BAB 13

165 27 3
                                    

Liburan Delvian dan Aurora cukup menyita waktu Delvian untuk bersantai. Seperti janjinya dia menemani Aurora kemanapun dia mau. Hari ini mereka menjelajah menggunakan helikopter pribadi milik Delvian. Aurora tidak bisa lebih bahagia dari pada itu.

Matanya takjub melihat pemandangan dibawah mereka. Dia mengambil kamera yang dia bawa dan mengabadikan moment pemandangan menakjubkan dari atas udara tersebut.

"Ini sangat cantik. Terima kasih Delvian". Ujar Aurora tersenyum kepada Delvian. Delvian yang membawakan helikopter tersenyum.

"Sama-sama bagaimana keadaan kehamilan mu sekarang? ".

"Aku rasa dia baik-baik saja sekarang. Dia sering menendang sekarang".

"Oh ya? Apakah itu terasa".

"Iya apa kau ingin menyapanya? ". Delvian tampak memikirkan permintaan Aurora dengan canggung dia mengangguk setuju.

"Boleh jika kau mengijinkan nya".

"Tentu saja kau bisa berintraksi dengan nya kau ayahnya". Delvian tersenyum dia mengelus pelan perut Aurora yang tampak semakin membesar.

"Hay little there. Aku harap kau sehat dan tidak membuat ibu mu susah. Kami tidak sabar untuk melihat kau hadir nanti". Perkataan Delvian menghangat kan hati Aurora. Dia mengulas senyum bahagia. Perut Aurora terasa menendang dari dalam. Memberikan isyarat jika anaknya mendengar apa yang Delvian katakan.

"Lihat dia mendendang Delvian. Dia senang kau menyapanya". Delvian merasakan perut Aurora yang terasa ada tendakan kecil disana. Rasa haru menyelimuti Delvian. Ini pertama kalinya dia merasakan hal menakjubkan seperti itu. Bayi kecil disana bisa merespon nya.

"Iya aku merasakan nya. Ini sungguh mankjubkan bagaimana bisa dia merespon kita". Delvian tampak takjub sekaligus bahagia mendapati kenytaan itu.

"Tentu saja bayi di dalam kandungan bisa merasakan hubungan orang tuanya. Terutama perasaan ibunya".

"Oh ya? Aku baru mendengar hal ini".

"Aku pun baru tahu ketika aku hamil dia. Kau ingin memberi nama anak ini apa? ". Delvian tampak berpikir. Dia menatap Aurora.

"Bagaimana jika kau yang memilih namanya? "

"Sungguh aku bisa melakukan nya? "

"Tentu saja dia anak mu. Kau yang selalu bersama nya aku akan menerima semua nama yang kau berikan kepadanya".

"Aku melakukan pemeriksaan kehamilan saat itu. Dia berjenis kelamin lelaki". Delvian tampak kaget. Dia baru menyadari jika selama ini dia belum memperhatikan Aurora. Bahkan jenis kelamin anak nya dia belum tahu.

"Sungguh? Dia lelaki? " Di tengah keterkejutan nya. Delvian tampak sangat bahagia.

"Iya aku yakin dia akan sama tampan nya dengan ayahnya". Gumam Aurora mengelus perut nya. Delvian mengulum senyum tipis.

"Alangkah lebih baiknya jika dia perempuan". Gumam Delvian yang membuat Aurora mengeryitkan dahi.

"Kenapa? Apa kau tidak suka anak lelaki? "

"Bukan,hanya saja jika dia perempuan aku yakin dia akan sama cantik dan lembut seperti dirimu. Kau tahu sendiri aku tidak bisa selembut pria lain". Aurora tersenyum dan terkekeh.

"Jadi kau berharap anak mu menjadi pria yang lembut nantinya? "

"Tentu saja dia tidak boleh seperti ayahnya ini yang tidak bisa membahagiakan ibunya seutuhnya" . Aurora mengulum senyum. Dia mengelus pelan pundak Delvian. Memberikan ketenangan dan kehangatan dalam diri Delvian.

"Ayahnya sudah memberikan yang terbaik untuk ibunya. Dia pasti akan bangga memiliki ayah seperti dirimu dia pasti tidak sabar untuk bertemu dengan mu segera. Bertemu ayah hebat seperti dirimu". Aurora melemparkan senyum nya memuji Delvian. Delvian merasa hatinya menghangat mendengar ucapan manis Aurora untuk dirinya.

"Terima kasih. Jadi kau akan memberi nama apa untuknya? ". Aurora tampak berpikir sejenak.

"Mikcle Dean Parker. Bagaimana menurutmu?" Delvian menatap Aurora.

"Apa ada artinya? ".

"Hm aku rasa Mikcle bisa mewakili kata miracle jika dia perempuan aku bisa memberi namanya miracle karena dia lelaki jadi kita panggil saja dia Mikcle".

"Mickle sama artinya dengan Miracle? ".

"Iya kehadiran nya seperti keajaiban dalam hidupku. Jadi aku ingin memberi kan nama ini untuk nya". Delvian tersenyum melihat betapa bahagiaya Aurora memberikan nama untuk anak nya. Dia jadi berpikir ulang akan kah dia mampu memisahkan wanita sebaik ini dari anak nya kelak. Akan kah ada ibu yang pantas menjadi ibu anak nya selain dari Aurora.

"Nama yang bagus jika dia punya adik perempuan nanti nya aku akan memberikan namanya Miracle". Aurora tampak terkejut mendengarnya. Meski dia tahu itu sudah pasti bukan anak dengan nya. Karena Delvian akan menikahi Sherlin. Tapi dia cukup bahagia. Setidaknya dia memberi nama anak yang Aurora buat.

"Iya itu sangat bagus papa Delvian Mickle akan senang pastinya".

"Tentu saja aku akan memastikan jika Mickle akan selalu bahagia. Bahkan jika aku bisa memberikan dunia ini untuknya akan aku berikan". Aurora merasa terharu mendengar nya. Meski dia tahu pernikahan nya dengan Delvian akan berakhir. Tapi dia bisa merasa senang dan lega. Anak nya akan berada dalam tangan ayah yang tepat. Yang akan menjaga dan meyangginya. Dia akan selalu menjadi pengikat terindah bagi mereka.

"Terima kasih papa Delvian".

"Terima kasih juga mama Aurora. Aku pastikan Mikcle akan selalu mengingat mu sebagai ibunya". Hanya senyum tipis yang bisa Aurora tampilkan ketika Delvian mengatakan itu. Rasa sedih menyelimuti dirinya tak kala mengingat jika dia akan berpisah dari anak nya nanti.

"Aku hanya berharap aku akan selalu ada merayakan setiap hari ulang tahun nya".

"Tentu saja kau bisa mengiriminya hadiah setiap tahun. Ketika dia beranjak semakin dewasa kau bisa bertemu dengan nya".

"Apakah itu artinya aku akan melewatkan tumbuh kembang nya? " Delvian terdiam mendengar pertanyaan Aurora.

"Aku tidak bisa menjanjikan hal ini. Karena Sherlin akan mengambil alih peran mu ketika dia menikahi ku nanti". Suara Aurora terasa tercekat. Bagai di bangunkan dari mimpi. Delvian menyadarkan dirinya. Bahwa dia bukan siapa-siapa dalam kehidupan nya. Selain dari wanita yang akan melahirkan anak nya nanti.

"Aku mengerti. Aku akan meninggalkan banyak surat untuknya. Di setiap ulang tahun nya nanti. Setiap dia berulang tahun kau bisa memberikan surat itu untuknya".

"Pasti aku akan memastikan bahwa dia akan selalu menerima surat dari ibunya".

"Terima kasih". Aurora membuang wajahnya. Melihat keluar jendela. Air mata nya terasa ingin menetes saat itu juga. Tapi rasanya dia tidak bisa melakukan nya.

Delvian tidak tahu. Apakah keputusan nya tepat melakukan hal itu untuk Aurora. Tapi dia tahu dia tidak bisa memegang wanita ini selamanya dalam hidup dia. Dia tidak bisa karena dia takut. Dia takut jika dia menahan Aurora. Dia takut dia akan kehilangan wanita itu. Dia akan menjaga anak mereka. Sebagai pengingat bahwa pernah ada malaikat yang hadir dalam kehidupan nya. Delvian hanya takut jika Aurora akan melupakan nya jika tidak ada anak diantara mereka.

Perfect BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang