Aurora terbangun dengan perasaan nyaman dan bahagia. Ditatapnya Delvian yang masih tertidur pulas disampingnya. Garis rahang yang indah dan bulu mata yang lentik. Semburat senyuman terpatri diwajah Aurora. Dia menelusuri garis rahang Delvian. Betapa tampannya pria itu ketika tidur. Tidak ada wajah dingin dan jarang tersenyum. Yang Aurora lihat hanya wajah damai dan tenang.
"Apa wajahku adalah lukisan yang nyaman dilihat?"gumam Delvian membuka matanya. Aurora dengan cepat mengalihkan pandangannya. Wajahnya memerah malu. Dia beranjak segera dari kasur. Tidak ingin ketahuan oleh Delvian.
"Bangunlah, kita harus kekantor." Baru Aurora ingin beranjak. Tangan Delvian sudah menahan dirinya.
"Kau tidak perlu lagi ke kantor. Kehamilanmu sudah mulai membesar."Aurora menatap Delvian kembali. "Tapi aku tidak terbiasa berdiam diri di rumah." Delvian duduk disamping Aurora.
"Tapi kau akan kelelahan."Aurora tersenyum dan menyentuh lembut jemari Delvian. "Aku bisa menjaga diriku. Jadi jangan khawatir."
"Kau yakin?"Aurora mengangguk dengan cepat. "Tentu saja,aku mampu dan aku bisa."Delvian menghela nafas. Mencoba untuk memahami dan tidak memaksa wanita itu.
"Baiklah, tapi jika kau merasa lelah beristirahatlah."Aurora mengangguk mengerti. Ada perasaan senang dan bahagia yang menyelimuti dirinya. Terasa seperti dirinya dan Delvian memulai awal baru yang lebih indah.
Aurora berharap kehangatan ini tetap berlangsung lama. Walau hanya sesaat dia benar-benar ingin menunjukan cintanya kepada pria itu. Dia ingin memperhatikan Delvian. Menjaga pria itu tetap nyaman disisinya. Dan Aurora berharap hubungan hangat diantara keduanya terus berlanjut.
****
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Aurora dan Delvian pergi bersama ke kantor hari itu. Delvian membuka pintu mobil dan Aurora turun dari sana. Para staf kantor seharusnya tidak perlu heran melihat keduanya pergi bersama. Karena mereka tahu posisi Aurora dikantor.Namun, intraksi keduanya yang membuat semua terasa berbeda. Delvian memegang erat tangan Audora dan menuntunnya berjalan keluar mobil. Intraksi intim yang mengundang banyak pasang mata melihat kearah mereka.
"Selamat pagi semua,"sapa Delvian kepada para staf yang langsung berhenti lalu lalang di loby. Semua mata terfokus kepada dua orang yang sedang berdiri diloby. Aurora sendiri tidak tahu apa yang dilakukan Delvian. Mendadak berhenti diloby dan menyapa para staf. Hal yang tidak pernah dilakukan Delvian.
"Saya akan memberi sedikit pengumuman. Mulai hari ini. Panggil Aurora dengan sebutan nyonya Parker." Aurora yang mendengar itu langsung mendelik terkejut kearah Delvian.
"Delvian??" Delvian hanya tersenyum simpul dan mengengam tangan Aurora semakin erat. Bisik-bisik dari para staf mulai terdengar. Hal yang cukup menghebohkan untuk didengar pagi itu. Pasalnya mereka hanya tahu jika Aurora adalah kerabat jauh keluarga Parker. Yang pada akhirnya menempati posisi penting wakil direktur perusahaan.
"Dia adalah istri saya dan sedang hamil saat ini.Jadi saya harap kalian bisa menjaga Nyonya dengan baik dan tidak menyusahkannya dalam pekerjaan."Sontak pemberitahuan dari Delvian membuat semua yang ada disana terkejut. Mereka tidak menyangka jika Delvian ternyata diam-diam sudah menikah dan akan menjadi ayah. Lebih mengejutkan lagi wanita itu adalah Aurora. Kecurigaan para staf akhirnya terjawab. Mengapa Aurora begitu mudah berintraksi dengan nyonya besar dan boss mereka. Tidak lain karena dia adalah menantu dari pewaris utama grup Parker.
"Baik tuan,"ujar para staf serentak. Meninggalkan Loby Delvian menarik tangan Aurora. Aurora sendiri masih tidak menyangka Delvian akan memberikan pengumuman mengejutkan itu. Memberitahu semua staf kantor tentang status mereka.
Berita mengejutkan itu sontak menjadi buah bibir para staf kantor. Hingga terdengar juga ketelinga para asisten Delvian dan juga Aurora. Lift terbuka Delvian dan Aurora memasuki lift sebelum akhirnya lift naik kelantai ruangan mereka.
