pergi

5.5K 583 40
                                    

JENO merangut. tangan kecilnya mengusap lembut pipi taeyong yang ada di hadapannya.


"mommy! wajah mommy pucat sekali hyung! sepertinya mommy sakit."


mark memperhatikan wajah mommy- nya, ia mengepalkan tangan dengan kuat, mark sudah cukup sering melihat wajah pucat taeyong.


setelah pergi dari rumah dengan membawa 2 koper penuh taeyong langsung menuju sekolah dua putranya, menunggu hingga sekolah selesai.


dan di sini lah ia, dengan dua anaknya yang menatapnya penuh khawatir.


"mommy baik-baik saja, ayo masuk ke mobil" jeno mengangguk patuh, ia berlari kecil menuju ke mobil yang pintunya sudah terbuka.


mark menatap taeyong tanpa ekspresi, wajahnya sangat dingin persis seperti jaehyun menurut taeyong.


"mark benci daddy mom. mark dan jeno tidak butuh daddy, mark dan jeno hanya butuh mommy."



taeyong menatap nanar putra sulungnya, apakah mark sangat tidak menyukai jaehyun? apakah mark tahu apasaja yang pernah jaehyun lakukan padanya sehingga anak itu tidak menyukai jaehyun.



"mark.."



"mommy ayo pergi dari sini, kita bisa hidup bahagia tanpa dia"



mark menangis setelah sekian lama, taeyong lupa kapan mark menangis, bahkan saat ia mendapat tamparan dari jaehyun mark tidak menangis sama sekali.


"mark tidak ingin kembali kerumah hiks" taeyong memeluk mark, ia mengusap punggung kecil anaknya.


"iya kita akan pergi jauh dari daddy mark, jadi jangan menangis lagi" taeyong mengecup pipi mark, ia tersenyum lembut.



jeno terlihat sedikit bingung ketika memperhatikan jalan tidak seperti jalan yang biasanya ia lewati untuk pulang.

"mom kita mau kemana?" mark menoleh pada jeno, lalu kembali memperhatikan jalan di luar sana "pergi" jeno nampak bingung.


"pergi kemana hyung?"


"pergi sejauh mungkin dari rumah" jeno terlihat kesal dengan jawaban mark, ia menatap taeyong yang pokus menyetir.


"hyung mommy kenapa kita pergi dari rumah? kenapa daddy tidak ikut bersama kita?" taeyong tersenyum masam, ia tidak tahu harus menjawab apa pertanyaan jeno, jadi ia hanya bisa terdiam.



"bisakah kau diam?"


"mark. sudah tidak udah bertengkar" taeyong melerai kedua anaknya sebelum mulut mark membuat jeno menangis, taeyong heran mengapa mark memiliki mulut cukup tajam, tidak mungkin menurun darinya tapi jika dari jaehyun mungkin saja, taeyong menengok sebentar kepada dua anaknya yang duduk di jok belakang, memperhatikan jeno yang merangut dengan air mata yang tertahan di pelupuk mata dan mark yang terlihat acuh, anak itu lebih memilih melihat keluar kaca mobil.


taeyong mengela nafas berat melihat kedua anaknya yang tidak cukup akur, mereka bertolak belakang. tidak, jika saja mark bersikap lebih baik pada adiknya mungkin mereka tidak akan bertengkar terus, baiklah ia akan mengurus dua putranya nanti, sekarang yang ia pikirkan adalah tujuannya, kemana ia harus pergi.


berada di korea bukan pilihan yang tepat apalagi masih di dalam kawasan kota seoul.


"mark jeno" pemilik nama menyahut bersamaan menunggu taeyong berbicara. "bagai mana kalau kita tinggal di LA? apa kalian tidak keberatan?"



jeno nampak terkejut tapi berbeda dengan mark yang tersenyum senang.


"it doesn't matter mom" taeyong melirik jeno menunggu persetujuan anak bungsunya.


"jeno bagai mana?" yang di tanya mengangguk pelan.



"yes mom" ucapnya pelan, mark makin tersenyum senang, ya akhirnya ia bisa jauh dari peria yang ia sebut daddy, atau bukan lagi sekarang.


taeyong kini melajukan mobilnya menuju bandara inchion, tujuannya adalah LA sekarang, taeyong akan membawa dua anaknya ke sana membawa dua malaikatnya sejauh mungkin dari jaehyun yang sudah tidak menginginkannya.


"sepertinya kau akan jauh lebih bahagia jika kami pergi jaehyun" ia ingin menangis rasanya, sakit sekali ketika jaehyun membuangnya dan juga anaknya sendiri hanya karena perempuan lain, kenapa jaehyun baru menyesal menikah dengan peria cacat sepertinya.


ketika sudah memiliki dua malaikat kenapa jaehyun baru membuangnya? lalu perhatian yang jaehyun berikan beberapa tahun belakangan ini apa artinya?.


dengan mati matian taeyong menahan isakannya meski air mata sudah jatuh dari pelupuk matanya, ia harus kuat untuk dua malaikat tampannya, taeyong harus bisa menjaga mark dan jeno sendirian tanpa pigur suami dan sepertinya mark juga tidak keberatan tanpa sosok daddy, yang taeyong pikirkan hanya jeno yang masih memikirkan jaehyun.







...









jaehyun melirik arloji di tangannya, ini sudah pukul tujuh malam tapi rumahnya terlihat sepi saat ini, tidak seperti biasa. biasanya akan ada jeno yang berlari menyambutnya tapi kali ini tidak ada, hanya gelapnya setiap sudut rumah yang ia lihat.




setelah mengantar nancy tadi siang jaehyun menyempatkan diri untuk kekantor karena ia malas bertemu taeyong, dan sekarang lah ia baru pulang di sambut dengan keadaan rumah yang sepi dan gelap.



jaehyun menghidupkan lampu, membuat rumah itu terang. "taeyong!" tidak ada sahutan dan tidak ada mark maupun jeno yang datang.



jaehyun berlari naik keatas mengecek kamarnya dan juga anak-anaknya dan kosong tidak ada orang di sana.


"kau pergi taeyong?" entah lah jaehyun merasa senang atau sedih sekarang atau bahkan kesal?. bukan kah tadi siang ia mengusir taeyong dan meminta peria itu pergi dengan anaknya lalu kenapa ia jadi kepikiran? jaehyun merasa menyesal.


jaehyun mengusap wajahnya kasar "bagus lah dia pergi" jaehyun membanting pintu kamar mark yang barusaja ia cek, merogoh saku celananya lalu menghubungi sesaorang.


"hallo sayang?"


jaehyun tersenyum mendengar suara perempuan di seberang sana.



"aku mengajak mu tinggal di rumah ku, taeyong dan anaknya sudah pergi sesuai keinginan mu"



terdengar pekikan senang dari seberang sana.


"baikalah. jemput akuu!"



jaehyun tersenyum, ia memutuskan panggilan lalu pergi dari rumah itu untuk menjemput kekasihnya.



sebenarnya ia kepikiran kemana taeyong pergi dengan dua anak mereka?.


yuhuuu :)

mommy《jaeyong》ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang