"Kau ingin ku bunuh jeno?."
Jeno terdiam kaku, namun tatapan tajamnya tak luntur. Masih setia menatap mark yang juga tengah menatapnya lebih tajam.
Jeno hanya tidak mau kalah, kedua lee bersaudara itu saling melempar tatapan tajam siap saling menerjang kapan saja. Sama-sama keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah
Mark dengan ego tingginya dan jenopun sebaliknya. "Apa maskut hyung?."
Mark terkekeh, mendesis tajam dengan pertanyaan sok bodoh jeno. Pemuda itu tengah pura-pura tidak mengerti, jeno pikir ia mudah di bohongi?.
"Aku tidak sebodoh itu lee jeno." Mark menyimpan kartu hitam itu kedalam kantung celananya, mulai melangkah mendekati jeno. yang lebih muda diam tidak ada niat lari dari sana.
Jika mark kembali memukulnya maka jeno akan balas memukul. Ia memang takut pada mark tapi jeno tidak ingin terlihat lemah kali ini, jeno ingin memperlihatkan ia juga kuat ia juga bisa memukul mark dengan keras.
"Jika hyung ingin membunuhku, maka aku akan melakukan hal yang sama." Kata jeno tegas, tidak gentar kala mark mulai mencengkram kerah bajunya. Mata itu masih saling memicing tajam
Sirat kebencian menyeruak di antara dua kubu itu, ketika bibir jeno kembali ingin berbicara ia lebih dulu terjatuh saat tinjuan mark kembali menghantam talak pipinya membuat pipinya lecet, mungkin tidak lama lagi bekas pukulan mark akan membiru.
Jeno mendecih merasakan sakit di pipinya, ia bangkit dan langsung menerjang mark, membalas pukulan hyung itu berkali kali lipat, menghantam rahang mark tanpa ampun membuat yang lebih tua tersungkur dan langsung di tindih. Tidak mau memberi jeda jeno kembali memukul wajah mark dengan lebih keras.
Suara gaduh terdengar jelas di dalam kamar, namun jeno tidak perduli meski mark merintih di bawahnya. Dengan sekuat tenaga mark memukul pundak jeno dengan kepalan tangannya mengganti posisi.
Tubuh jeno terpental menghantam sisi nakas, gelas yang ada di sana terjatuh pecah di sisi tubuhnya. Mark menarik kaki jeno membuat adiknya itu telantang kini mark melakukan apa yang jeno lakukan padanya.
Yang lebih tua menarik kerah baju jeno, membuat kepala jeno terangkat sebelum akhirnya kepala bagian belakang kembali membentur keras permukaan lantai. Pamdangan jeno memburam merasakan sakit menyerang kepalanya.
Mark tidak main-main menghempas kepalanya kelantai, merasa tak puas pukulan keras kembali mendarat pada pipi jeno tak perduli jika adiknya kini hampir tidak sadarkan diri.
"Menurutmu apa yang pantas untuk penghianat?." Mark terkekeh menatap kedaan jeno, wajah adiknya sudah penuh lebam dan darah meski ia tidak berbeda jauh tapi keadaan jeno lebih parah, tangan mark masih setia di kerah baju jeno.
Mark menatap pecahan gelas yang ada di samping mereka, tersenyum kecil melirik jeno yang merintih. mark meraih pecahan gelas yang runcing, menekan ujung beling itu di permukaan kulit leher jeno.
"Mati jeno." Ujar mark tajam, senyum masih terparti di sana.
Yang lebih muda tak mengelak apalagi melawan, jeno sibuk dengan rasa sakit di wajahnya. "Penghianat pantasnya mati."
Dengan sisi kesadaran mark menarik kembali beling dari leher jeno, ia hampir gelap mata. Ingin membunuh adiknya sendiri.
"AGRHHH!."
"AKHHH HYUNG!!." Mark mencengkram beling di tangannya hingga beling itu tertancap di permukaan kulitnya. Ia tatap jeno di bawah sana tengah bergetar kesakitan kala pipinya mark gores dengan pacahan gelas.
Menciptakan luka panjang menuju rahang, darah menetes mengotori kulit pipi jeno mengalir menujur leher dan mengotori lantai.
Mark mengerjap menatap jeno, ia tersadar dan langsung melepas beling di tangannya. Jeno di bawah sana masih merintih kesakitan
KAMU SEDANG MEMBACA
mommy《jaeyong》END
Romance[hurt] [romance] cerita selesai mark menangis. ia menangis dalam keheningan malam di rumah besar keluarga jung, suara isak dari balik pintu yang ada di depannya. ia benci kenyataan yang sangat pahit untuk anak seusianya. "berhenti jeno! ku bilang b...