Gea menjadi yang paling tidak terima dengan pernikahan Aurora. Wajah masamnya terpatri jelas di wajah Gea saat menghadiri pesta pernikahan Aurora dan Delvian. Tidak ada senyuman selain amrah dan rasa iri yang mengerogoti hatinya.
Aurora tampak cantik dalam balutan gaun putih mendampingi Delvian menyambut para tamu yang hadir. Sosok Aurora seperti malaikat yang turun ke bumi hari itu. Senyum indah jelas terpatri di wajah cantik Aurora meski dia tahu Delvian tampak tidak bahagia akan pernikahan mereka. Aurora hanya bisa menyimpan semua di dalam hati ketika menerima kenyataan pernikahan dirinya dan Delvian akan berakhir saat anak mereka lahir.
Satu hari sebelum pernikahan dilangsungkan. Delvian menemui Aurora di kamar hotel tempat Aurora menginap. Delvian berjalan masuk ke dalam ruangan membawa seberkas map yang membuat Aurora tecengang.
"Ini adalah perjanjian pernikahan kita. Dimana kita akan bercerai setelah anak itu lahir" Delvian menyerahkan map cokelat kepada Aurora. Aurora tidak bergeming di tempatnya dan membaca isi map itu.
"Kau ingin aku menandatagani nya sekarang??" Delvian diam atas pertanyaan Aurora.
"Iya jika kau ingin aku memberikan konpensasi lebih silahkan sebutkan nominalnya" Aurora menatap Delvian sejenak dan mengambil pulpen di dalam tasnya.
"Tidak perlu" Aurora menandatagani berkas tanpa memberikan persyaratan apa pun" Delvian mengeryitkan dahi dalam melihat prilaku Aurora.
"Sungguh kau tidak membutuhkan apa pun??" Aurora mengangguk pelan dan menyerahkan berkas yang sudah dia tandatangani.
"Aku hanya ingin kau menjaga bayi ini dengan baik nantinya. Meski mungkin aku tidak bisa membesarkan nya aku berharap dia bisa tumbuh dengan baik" perasaan Delvian terasa menohok saat itu. Pertama kali dalam hidupnya dia menemui wanita yang tidak meminta uang ataupun sesuatu yang menguntungkan untuknya. Terutama ketika dia sendiri sudah hamil anaknya.
"Aku pasti akan menjaganya. Bagaimana pun aku adalah ayahnya" Aurora tersenyum simpul dan mengelus perut datarnya.
"Terima kasih"
"Istirahat lah besok akan menjadi hari yang melelahkan. Aku akan menyimpan berkas ini"
"Baiklah" Delvian beranjak dari hadapan Aurora. Hanya seulas senyum tipis dan sendu saat melihat punggung Delvian yang berlalu.
"Jadi anak yang nurut dengan papa ya nak. Maafkan mama tidak bisa membesarkan mu dan melihat kau bertumbuh" Gumam Aurora lirih mengelus pelan perutnya yang masih merata.
Mengingat kejadian sehari lalu membuat Aurora termenung di tempatnya pada hari pernikahan menyambut tamu. Delvian menyengengol Aurora yang tampak asyik melamun.
"Aurora hey.." sengolan Delvian membuat Aurora tersadar.
"Ha iya kenapa??"
"Kau melamunkan apa. Ada tamu yang ingin bersalaman" Aurora tersadar kembali dan melihat kesekeliling tamu yang sudah menunggu untuk mengucapkan selamat kepada mereka.
"Maafkan aku. Terima kasih atas kedatangan nya" Aurora membalas semua ucapan selamat dari para tamu. Delvian hanya menatap bingung ke arah Aurora.
Delvian membawa Aurora untuk segera istirahat setelah pesta usai. Mereka tidak ikut dalam acara pesta makan malam karena Delvian tidak ingin dirinya dan Aurora terlalu terexpos media yang akan membuat Sherlin mengetahui pernikahan dirinya dan Aurora.
"Apa tidak apa-apa kita tidak ikut pesta lagi??" Aurora dan Delvian bersiap untuk tidur malam itu.
"Tidak masalah ada grandma dan keluarga yang menangani disana. Kita istirahat saja kau adalah seorang ibu hamil jadi harus segera istirahat aku juga sangat lelah" Aurora mengangguk mengerti tanpa membantah Delvian sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Bride
RomanceSebuah perjalanan liburan ke Barcelona mengubah hidup Delvian Parker. Ketika one night stand berakhir pada sebuah hubungan lain yang lebih serius dari yang bisa dia bayangkan. Bertemu dengan seorang gadis muda yang polos dan lugu membuat Delvian kes...