CINCIN TUNANGAN

49 8 3
                                    


Pagi ini Vany bergegas mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian kelulusan hari pertama nya, dimana semalam saat di Restoran Samudra, pertemuan yang tak disangka itu.

Saat di resto Alex dan Adam serta orang tua perempuan mereka sepakat akan mengadakan acara tunangan kecil kecilan di rumah Vany , Malam ini. Serta membicarakan acaran akad nikah mereka. Namun sebelum itu Devan dan keluarganya harus melafalkan dua kalimat syahadat di masjid As-salam di dekat komplek mereka.

Setelah lama berbincang tadi malam, tanpa di ketahui Luna dan Adam, ternyata rumah sahabatnya sangat dekat dengan nya, bisa di bilangan satu komplek. Namun mereka saling tak tau, karna Luna dan Adam terlalu lama berada di Amsterdam.

Vany bergegas menuju meja makan untuk menemui Luna, Adam dan Vina.

Setelah sampai di meja makan, sapaan hangat dari Adam dan Luna terdengar membuat hati gadis nya senang

"Pagi sayang,,, sarapan dulu"

Vany mengangguki ucapan Luna, dan ikut duduk bersebelahan dengan Vina yang sibuk memakan roti nya.

Mengambil sedikit selai coklat  mengoleskan nya di permukaan roti dan melipat nya jadi satu, sebelum menikmati nya tak lupa berdoa.

Adam dan Luna melirik Vany dengan senyuman simpul mereka.

"Nanti malam, kamu dan Devan tunangan", Luna menatap Vany dengan senyum ramah nya " Sepulang sekolah nanti, kamu dan Devan akan pergi ke toko cincin untuk memilih cincin tunangan kalian"

Manik mata Vany mengarah ke arah ibunya, lalu tersenyum. Ia tak ada alasan untuk menolak karna ia akan dijodohkan dengan orang yang ia cintai.

"Mah pah, aku berangkat sama kak Vany aja,"-Vina memecahkan keheningan

" Kenapa? Lagi marahan sama Rehan?"Goda Vany

Vina memutar bola mata malas,
Jika bukan kakak nya sudah di pastikan tangan orang itu sudah pindah ke pinggang, otak nya sudah pindah ke betis , tangan sudah pindah ke perut. Jantung sudah pindah ke usus halus.

Vany cengengesan mendapat tatapan tajam dari adik nya. Melangkah mendekati ibu dan ayah nya untuk barpamitan dan di ikuti oleh Vina.

Hari ini Vany dan Vina menaiki Mobil pribadi milik Vany, bukan apa ia sangat malas menggunakan transportasi umum.

Berjalan mendekati mobil yang sudah keluar dari garasi, membuka pintu mobil dan memasukinya.

"Kak?"

"Hm?"

"Kalo sudah nikah, mau buat debay berapa?"

Yang di tanya membulatkan mata, satu lemparan bantal kecil tepat mendarat mulus ke wajah cantik adiknya.

"Aww shhh sakit!"

"Bodo! Siapa suruh nanya gitu"

.
.
.

Tepat di depan pintu gerbang sekolah, Vany masuk dan merapikan mobil nya di parkiran sekolah.

Seperti biasa keharirannya menjadi pusat perhatian , Vany tak terlalu menghiraukan itu.

Ia berjalan santai menuju kelasnya dan sepertinya sahabatnya sudah dulu sampai di kelas.

Langkah nya terhenti saat merasakan cekalan kuat di lengannya dan merasa tertarik .

.
.
.

Gadis itu membuka kedua kelopak matanya, bau pengap masuk kedalam area penciumannya membaut gadis itu terbatuk.

Melirik ke kanan dan kiri, ruangan kecil berdebu dan berbau pengap.

"Sudah berapa kali gue bilang, januhin Devan" Seorang gadis melangkah mendekati Vany yang sedang duduk terikat "dia itu milik gue, dan gak akan di milikin siapa pun kecuali gue,"

DEVANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang