BAB 23

174 30 8
                                    

Beberapa bulan berlalu sejak hari dimana pengumuman pernikahan Aurora dan Delvian kepublik. Kehidupan pernikahan merekapun berubah. Delvian menjelma menjadi sosok suami yang Aurora harapkan. Penuh cinta dan perhatian.

"Aku ingin membuat sebuah foto keluarga."Delvian menghampiri Aurora yang sedang menikmati teh ditaman sore itu.

"Foto keluarga?kita?"Aurora hampir tidak mempercayai pernyataan Delvian. Sejak mereka mengumumkan pernikahan kepublik. Aurora benar-benar merasa menjadi istri Delvian secara utuh. Bahkan kini merekanpun tidur bersama.

"Iya kau, aku dan calon anak kita. Jika nanti dia lahir dia bisa melihat bahwa orang tuanya pernah bersama."ada rasa haru yang menyeruak kedalam dada Aurora. Dia tersenyum lembut menatap Delvian.

"Terima kasih."Hanya kata itu yang bisa terlontar dari bibir mungil Aurora. Dia benar-benar berterima kasih jika Delvian bisa menghargai dirinya.

"Ini demi anak kita dan dirimu. Jadi kapan kau siap melakukannya?"

"Kapanpun kau mau." Aurora tidak terbiasa menuntut lebih dan mengungkapkan keinginannya. Meski kini Delvian memintanya untuk mengutarakan apa yang dia inginkan.

"Terima kasih masih bertahan hingga hari ini Aurora,"gumam Delvian meremas pelan jemari Aurora.

"Tidak perlu berterima kasih. Aku memahami semuanya Delvian."Delvian hanya tersenyum simpul. Jika ada orang yang kini bisa meluluhkan dirinya dan sisi keras dirinya sebagai seorang pria. Maka Aurora adalah orangnya. Wanita itu membuatnya tidak tega untuk menyakitinya dengan segala kesabaran dan kelembutan yang dia miliki. Yang terpikirkan oleh Delvian hanya ingin melindunginya.

"Aku berjanji akan menjaga anak kita."Aurora menatap Delvian seksama.

"Berjanjilah satu hal kepadaku."

"Apa?"

"Apapun yang terjadi kau harus tetap melindungi anak ini."Delvian tersenyum lembut.

"Tentu saja aku berjanji." Aurora merasa tenang sekarang. Dia bisa meninggalkan anaknya kepada pria yang tepat. Meski harus terpisah tapi Aurora yakin Delvian akan menjaga anak mereka dengan baik.

Hari pemoteretanpun tiba. Dimana Delvian dan Aurora melakukan foto bersama. Grandma sangat bahagia melihat foto keluarga yang kini terpajang di kamar dan juga ruang keluarga Parker saat ini.

"Akhirnya foto keluarga Parker lengkap." Elizabeth tersenyum menatap foto didepannya sembari menatap Aurora dan Delvian.

"Dia terlihat cantik kan grandma,"puji Delvian kepada Aurora. Aurora hanya tersenyum malu.

"Tentu saja dia memang cantik. Baiklah grandma akan tidur sekarang. Kalian juga harus istirahat." Elizabeth tersenyum dan berlalu meninggalkan Aurora dan Delvian. Delvian memeluk Aurora dari belakang dan menatap foto keluarga didepannya.

"Sekarang pohon keluarga ini menjadi lengkap."Aurora menatap foto claire dan anak-anaknya.

"Claire terlihat tidak berubah sama sekali,masih sangat cantik walau sudah memiliki anak sebesar itu."Delvian terkekeh mengingat adiknya itu.

"Percayalah mereka tidak semesra yang terlihat di foto ini. Keluarga claire itu gila." Aurora mengeryitkan dahinya dalam.

"Gila bagaimana?"

"Pada awalnya mereka tidak saling mencintai. Tapi liatlah sekarang bahkan Melviano tidak akan melepaskan Claire jauh dari pandangan matanya sedikitpun."Aurora tersenyum simpul. Dia mengelus pelan jemari Delvian.

"Cinta memang sulit ditebak. Hari ini kita tidak mencintai tapi besok lusa bisa berubah."Delvian hanya terdiam mendengar itu. Dia tidak berkomentar dan meyakini apa yang Aurora katakan benar. Karena sekarang dirinya mulai merasakan hal itu terhadap wanita dalam pelukannya.

Perfect BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang