fear

4.3K 443 29
                                    

"AGRHHHH MOMMY!!!." semua orang yang ada di sana di kagetkan dengan teriakan jeno yang tiba-tiba, pemuda itu tiba-tiba berteriak kencang dan mulai menggeliat di atas kasur mencengkram rambutnya sendiri.

Taeyong yang tadinya sibuk mengobrol bersama ten yang barusaja datang untuk menjenguk, harus segera berlari menghampiri jeno yang mulai mengamuk. Padahal satu hari setelah sadar jeno baik-baik saja dan tidak memperlihatkan sikap aneh.

Taeyong membawa jeno dalam pelukan, anak remaja itu masih meraung dalam pelukannya. Johnny yang juga ada di sana segera berlari keluar ruangan setelah isterinya memintanya untuk memanggil dokter.

Mark yang ada di depan pintu yang tengah terbuka, sedikit tergesar saat tubuh besar johnny sedikit menyenggolnya. Mark terdiam di depan pintu dengan pandangan tak bisa di baca. Kantung pelastik yang ada di tangannya ia lepas hingga beberapa makanan yang ada di sana terjatuh berserakan di lantai.

Haechan yang menyadari keberadaan mark langsung terkejut. Salama jeno sadar mark tak pernah menampakan diri. Tapi kali ini ia berniat datang untuk menjenguk jeno dan melihat perkembangan kesehatan adiknya itu.

Namun saat mark baru membuka pintu dan menampakan wajahnya bersamaan dengan jeno yang menatap kearah pintu, mata mereka besirubuk. getaran mata jeno bisa mark lihat. Bagaimana reaksi tak terduga tubuh jeno yang bergetar di atas beranker sebelum akhirnya berteriak ketakutan.

Mark tertegun, menyadari sesuatu. Jeno takut padanya. Adiknya seperti trauma padanya. Apakah mark sebegitu menakutkan sekarang ini di mata jeno?.

"PERGI!! PEGRI KU BILANG AKHHH ARHHH!!!." Ten yang tadi hanya diam tak tau melakukan apa kini menatap arah telunjuk jeno. Ia menatap tak percaya kehadiran mark di sana memberi dampak besar untuk jeno.

Haechan segera mendorong tubuh mark agar kembali keluar, ia juga ikut keluar bersamaan dengan dokter dan perawat yang datang. Johnny juga datang namun pria itu tidak masuk, sibuk mengatur nafas di depan ruang rawat jeno.

"Mark." Panggil haechan, kemudian terdiam melihat wajah mark yang tidak dalam keadaan baik, pria beralis tebal itu meremat rambutnya kencang dengan kepala tertunduk.

"Aghh!." Mark menghela nafas, ia duduk di atas kursi. Di ikuti haechan. "Sialan."

Entah kenapa dadanya terasa sesak melihat reaksi tak terduga jeno. Mark tidak tahu jika kejadian dua hari yang lalu bisa membuat jeno seperti ini.

Membuat jeno ketakutan padanya. Padahal rencana mark menjenguk adiknya adalah untuk meminta maaf atas sikap berlebihannya.

Sayangnya kejadian tadi membuatnya tidak bisa berhadapan dengan jeno entah sampai kapan. Jeno trauma padanya. Pada hyungnya sandiri, mark merasa benar-banar gagal menjadi hyung yang baik.

"Jeno takut padaku." Haechan menggigit bibir bawahnya, mengusap pundak mark kecil.

"Jeno butuh waktu." Tidak, jeno mungkin akan selalu takut pada mark nanti.

"Sampai kapan jaechan? Aku melukainya hingga seperti ini." Mark tertunduk, tapi tidak lama suara pintu di buka membuatnya kembali mengangkat kepala.

Dokter keluar bersama satu perawat yang membawa alat medis di ikuti taeyong di belakang mereka. Suara raungan jeno sudah tidak terdengar lagi mungkin jeno sudah di beri obat bius.

Mark bergerak cepat menghampiri taeyong, menubruk tubuh mommynya yang jauh lebih kecil darinya itu, menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher taeyong menarik nafas dalam guna menghirup aroma manis dari sana.

Menenangkannya, hal yang paling ampuh untuk mark. Menenangkan diri dengan aroma tubuh mommnya.

"Mommy." Taeyong membalas pelukan mark, mengusap punggung lebar mark dengan lembut. Pemandangan itu tak lepas dari tatapan haechan yang memandang kosong dua manusia di depannya.

mommy《jaeyong》ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang