regret

4.6K 481 28
                                    

MARK membuka matanya. Ia milirik jam dinding yang tergantung di dekat pintu, sekarang sudah pukul 11 siang dan sepertinya ia kesiangan hari ini.

Dengan susah payah mark bangun dari posisi berbaringnya, merintih pelan merasa sakit di punggung tangannya. Di sana terdapat luka baret dan kulit tangannya yang terkelupas.

Masih meninggalkan bekas darah yang ia lap asal tadi malam. Luka itu di sebabkan karena mark meninju dinding kamarnya. Meluapkan emosinya dan berakhir mengorbankan tangannya.

Mark turun dari kasur. Menuju kamar mandi dengan langkah gontai karena nyawa yang belum terkumpul. Mencuci tangan yang terluka dan beberapa kali merintih, sebab air meresap pada lukanya menyebabkan rasa perih.

Setelah membersihkan luka dan mencuci wajah ia segera menuju dapur, tidak berniat mengobati luka di tangannya.

Membuat susu seperti biasanya. Mark memang sudah 19 tahun tapi ia tak pernah menyimpan minuman berkafein di rumah. Sebab mommynya melarang mark meminum itu. Minuman berkafein tidak baik di konsumsi terlalu sering.

Jadi ia hanya akan meminum kopi ketika di luar rumah, jauh dari jangkaun mommynya. Mark meletakan dengan tenang gelas yang terisi penuh dengan susu. Ia menarik kursi lalu duduk di sana.

Keadaan rumah sangat sepi, taeyong beserta adiknya belum pulang dari rumah sakit tapi sepertinya mommynya itu pulang tadi pagi, buktinya sarapan pagi tertata di atas meja.

Senyum mark mengembang ketika menyadari makanan yang tertata rapi di sana. "Terimakasih mom."

Mark meneguk susu di gelasnya kemudian mulai menyantap makanan yang ada di sana. Setelah ini mungkin ia akan membuka toko bunga milik mommnya.

Sudah dua hari toko bunga itu tutup. Mark berniat membuka toko bunga itu tidak mau menelantarkan bunga-bunga yang ada di dalam toko terlalu lama.

Jika ada yang membeli hari ini, itu cukup lumayan uangnya.

Mark membawa piring kosong beserta gelas kosong yang habis ia gunakan. Mencuci alat makan bekas ia gunakan lalu meletakannya di atas meja.

Mulai beranjak kembali kekamar untuk mandi sebelum memulai aktifitas hari ini. Perasaan mark hari ini jauh lebih baik karena tadi malam ia habiskan waktu untuk berpikir.

Buktinya adalah tangannya, yang menjadi korban emosinya. Memikirkan masalahnya sukses mambuat emosi dan sedihnya campur aduk tak karuan.

Lantas memukul tembok dengan tangan kosong, meluapkan sesuatu yang bercongkol di hatinya. Mark hanya tidak ingin bersikap egois lagi. Kata-kata haechan kemarin banar-banar berefek baginya.


...

Pemuda lee itu melempar bunga layu yang terpajang di rak depan kaca kedalam bak sampah, itu bunga yang taeyong rangkai dua hari lalu. Karena toko tidak di buka jadilah bunga itu tidak laku dan berakhir mulai mengering.

Keadaan toko jauh lebih rapi dari sebelumnya karena terlantar selama dua hari. Mark menepuk tangannya pada sisi celana.

Ia berjalan menuju pada meja yang biasa mommynya gunkan untuk merangkai bunga. Meraih satu buket bunga mawar beserta surat di sana.

Konyol sekali, di jaman modern seperti sekarang masih ada manusia yang menulis surat. Siapa lagi jika bukan jaehyun; daddynya sendiri.

Mark mendengus geli, membawa bunga beserta surat itu menuju bak sampah, kemudian melemparnya. "Tidak berguna."

"Mark." Mark yang merasa terpanggil segera mengalihkan perhatian pada pintu yang masih tertutup. Dari pintu kaca itu bisa ia lihat jaehyun berdiri di luar sana.

mommy《jaeyong》ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang