BAB 16

160 26 7
                                    

Setelah hari pertemuan dimana Aurora bertemu dengan Sherlin. Devian jarang terlihat di sekitar dirinya. Jackson mengatakan jika Sherlin masih di New York. Itu artinya Delvian menghabiskan waktu bersamanya. Aurora tidak berhak marah. Dia sangat sadar posisinya tapi entah mengapa hatinya merasa terluka menerima kenyataan itu.

Ketika malam pulang ke rumah pun. Delvian memutuskan tidur di ruang kerjanya. Dan tidak kembali ke kamar. Seperti malam ini. Aurora lagi-lagi tidur sendirian dan Delvian berada di ruang kerjanya. Aurora duduk melamun di ranjang. Menutupi tubuhnya dengan selimut. Raut wajahnya murung.

Delvian masuk ke kamar untuk mengambil dokumen. Melihat Aurora yang tampak duduk murung di ranjang. Dia menyapa Aurora yang langsung menoleh ketika di panggil.

"Aurora kenapa kau belum tidur? "

"Belum mengantuk hmm apa kau akan tidur di ruang kerjamu lagi? "

"Iya aku harus menyelesaikan beberapa dokumen".

"Hmmm begitu".

"Ada apa? Apa kau butuh sesuatu?"

"Tidak aku tidak butuh apa-apa".

"Baiklah jika begitu istirahat lah aku kembali ke ruanganku".

"Iya". Entah itu hanya perasaan nya. Tapi Aurora merasa Delvian menghindarinya. Apa dia takut jika Sherlin tau lebih jauh tentang dirinya. Menghela nafas berat Aurora berbaring. Menatap langit malam melalui jendela kaca di depan nya.

"Sepinya". Gumam Aurora dia mencoba memejamkan matanya dan kemudian terlelap tidur.

Delvian menghempaskan tubuhnya ke kursi kerjanya. Sudah hampir beberapa hari dia menghindari Aurora karena kedatangan Sherlin. Dia tidak berniat menyakiti Aurora. Tapi dia tidak bisa. Setiap melihat Aurora. Muncul perasaan bersalah yang tidak bisa Delvian kendalikan. Terlebih hampir setiap malam Sherlin menghubunginya. Hampir tidak mungkim dia akan bicara dengan Sherlin di depan wanita itu.

Dia tahu seharusnya dia tidak perlu memprdulikan perasaan wanita itu. Pernikahan mereka hanya sebatas kontrak ketika anak itu lahir. Tapi tetap saja dia merasa dirinya melakukan sesuatu yang salah. Terasa seperti dirinya berselingkuh dari istrinya sendiri. Pikiran itu membuat Delvian hampir tidak bisa tidur setiap malam. Dia akan berjalan mengendap ke kamar mereka. Untuk memastikan Aurora ada disana dan baik-baik saja. Sebelum akhirnya dia kembali ke ruang kerja nya dan beristirahat disana.

****
Aurora sudah bersiap untuk pergi ke kantor. Dan hari ini pun sama seperti kemarin. Aurora kini berangkat sendiri tanpa ditemani Delvian. Pria itu sudah berangkat duluan dengan mobil pribadinya. Mulai kemarin Melisa aktif datang menjemputnya.

"Nyonya hari ini kita ada rapat diluar".

"Dimana? "

"Di kapal bersama tuan Sammy. Beliau bilang dia akan datang menjemput nyonya".

"Sammy? Dia sudah kembali dari Jerman? "

"Iya sudah nyonya".

"Baguslah setidaknya hari ini tidak terlalu sepi".

"Apa nyonya baik-baik saja? "

"Aku tidak apa-apa Melisa kapan jadwal pemeriksaan kandungan ku selanjutnya? "

"Minggu depan nyonya saya sudah mengatur waktunya".

"Baiklah terima kasih Melisa".

"Iya nyonya".

****
Delvian termenung di kursi kerjanya. Selama Sherlin di New York dia sudah menghindari Aurora selama yang dia bisa. Seharusnya itu tidak masalah bagi Delvian. Tapi perasaan apa ini. Dia merasa sangat bersalah kepada wanita itu. Dia seperti suami yang selingkuh dari istrinya. Meski kenyataan nya bukan begitu.

Perfect BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang