Aurora melangkah dengan air mata berurai dan dadanya terasa sesak. Aurora duduk di kursi yang menghadap ke arah pusat kota. Aurora menghapus tangisan nya ketika Delvian datang menghampirinya.
"Aurora". Aurora tidak memperdulikan pangilan Delvian. Delvian menatap Aurora dengan perasaan bersalah. Dia berjalan mendekati Aurora dan duduk di sebelahnya.
"Aku minta maaf". Aurora menenangkan dirinya dan menatap lurus pemandangan kota di depan mereka.
"Tidak apa-apa bukan salahmu".
"Aku masih beradaptasi Aurora dengan kehadiran mu, kau tahu pernikahan ini membuat ku syok. Satu sisi aku tidak ingin menyakitimu namun disisi lain diriku seperti terjebak tidak tahu harus bagaimana bersikap". Delvian menghela nafas kasar manatap nanar kota di depan nya. Aurora mendengar keluh kesah Delvian.
"Aku tahu dan aku memahaminya. Kau tidak perlu memperdulikan diriku cukup..". Delvian menatap Aurora dan memegang pundaknya membuat Aurora terekejut.
"Aku tidak bisa mengabaikan kehadiran mu aku tidak bisa tidak memperdulikanmu Aurora. Aku berusaha tapi aku selalu gagal.. Apa kau paham..!! Semua orang di sekitarku memintaku menjaga mu dan.. ". Aurora terkejut mendengar penuturan Delvian dia menatap pria itu lekat.
"Dan apa? ".
"Dan..aku intinya aku tidak pernah bisa mengabaikan kehadiran mu sejak di Barcelona, aku tidak suka melihat kau di tindas dan bersikap lemah".
"Apa kau kasihan kepadaku? ". Delvian menatap Aurora cepat.
"Tidak sepenuhnya mungkin lebih tepatnya rasa perduli yang muncul dari hatiku jadi aku mohon jangan memintaku untuk tidak memperdulika kehadiranmu".
"Tapi itu hanya akan menyusahkan mu".
"Jika aku tidak memperdulikan mu itu akan lebih menyusahkan Aurora. Grandma akan marah padaku". Aurora tersenyum tipis dan menatap lurus ke depan.
"Kita buat kesepakatan saja".
"Kesepakatan apa? ".
"Jika di depan orang ramai termasuk keluargamu dan teman-teman mu kita akan berlaku layaknya pasangan suami istri dan kau memperhatikan ku, tapi jika hanya kita berdua kita hilangkan saja semua kesepakatan itu kau boleh menganggap ku tidak ada". Delvian berpikir sejenak tentang ide Aurora.
"Baik aku setuju".
"Benarkah? Tidak masalah untukmu? ".
"Aku pikir ini jalan terbaik. Jika tidak di depan umum kita tidak perlu mencampuri urusan pribadi masing-masing". Aurora terdiam,dia mengerti Delvian butuh waktu untuk Sherlin. Tentu saja dia kekasihnya.
"Baik aku setuju".
"Sammy memberikan undangan dia meminta kita datang ke pesta perusahaan nya malam ini".
"Benarkah?".
"Iya".
"Tapi kita tidak bisa tampil di depan publik bersama kan? ". Aurora menatap ragu akan undangan yang Delvian pegang saat ini.
"Kita akan berpisah ketika memasuki aula pesta. Bagaimaa? ". Aurora mengangguk dengan pelan mendengar ide Delvian.
"Baiklah, aku akan masuk sendiri ketika sampai disana".
"Iya,apa kau sudah makan? Jika belum ayo makan siang".
"Aku tidak lapar kau saja yang makan".
"Kenapa? Apa ada yang tidak nyaman? ". Aurora mengeleng pelan menatap Delvian.
"Tidak apa-apa aku hanya tidak nafsu makan saja".
"Kau harus makan demi janin di tubuhmu. Apa ada yang kau inginkan?". Aurora meremas pelan tangan nya. Menatap Delvian dalam diam.
![](https://img.wattpad.com/cover/212771092-288-k117885.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Bride
RomanceSebuah perjalanan liburan ke Barcelona mengubah hidup Delvian Parker. Ketika one night stand berakhir pada sebuah hubungan lain yang lebih serius dari yang bisa dia bayangkan. Bertemu dengan seorang gadis muda yang polos dan lugu membuat Delvian kes...