Bagian dari diri pria yang terkadang tidak bisa hilang adalah egonya yang terlalu tinggi. Pria bisa menyakiti wanitanya atau mungkin dia boleh berdekatan dengan wanita lain tapi ketika miliknya diganggu pria lain dia akan marah. Egois bukan,dan itulah yang di alami Aurora saat ini. Suaminya menjadi sangat protektif setelah kepergiaanya bersama Sammy beberapa waktu lalu.
Apakah Aurora harus bersyukur dengan perubahan sikap Delvian yang tiba-tiba ini. Aurora hanya tidak berani berharap lebih dan dia sadar posisinya. Dalam artian dia sangat tahu diri bahwa dia bukanlah istri yang harus Delvian berikan perhatian apalagi rasa cemburunya. Tapi,haruskah dia sedikit egois saat ini menerima rasa posesif Delvian yang membuatnya nyaman.
"Aurora,kau mau makan apa?biar ku minta pelayan menyiapkan makanan. Apa tidurmu nyaman akhir-akhir ini?" Aurora hanya tersenyum dan mengeleng pelan.
"Aku sudah makan dan cukup istirahat. Kau tidak perlu khawatir."
"Tentu saja aku khawatir. Aku ingin anak kita terlahir sehat. Bagaimana kabarmu nak? Jangan membuat ibumu lelah ya,"ujar Delvian mengusap perut Aurora membuat Aurora menyungingkan senyum bahagianya saat ini.
"Aku baik-baik saja papa. Papa juga harus sering istirahat jangan terlalu banyak bekerja,"ujar Aurora membalas perkataan Delvian. Delvian menatap Aurora.
"Apa yang kau harapkan dariku saat ini Aurora?" Mendengar pertanyaan Delvian membuat Aurora terkejut.
"Apa maksudmu?"
"Selama ini kau tidak pernah meminta apapun dariku. Sekarang aku ingin mendengar apa yang kau harapkan dariku sebagai seorang suami bukan hanya ayah dari anakmu."
"Apakah aku bisa meminta?"
"Tentu saja,siapa yang melarangmu?" Aurora hanya tersenyum dan menatap perutnya.
"Aku hanya tidak berani karena aku sadar posisiku dalam hidupmu. Aku tidak ingin membuat Sharlyn sedih dengan perhatianmu kepadaku Delvian. Cukup kau memperhatikan anak ini saja." Entah kenapa,mendengar pernyataan Aurora hati Delvian merasa seperti ditikam sesuatu. Apakah dia benar-benar sudah membuat wanita disampingnya ini kesulitan dengan perannya sebagai istri yang tidak seharusnya menjadi istrinya.
"Baiklah jika kau tidak meminta maka aku yang akan memenuhinya sendiri. Sebagai seorang suami mulai saat ini aku akan mematuhi keinginanmu dan juga aku akan memperlakukanmu layaknya istriku." Aurora tercengang mendengar penuturan Delvian.
"Tapi kita hanya menikah sementara."
"Lupakan itu,setidaknya lakukan ini demi anak kita." Delvian tidak tahu apa yang dia lakukan saat ini. Tapi yang jelas dia tidak ingin Aurora menjauh darinya saat ini. Dia menginginkan wanita ini disampingnya. Dia sadar perasaannya mungkin saja telah berubah saat ini untuk Aurora.
"Tapi Delvian." Tidak ingin mendengar bantahan dari Aurora. Delvian menarik wanita disampingnya dan mencium bibir Aurora. Perlakuan yang tiba-tiba dan sponta itu membuat Aurora terkejut. Tapi atas desakan Delvian Aurora menerima ciuman intim itu.
Sesuatu yang berbeda terasa menjalar diseluruh tubuh Delvian maupun Aurora. Ciuman yang begitu sadar dan intens yang baru mereka lakukan. Delvian memperdalam ciuman itu dan mulai menyentuh tubuh Aurora secara reflek. Sesuatu yang tidak bisa dia hindari. Dia menginginkan Aurora seutuhnya sebagai istri dan pasangannya saat ini.
Aurora bingung dengan segala perubahan sikap Delvian. Semua sentuhan dan ciuman pria itu terasa berbeda. Sangat berbeda dari yang pernah dia terima dari seorang Delvian.
"Aurora aku ingin kita mengakhiri pernikahan kontrak ini. Lupaka kontrak dan mari jalani ini sebagai pernikahan sepasang suami istri," ujar Delvian melepaskan tautan bibir mereka dengan nafas yang tidak beraturan. Aurora masih sangat kaget dengan semua yang Delvian katakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/212771092-288-k117885.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Bride
RomanceSebuah perjalanan liburan ke Barcelona mengubah hidup Delvian Parker. Ketika one night stand berakhir pada sebuah hubungan lain yang lebih serius dari yang bisa dia bayangkan. Bertemu dengan seorang gadis muda yang polos dan lugu membuat Delvian kes...