TAEYONG meletakan dua koper di dekat sofa, ia mungkin akan membersihkan tubuh terlebih dahulu sebelum menjemput mark dan jeno di rumah ten.
Rumah baru ini memiliki dua lantai dan tiga kamar, yang terletak dua kamar di lantai atas dan satu kamar di lantai bawah, sepertinya ia akan menempati kamar di bawa dan membiarkan dua putranya menghuni kamar di bagian atas. Taeyong juga tidak perlu repot membersihkan rumah ini karena sudah bersih dan di rawat sebelumnya meski tidak di huni.
Masalah bayaran rumah ini. taeyong sudah membayarnya tadi, menyempatkan diri menghubungi si pemilik rumah saat ia kembali kehotel. Taeyong beranjak menuju kamar yang ada di lantai bawah, ia masuk kesana dengan satu setelan baju yang sempat di ambilnya sebelum menuju kamar baru.
Kamar dengan nuansa putih ini terlihat sangat nyaman, ada kasur berukuran king size yang terletak di dekat jendela kaca yang tirainya tidak tertutup. Memperlihatkan bagian samping rumah yang di tanami beberapa bunga cantik dengan sorotan kecil dari lampu.
Taeyong mendekat pada jendela kaca, menggeser jendela itu lalu tersenyum kecil memperhatikan bunga-bunga cantik yang entah siapa yang menanamnya di sana.
"Apa ten yang menanamnya?" Taeyong terkekeh, ia teringat sikap lembut ten yang tidak menutup kemungkinan jika ibu haechan itu menyukai bunga.
Taeyong menutup kembali jendela kaca itu, ia segera pergi kekamar mandi, saat teringat harus segera menjemput mark dan jeno, meski dua anaknya berada di rumah haechan yang letaknya di samping rumah mereka sendiri. Tetap saja taeyong harus menjemput mereka mengingat ini sudah malam hari.
...
"Mommy!." Taeyong yang di panggil segera berjongkok saat jeno berlari kearahnya, menubrukan tubuh kecilnya pada taeyong, memeluk erat leher taeyong. "Jeno mengantuk."
Ah iya ini sudah jam tidur kedua putranya, taeyong merasa menyesal baru menjemput kedua anaknya. "Maaf mommy baru menjemput, kita pulang ya?." Taeyong mengulurkan tangannya mengusap puncak kepala mark yang berdiri di samping jeno dengan bibir tertekuk.
"Mommy lama." Mark semakin menekuk bibirnya.
"Maaf sayang." Taeyong segera berdiri membawa jeno dalam gendongannya. "Ten terimakasih sudah menjaga mereka." Ada nada tidak enak di sana, namun ten tersenyum hangat.
"Tidak apa-apa. sudah kubilang kan jangan sungkan." Ten mengusak rambut jeno gemas. "Mereka tadi ku suruh tidur bersama haechan, tapi kedua anakmu lebih memilih menunggu mommynya."
Taeyong semakin merasa bersalah, seharusnya ia ingat jika kedua putranya ini sangat menempel padanya, tapi taeyong malah menyempatkan diri membereskan isi koper sebelum kesini.
"Maafkan mommy, sekarang kita pulang." Taeyong meraih tangan kecil mark. "Kami pulang dulu, terimakasih untuk hari ini." Taeyong sedikit membungkuk pada ten dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
"Selamat malam." Ucap ten saat tiga orang itu sudah keluar dari rumahnya.
"Selamat malam juga aunty." Mark melambai kecil pada ten dan sedikit menoleh kebelakang.
"Hei!." Taeyong tentu saja kaget, kenapa putranya yang satu ini selalu mengatakan sesuatu tanpa memikirkannya. Taeyong tau jelas mark tau jika ten itu seorang pria. "Dia pria mark."
"Lalu kenapa? Mommy juga seorang pria dan mark memanggil mom dengan sebutan 'mommy' " setelah mengatakn itu mark melepas genggaman taeyong dan pergi lebih dulu, taeyong menghela nafas kecil dengan tingkah mark.
"Maaf ten." Taeyong kembali berbalik menghadap ten yang masih di ambang pintu.
"Sudah. tidak apa." Ten terekekeh "jeno tertidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
mommy《jaeyong》END
Romance[hurt] [romance] cerita selesai mark menangis. ia menangis dalam keheningan malam di rumah besar keluarga jung, suara isak dari balik pintu yang ada di depannya. ia benci kenyataan yang sangat pahit untuk anak seusianya. "berhenti jeno! ku bilang b...