Tidak hanya disitu Gea mencoba untuk menghasut Sherlin. Dia menemui Sherlin siang itu setelah berhasil mendatangkan wartawan yang membuat keributan dalam pertemuan mereka. Sherlin menatap kearah Gea dengan pandangan meyelidik.
"Apa hubunganmu dengan Aurora?"
"Kami saudara tiri. Ayahnya menikah dengan ibuku."
"Jadi kau keluarganya?"
"Ya bisa dibilang seperti itu."Sherlin menyungingkan senyum masam.
"Untuk apa kau kemari?"Gea tersenyum dia menatap kamar hotel Sherlin.
"Mari bekerjasama. Aku tahu kau kekasih Delvian dan masih sangat mengharapkanya."Sherlin mengeryitkan dahinya dalam.
"Apa maksudmu bekerjasama?"
"Aku bisa membuat mereka berpisah."Sherlin mengeryitkan dahinya semakin dalam. Dia menghela nafas kasar. Dia tidak melakukan apapun Delvian sudah pada marah padanya. Jika dia melakukannya dan pria itu tahu entah bagaimana nasibnya.
"Terima kasih tapi aku tidak membutuhkan itu." Gea menaikkan alisnya. Menatap Sherlin seksama.
"Kau yakin?bukankah kau sangat menginginkan Delvian?"
"Aku menginginkannya. Tapi aku tidak butuh bantuanmu."
"Oh begitu."Gea tersenyum sinis.
"Sekarang silahkan pergi aku masih ada urusan."Sherlin membuka pintu hotelnya. Mempersilahkan Gea keluar. Rencananya untuk membawa Sherlin menyakiti Aurora tidak berhasil.
"Well aku berharap kau tidak menyesalinya."
"Tentu saja tidak akan." Gea keluar dengan senyum sinisnya. Sherlin memijat kepalanya. Terlalu banyak hal terjadi. Dia ingin istirahat sejenak.
Gea membanting setir mobilnya dengan geram. Gagal menghasut Sherlin untuk bekerjasama dengannya. Gea menatap sinis kearah hotel dimana Sherlin berada.
"Baik jika kau ingin berlagak menjadi wanita sok baik Sherlin. Kita lihat bagaimana kau akan menangani skandalmu nanti."Senyum Gea terpatri jelas diwajahnya. Dia melajukan mobilnya meninggalkan jalanan hotel hari itu.
Aurora beristirahat sejenak hari itu dari rutinitas yang sudah biasa dia lakukan. Bekerja dikantor hari ini Melisa hanya mengirimkan beberapa laporan kepadanya melalui Email. Membunuh rasa bosannya. Aurora melakukan hoby melukisnya. Mengusap pelan perutnya yang mulai membuncit Aurora mengambil alat lukis miliknya.
"Hari ini mama akan membuat sebuah kenang-kenangan lain untukmu. Akan mama lukis tentang kita bertiga,"guman Aurora berbicara sendiri dengan perutnya. Aurora mulai mengambil kuas dan memububuhkan warna disana.
Aurora melukis sepasang suami istri yang sedang menemani buah hati mereka bermain disebuah taman. Itu adalah potret masa depan yang Aurora harapkan bersama Delvian. Meski dia tahu akan sulit mewujudkannya atau mungkin tidak akan pernah terwujud. Tapi setidaknya dia bisa melukis mimpinya.
Lukisan Aurora selesai,dia menatap lukisan yang dia lukis didepannya. Wajah Aurora tampak tersenyum bahagia. Dia menutup lukisan miliknya. Lukisan itu akan dia perlihatkan kepada Delvian di waktu yang tepat. Aurora merapikan semua alat lukisnya. Tepat ketika Delvian datang menghampiri dirinya.
"Sedang apa?"Aurora terkejut dengan kedatangan Delvian. Menatap Delvian sembari merapikan alat
Lukisnya."Melakukan hoby,kenapa kau tidak ke kantor?"
"Aku ingin makan siang dirumah bersamamu. Apa itu?"Delvian menatap lukisan Aurora yang tertutup kain putih didepannya.
"Sesuatu yang belum bisa kau lihat sekarang."
"Rahasia?"
"Ya begitulah."
"Apa aku benar-benar tidak bisa melihat sedikit saja?"
"Tidak bisa akan aku berikan ketika anak kita lahir."Delvian menyungingkan senyumnya.
"Baiklah jika itu yang kau mau. Ayo kita ke dalam."
"Baiklah." Aurora berjalan kedalam bersama Delvian. Menatap lukisannya Aurora tersenyum. Dia berharap Delvian bisa melihat lukisan itu suatu hari nanti.
Kebahagian jelas terlihat diwajah Delvian dan Aurora kini. Bagaimana mereka menikmati waktu bersama satu sama lainnya. Tidak ada lagi jarak yang begitu jauh diantara mereka. Dan memang sudah seharusnya itu terjadi. Untuk dua orang yang pada dasarnya saling mencintai. Tidak perlu ada jarak yang besar. Bahkan jika itu adalah sebuah kebencian.
To be continue.. Dont forget to vote thank you 🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Bride
RomanceSebuah perjalanan liburan ke Barcelona mengubah hidup Delvian Parker. Ketika one night stand berakhir pada sebuah hubungan lain yang lebih serius dari yang bisa dia bayangkan. Bertemu dengan seorang gadis muda yang polos dan lugu membuat Delvian kes...