Jangan lupa like ya sama komen.
Mohon di maklumi jika banyak typoSUDAH sekitar 30 menit mareka menunggu di luar ruangan tempat taeyong di tangani namun tidak ada tanda-tanda dokter akan keluar dari dalam.
Ten sedari tadi tak henti mengusap rambut jeno, kedua anak taeyong hanya diam sedari awal menginjakan kaki di rumahsakit, Tidak ada eksperesi di sana. Jeno maupun mark sibuk dengan pikiran masing-masing.
Namun tidak lepas dari perhatian ten jika mark dan jeno sesekali mengusap ujung mata mereka yang mulai di basahi air mata, sekarang ten mengerti dua anak di sampingnya di paksa kuat oleh keadaan, mark dan jeno seperti anak pada umumnya, mereka masih lemah hanya saja tidak mau memperlihatkan itu semua pada orang lain kecuali taeyong.
"Jeno. tidak apa jika ingin menangis" jeno melirik ten sebentar namun kembali menunduk, ten menghela afas kecil ketika tidak mendapat respon apapun dari jeno.
Suara pintu terbuka membuat semua pasang mata yang ada di sana segera menoleh, mendapati dokter cantik yang baru saja keluar dengan senyum di bibir merahnya, jeno dan mark segera mendekati dokter itu di ikuti ten. Haechan dan johnny masih diam di tempat mereka duduk.
"Bagaimana mommy?." Jeno memegang ujung jas dokter itu, matanya menatap penuh kuatir. Dokter itu mengusap ujung rambut jeno agar jeno tidak merasa kuatir.
"Suami pasien ada?." Ten yang di beri pertanyaan merasa bingung harus menjawab apa, karena dari awal ia mengenal taeyong ten tidak pernah melihat pasangan pria manis itu, hanya jeno dan mark yang ia tau, jika suami. mungkin pasangan pria manis itu sadang bekerja atau punya kesibukan yang lain. Baru saja ten ingin menjawab suara mark lebih dulu menyahut membuatnya kembali terdiam sekaligus terkejut, tidak jauh dari ten johnny juga terkejut sementara haechan yang juga mendengar kini menunduk.
"Sudah mati." Suara sarkas itu membuat jeno segera manatap mark yang masih dengan wajah datarnya.
"Mereka anak pasien, dan aku temannya." Dokter itu mengangguk senyum manisnya juga tidak luntur sedari tadi.
"kami melakukan USG untuk memastikan jika pemeriksaan tidak salah, ternyata pemeriksaan memang akurat jika pasien hamil anak kembar usia kandungan 12 minggu." Ten tersenyum, ia sama sekali tidak terkejut dengan kabar ini karena ten sudah sadar sedari awal jika ada yang aneh dengan postur tubuh taeyong.
Oh ayolah ten juga pernah hamil jadi ia mengetahui bagaimana bentuk tubuh sesaorang yang sedang mengandung, dan itu tidak luput dari perhatiannya sedari ia mengenal taeyong.
"Boleh kami menjenguk kedalam?." Dokter itu mempersilahkan setelah itu segera pamit pergi, sementara mark dan jeno sudah masuk kedalam sana.
"Di mana suaminya?." Johnny sudah berdiri di samping ten yang mengintip kedalam lewat kaca yang ada di pintu. "Aku merasa ada yang aneh."
"Kau menangkap keanehan di mata mark?." Johnny mengangguk merespon pertanyaan isterinya, haechan berjalan mendekat. Menyentuh ujung baju ten. "Kenapa sayang?."
Ten tersenyum lembut mengusap rambut haechan. "Mommy jangan bertanya apapun tentang daddy mark dan jeno." Johnny mengerutkan keningnya mendengar perkataan haechan anaknya. Tenpun segera berjongkok menyentuh pipi gembil haechan dengan sedikit cubitan di sana, sepertinya anak sematawayangnya ini mengatahui sesuatu.
"Kenapa? Haechan tau sesuatu?."
"Mark dan jeno membenci daddy mereka, daddy mereka jahat sering memukul aunty taeyong."
...
"Mommy masih merasa pusing?" Jeno menjatuhkan wajahnya di atas tangan taeyong, anak kecil itu sedang duduk di kursi yang ada di samping branker tempat taeyong berbaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
mommy《jaeyong》END
Romance[hurt] [romance] cerita selesai mark menangis. ia menangis dalam keheningan malam di rumah besar keluarga jung, suara isak dari balik pintu yang ada di depannya. ia benci kenyataan yang sangat pahit untuk anak seusianya. "berhenti jeno! ku bilang b...