"Mengapa kau mengumumkan status kita sekarang?"Aurora menatap Delvian penuh tanda tanya. Meski dia terkejut tapi dia merasa bahagia. Entah kenapa pengakuan Delvian seolah menegaskan jika sekarang dia dan dirinya saling memiliki satu sama lain.
"Aku tidak ingin kau kelelahan dalam bekerja. Aku ingin mereka lebih menghormatimu."
"Tapi sejauh ini mereka menghormatiku meski tahu aku bukan istrimu."
"Memang,tapi aku sudah lelah menyembunyikan semuanya. Aku hanya ingin dunia tahu saat ini."
"Apa kau yakin ini tidak masalah?"
"Tidak masalah. Toh sebentar lagi berita pernikahan kita akan tersebar."Aurora baru teringat dengan kejadian pesta. Dimana grandma sudah mengumumkan pernikahan mereka ke publik. Mungkin itulah alasan Delvian saat ini menjadi begitu terbuka mengakui hubungan mereka.
Aurora tersenyum tipis. Dia merasa benar-benar dihargai saat ini sebagai istri Delvian Parker. Bukan lagi istri yang tersembunyi. Tapi semua orang tahu bahwa saat ini dirinya adalah menantu dari parker grup.
Pengumuman yang mengejutkan pihak kantor itu. Membuat perubahan yang signifikan di kantor. Terutama untuk Aurora. Jika biasanya ketika dia melewati loby para staf hanya menyapanya biasa saja. Tapi saat ini ketika dia lewat mereka bukan hanya menyapanya ramah. Tapi juga berhenti untuk memberi salam hormat.
Hal itu pernah dilihat oleh Aurora ketika kedatangan grandma atau Delvian ke kantor. Mungkin inilah yang Delvian maksudkan. Menjadi lebih dihormati. Status menantu Parker bukanlah sebuah status sembarangan. Karena ketika menjadi menantu. Itu artinya Aurora menjadi bagian dari keluarga inti Parker. Terlebih dirinya bukan lah menantu biasa. Melainkan menantu dari cucu pewaris utama. Artinya menghormati Aurora sama dengan menghormati Delvian atau grandma.
Perubahan itu juga datang dari berbagai pembicaraan dikantor. Bahkan ada beberapa staf yang mulai mengoreksi diri mereka ketika berintraksi dengan Aurora. Mereka sungguh tidak menyangka jika Aurora menantu pewaris utama. Beruntung para staf memeperlakukan Aurora dengan baik. Tapi disisi lain hal itu membuat pekerjaan Aurora menjadi bertambah terutama dalam menghadapi para media dan rekan kerja bisnis.
Seperti hari ini. Ketika Aurora harus menghadiri pertemuan dengan salah satu perusahaan Desain terkenal di New York. Beruntung melisa yang menjadi asisten Aurora bisa mengatasi media dengan baik. Ketika Aurora di wawancarai langsung ditempat oleh mereka. Kegugupan masih melanda Aurora.
Tapi Aurora mencoba untuk membiasakan dirinya dengan situasi saat ini. Dia tidak bia menghindari media terus menerus. Terutama ketika status dirinya sudah terugkap kepermukaan. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah menghadapi mereka dengan kepercayaan dirinya. Dia hanya menjawab apa yang bisa dia jawab. Terutama seputar hubungannya dengan Delvian. Alasan mengapa mereka menikah diam-diam adalah topik pertanyaan yang selalu muncul dalam wawancara mereka.
Menjadi menantu keluarga Parker yang sesungguhnya baru saja Aurora rasakan. Setelah menikah dengan Delvian selama beberapa bulan. Ini adalah efek yang luar biasa dari menjadi menantu Parker ketika diketahui oleh publik. Aurora baru bisa memahaminya sekarang. Mengapa Delvian begitu menjaga privasi hidupnya.
Aurora jadi bertanya-tanya. Jika nanti Sherlin yang akan menjadi menantu Parker. Akankah dia juga akan mendapatkan reaksi yang sama seperti yang Aurora rasakan saat ini. Jika hari itu terjadi. Mungkinkah headline news berubah. Bukan lagi dirinya menjadi menantu parker. Melainkan mantan menantu. Membayangkan hal itu membuat Aurora sedih dan dia berharap hari itu tidak akan terjadi.
To be continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Bride
RomanceSebuah perjalanan liburan ke Barcelona mengubah hidup Delvian Parker. Ketika one night stand berakhir pada sebuah hubungan lain yang lebih serius dari yang bisa dia bayangkan. Bertemu dengan seorang gadis muda yang polos dan lugu membuat Delvian kes...