BAB 14

176 27 2
                                    

Sudah hampir seminggu perjalanan liburan Aurora dan Delvian lalui. Ini adalah hari terakhir mereka. Aurora sedang bersantai di balkon hotel. Sembari melukis sesuatu. Delvian sibuk di kamar hotel dengan bisnisnya.

"Kau sedang melakukan apa? ". Suara Delvian mengejutkan Aurora. Dengan cepat Auora menutup kembali lukisan nya.

"Kau sudah selesai bekerja? " Delvian tampak penasaran dengan lukisan yang Aurora tutup.

"Kau sedang melakukan apa? "

"Bukan apa-apa hanya sebuah lukisan".

"Lukisan? Kau bisa melukis? " Aurora tersenyum kecil. Dia mengambil gelas minum dan menyeruput teh camomile miliknya.

"Hmm ya sedikit. Waktu kecil aku sering menghabiskan waktu ku untuk melukis. Sebenarnya aku selalu bermimpi bisa menjadi pelukis yang handal".

"Benarkah? Aku ingin melihat lukisan mu".

"Jangan ini belum jadi kau tidak boleh melihatnya". Aurora menahan tangan Delvian yang hampir membuka tutup lukisan. Delvian menaik kan alisnya penasaran.

"Apa ini lukisan rahasia? "

"Benar kau akan bisa melihatnya ketika kau berulang tahun nanti".

"Jadi ini kado ku? "

"Tepat sekali". Aurora tersenyum malu. Delvian tampak senang mendengar Aurora akan memberikan dirinya kado.

"Aku tidak sabar melihat kadonya. Aku tidak tahu jika kau bisa melukis".

"Iya itu hanya hoby kecil".

"Tapi aku yakin lukisan mu pasti indah".

"Kau berpikir begitu? "

"Tentu saja kau bisa melakukan apa pun yang kau mau. Karena kau punya kekuatan mu sendiri". Aurora terpaku mendengar perkataan Delvian.

"Sebelumnya aku tidak pernah punya keberanian untuk bermimpi dan melakukan apa pun yang aku mau".

"Kenapa? "

"Aku selalu di kucilkan, di remehkan bahkan oleh ayahku sendiri dan dibandingkan dengan saudara tiriku". Delvian merasa iba mendengar cerita Aurora.

"Tapi kini tidak ada yang bisa melakukan itu. Kau adalah Aurora bagian dari keluarga Parker. Mengusik dan meremehkan mu itu bearti mengusik dan meremehkan ku juga". Aurora tersenyum mendengar perkataan Delvian yang selalu bisa menghangatkan hatinya dan merasa terlindungi.

"Terima kasih tuan parker".

"Kau pantas mendapatkan nya. Baiklah karena kau sedang membuat kadomu aku berikan kau waktu untuk menyelesaikan nya".

"Tentu saja aku akan menyelesaikan nya segera".

"Aku tidak sabar melihat hasilnya". Delvian tersenyum dan berjalan kembali ke kamar. Aurora terkekeh senang. Dia menatap lukisan di depan nya dan membuka kembali tutup lukisan itu.

"Baiklah mari kita selesaikan". Ujarnya bersemangat mengambil kuas dan melukis kembali. Lukisan yang akan mengingatkan nya kepada Delvian dan anak nya kelak. Tentang kenangan mereka hari ini.

****
Seminggu telah berlalu. Kini Aurora dan Delvian sudah kembali ke New York. Hari ulang tahun Delvian sudah semakin dekat. Beberapa acara besar akan diadakan oleh neneknya tanpa sepengetahuan Delvian untuk merayakan ulang tahun nya.

Tapi kejutan lain tak disangka datang siang itu. Ketika Delvian sedang makan siang bersama nenek nya dan juga Aurora di ruangan nya. Jakcson sedang berlari mengejar langkah kaki seorang wanita yang datang berkunjung ke perusahaan tanpa pemberitahuan. Dia tidak lain adalah Sherlin.

Perfect BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang