2. Langkah Pertama

3.5K 425 20
                                    

-chapter 02-
.
.
.
.

Menjadi yatim piatu sejak remaja dan harus mengemban tanggung jawab untuk dirinya sendiri serta adik diusia 16 tahun bukanlah hal yang mudah untuk Baskara Nolan. Dia dan Brenda terpaut usia empat tahun, ditambah keduanya bukanlah saudara kandung yang dekat. Baskara lebih akrab dengan Papa, begitu pula dengan Brenda yang lebih senang dekat pada Mama. Ketika kedua orang tuanya direnggut maut pada kecelakaan beruntun, mau tidak mau keduanya saling bergantung satu sama lain.

Beruntung Tante Mega bersedia untuk membantu Baskara. Adik Mama yang paling bungsu rela terbang dari Bangka Belitung demi mengurus Brenda yang saat itu masih kecil, hingga ketika Brenda menginjak usia 15 tahun dan Tante Mega memutuskan untuk menikah, barulah kakak beradik itu tinggal berdua dalam satu rumah.

Semua yang ia lewati tidak pernah mudah. Usahanya menjaga Brenda harus sia-sia, gagal, hancur hanya karena sosok manusia tanpa adab yang merusak adiknya. Dia tidak pernah tahu persis apa yang Regan lakukan pada Brenda, tetapi yang jelas pria itu sudah menjadi alasan terbesar kematian adiknya.

"Kamu harus lebih sering datang ke rumah abu Brenda," kata Saras, begitu mereka sudah di mobil.

"Akhir-akhir ini sibuk, cuma bisa mikirin," ujar Baskara, seraya menyalakan mesin mobil.

Tadi pagi secara tiba-tiba Baskara datang di depan rumah Saras dan meminta gadis itu untuk menemaninya datang ke rumah abu. Merasa ada tidak beres dari raut wajah kusut Baskara, akhirnya Saras menerima. Kecemasannya bertambah ketika ia melihat Baskara membawa bunga mawar merah, bukan putih seperti biasa.

"Kenapa kali ini bawa mawar merah?" tanya Saras.

"Pengen aja," balas Baskara, sungguh singkat tidak seperti biasa.

Saras memang tidak peduli dengan segala kegalauan pria itu. Dia malah berpikir Baskara masih kecewa karena tahu wanita yang disukainya sudah bersuami, tetapi tidak biasanya pria itu memasang wajah enggan sehabis pulang menyekar. Saras menjadi sedikit khawatir.

"Ada sesuatu ... yang aku nggak boleh tahu?" tanya Saras, sambil terus memandang ke depan. Dia tidak ingin melihat wajah Baskara.

"Justru itu sesuatu yang kamu tahu," kata Baskara, membuat Saras lantas menoleh.

"Soal apa?"

Baskara diam. Dia melanjutkan mengemudi hingga kembali ke rumah Saras. Pria itu benar-benar tidak bersuara dan menggantungkan pertanyaan sahabatnya. Baskara hanya kecewa mengapa Saras tidak menceritakan soal Nadia dan Regan sejak awal padanya. Dia yakin Saras pasti tahu, wanita itu bercerita jika dia menjadi pewawancara dalam interview final perekrutan pegawai dua bulan lalu dan Nadia menjadi salah satu orang yang lolos.

"Bas, aku nggak paham maksud kamu apa," ujar Saras, begitu mobil Baskara berhenti tepat di depan rumahnya.

Baskara menurunkan kedua tangan dari setir dan menatap Saras. "Kamu tahu suami Nadia itu Regan Shailendra, terus kenapa kamu nggak kasih tahu aku? Apa alasan kamu buat nutupin hal ini. Kamu tahu aku udah susah payah cari orang itu selama ini, Sar."

Meski Saras tidak sepenuhnya paham dengan emosi Baskara namun dia telah menangkap maksud pria itu. Saras menghela napas, memang cepat atau lambat Baskara pasti akan mengetahui hal ini maka dari itu ia melarang sahabatnya untuk kenalan dengan Nadia.

"Kamu tahu dari mana Regan Shailendra adalah suami Nadia?" tanya Saras.

"Itu nggak penting. Yang jelas aku tahu orang itu ada di mana dan nggak pernah aku lepaskan dia," ujar Baskara, kesal.

"Bas, apa kamu tega balas dendam ke Regan saat kamu tahu istrinya adalah Nadia?" Saras menatap pria itu lekat-lekat.

"Saras!" Mata pria membelalak tak percaya. "Apa pun keadaannya, aku bakal tetap balas dendam sama pembunuh adikku. Siapa pun dia, aku nggak peduli. Targetku Regan, bukan Nadia. Malah akan lebih baik kalau Nadia lepas dari pria kayak dia. Aku yakin, Nadia nggak tahu soal masa lalu Regan."

Love, Revenge, & Secret ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang