput yaNadiana A.
Ini aku makan dulu sebelum lanjut
Nggak perlu, Mas
Aku pulang naik Trans ajaRegan Shailendra
Trans cuma sampai jam 8, Nad
Kamu aja kemarin lembur baru pulang
setengah 10Lembur kemarin memang menguras tenaganya. Dia bahkan harus menunggu setengah jam angkutan umum yang masih beroperasi lalu mencari ojek di sekitar daerah rumahnya. Setengah mati dia menahan kantuk dan berharap esok bisa pulang tepat waktu agar tidur lebih awal namun Baskara mematahkan harapannya.
"Nad."
Teguran Baskara membuat Nadia otomatis menyingkirkan ponsel.
"Iya, Pak?"
"Mulai sekarang semua klien yang punya kepentingan sama saya bakal menghubungi kamu lewat e-mail. Jadi pastikan nggak ada satu pun yang terlewatkan," kata Baskara.
"Baik, Pak."
Baskara mengangguk. "Nanti jam setengah enam ke ruangan saya."
"Iya, Pak."
Pria itu kembali ke ruangannya. Nadia seperti menjelma seperti pertama kali mereka bertemu. Tidak ada kata lain yang dia dengar selama dua minggu terakhir selain baik, iya, oke serta tambahan bapak atau pak disetiap akhir kalimatnya. Baskara sudah tidak lagi peduli. Dia ingat malam ketika dirinya mengantar pulang Nadia setelah mereka kembali dari Bandung, ada pemandangan yang sungguh menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Revenge, & Secret ✅
RomanceKematian Brenda menyisakan dendam besar bagi Baskara kepada Regan. Ketika akhirnya takdir mempertemukan Baskara dengan Regan, ternyata kehidupan pria itu jauh lebih baik dari yang dia duga. Semua semakin rumit ketika Baskara jatuh cinta kepada istri...