haechan

4.3K 473 29
                                    

TIDAK tahu kenapa perasaannya semakin hari semakin besar. Haechan hanya manusia biasa, tumbuh menjadi dewasa dan memiliki perasaan sebagimana mestinya seorang remaja tumbuh.

Cinta pertama. Itu sudah ia rasakan sejak enam tahun yang lalu, di mana saat itu ia sedang dalam mode jahilnya ingin membuang air seni di tanaman tepat di antara rumah yang kosong dan rumah orangtuanya.

Dan entah darimana tiba-tiba ada anak kecil lainnya yang menegurnya dengan gestur kasar. Di mana haechan jatuh cinta untuk pertama kalinya namun dalam keadaan tidak elit, dengan bersungut sungut kesal ia kembali memasukan penisnya yang sudah ia keluarkan sebelumnya.

Kemudian ia kembali bertemu dengan anak kecil bernama mark itu di sekolahnya. Mereka berada di kelas yang sama hingga haechan memutuskan untuk berteman karena mereka di kelas yang sama dan bertetangga saat itu, meski mark sangat dingin haechan tidak menyerah mendekati mark. sebanarnya bukan hanya mark tapi juga jeno.

Haechan paham dengan dua anak itu, ia sedikit tahu dua bersaudara lee karena dari itu haechan tidak mempermasalahkan sikap dingin mark dan jeno hingga waktu yang merubah mereka menjadi lebih hangat padanya. Haechan bersyukur mark dan jeno bisa berteman baik denganya terlebih taeyong, pria cantik itu sangat ramah bahkan sudah haechan anggap seperti mommynya.

Tapi sayang, ternyata sesuatu itu tidak bisa di prediksi. Haechan pikir dengan berjalan seiring waktu mark bisa melihatnya barang sedikit saja.

Tapi sayangnya tidak, hati pria bermarga lee itu hanya tertuju pada satu titik yaitu taeyong.

Haechan pikir itu wajar karena mark hanya memiliki taeyong sebagai penopang semua keluh kesah mark namun saat itu ada yang membuat haechan sedikit resah, cara mark menatap taeyong cara bagaimana pria itu memperhatikan mommynya sendiri.

Membuat haechan menelan ludah susah payah, ia tidak buta untuk tidak mengerti cara mark menatap taeyong. Membuatnya takut dan resah di waktu bersamaan, dua tahun setelah itu haechan berusaha untuk tidak ikut campur dan diam sebagaimana mestinya.

"Haechan-ah apa yang kau pikirkan." Haechan tersentak kecil kala pundaknya di sentuh lembut, ia lihat mark tengah membawa satu keranjang bunga mawar putih. "Kenapa melihat mommy ku seperti itu?."

Haechan terkekeh canggung, ia mengambil satu tangkai bunga yang mark bawa. Menyembunyikan kegugupan yang ia rasakan. "Tidak, aku hanya melamun."

"Begitu?." Haechan mengangguk manatap, tangan lentiknya mulai meraih gunting di dalam keranjang, ia tahu mark pasti di pinta taeyong untuk memisahkan duri dari tangkai mawar itu. "Aku bisa melakukannya sendiri."

"Biar ku bantu." Mark tidak lagi bersuara membiarkan haechan mengambil alih perkerjaanya, pria lee itu menatap lurus kedepan yang mana bisa haechan tangkap jika mark tangah memperhatikan taeyong.

Ibu dari pria di sampingnya itu tengah sibuk dengan kebiasaannya merangkai bunga pesanan, haechan tercekat dan langsung memalingkan wajah ketika kembali mendapat kilatan aneh di mata itu. Membuat mark langsung menoleh padanya bingung. "Kau kenapa?."

"Mark." Panggil haechan mengabaikan pertanyaan mark. "Kau sangat menyanyi mommy mu?."

Tawa rendah terdengar, mark menepuk pahanya terdengar helaan nafas. "Kenapa bertanya? Kau tahu jawabanya seo haechan." Haechan hanya mengangguk. "Aku hanya punya mommy jadi wajar jika aku menyanginya." Benar.

Mark benar itu wajar, tapi kilatan mata itu membuat haechan ragu.

Sikap mark sejauh ini juga tidak wajar jika haechan lihat, bagaimana cara anak itu memperlakukan taeyong sebagai orangtuanya. Mark juga tidak seharusnya terlalu mengurusi hubungan antar mommy dan daddynya bukan?.

Lagipula anak mana yang tidak mau kedua orangtuanya kembali bersama? Ya meski jaehyun itu berengsek tidak ada salahnya kembali mencoba, manusia setidaknya di beri satu kesempatan untuk memperbaki kesalahan. Kecuali mark sengaja memisahkan orangtuanya karena anak itu.

Ah sudahlah haechan tidak ingin ambil pusing, biar saja keluarga ini menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Hyun." Kembali, haechan tersentak ketika pahanya di peluk secara tiba-tiba, ia lihat beomgyu menjatuhkan pipi gembilnya di paha haechan membuat pemuda manis itu tersenyum gemas dengan tingkah si bungsu lee. "Ayo bel—belmain!"

"Sebentar ya?." Haechan memperlihat tangkai mawar di tangannya pada beomgyu membuat anak kecil itu merangut tapi mengangguk patuh.

"Di mana headset ku?." Mark keluar dari dalam rumah, pria itu sadang menggaruk belakang kepalanya dengan wajah bingung. "Mommy lihat headset mark? Bukannya tadi mark letakan di atas meja dapur?."

Tidak tahu sejak kapan mark beranjak dari sampingnya, haechan diam kembali pada pekerjaanya membantu taeyong memisahkan duri mawar.

"Tanya pada jeno, mungkin adikmu yang meminjam." Mark mendengus jengkel, jeno kebiasaan meminjam tanpa ijin padanya membuat mark kesal.

Ia kembali berlari memasuki rumah dan segera menaiki anak tangga menuju kamar jeno yang terletak di samping kamarnya.

Ia buka pintu kamar itu ternyata tidak terkunci, tidak perduli jika jeno marah karena masuk tanpa ijin, anak sialan itu juga meminjam barangnya tanpa ijin toh.

"Di mana?" Mark memperhatikan tempat tidur jeno yang kosong. "Di mana kau meletakannya."

Dengan kesal mark mulai mencari headset nya, membuka laci nakas di samping tempat tidur jeno yang di isi berbagai komik yang mark tidak tahu apa saja itu, ia beralih kemeja belajar jeno. Membuka tumpukan buka yang tidak tertata rapi, khas jeno sekali.

Entah kemana anak itu setelah pulang sekolah, tapi setau mark jeno tidak ada keluar rumah sejak pulang sekolah mungkin sedang di kamar mandi.

"Lee jeno sialan." Geram mark ketika tak menemukan headset nya, meraih buka pelajaran jeno mark ingin melempar buku tebal itu kekasur karena kesal namun.

Tak!

Gerakannya terhenti kala sebuah kartu hitam jatuh dari dalam buku, kening mark berkerut segera meraih kartu itu lalu memicing tak percaya dengan kartu yang berada di genggamannya.

Black card?

Milik siapa? Kenapa ada di kamar jeno? Dari mana anak itu mendapatkannya? Apa dari jaehyun?. Rentetan pertanyaan itu memenuhi kepala mark membuatnya tiba-tiba menggeram marah merasa di bohongi oleh adiknya sendiri.

"Kau" mark terkekeh kecil, mengangkat black card di tangannya ke atas, memperhatikan kartu tanpa limit itu dengan senyum tercetak di bibirnya. "Sedang mempermainkanku jeno?." Mark kembali tertawa bersamaan pintu kamar yang terbuka.

Memperlihatkan sosok tinggi jeno, pemuda itu menatap mark tajam karena hyungnya masuk tanpa ijinnya, tapi kemudian ia mendengus kala ingat pasti mark sedang mencari headset yang ia pinjam tadi.

"Mencari ini?." Jeno mengangkat benda yang mark cari ada di tangannya, tapi mark tidak menjawab hanya menatap jeno remeh. "Ini ku kembalikan."

Jeno melangkah masuk setelah menutup pintu, hendak memberikan headset itu pada mark namun ia malah di terjang membuatnya mundur beberapa langkah.

Jeno meringis kesakitan kala darah menetes dari salah satu lubang hidungnya, ia menyentuh darah yang menetes di sana. Hantaman mark sungguh tidak main main.

Untuk pertama kalinya jeno mendapat pukulan keras dari mark membuatnya juga tersulut emosi, ia menatap mark tidak percaya dengan mata yang mulai memerah.

"Apa yang kau lakukan hyung?!." Bukannya menjawab mark malah terkekeh, menunduk menatap kartu di tangannya di mana jeno juga melihat apa yang sedang mark lihat.

Jeno tercekat, kartu yang ia sembunyikan ada di tangan mark.

"Kau ingin ku bunuh jeno?."
















Lanjut ya, jangan lupa semangatnya💚

Tbc🌻



mommy《jaeyong》ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang