7

8 11 0
                                    

"Di dalam kegelapan yang tak bewarna
Bernaung di dalam sepi
Tanpa seorangpun yang datang
Merangkul dan memeluk jiwa ini"

Keesokkan sorenya, Alea di pindahkan dari ruang ICU ke ruang rawat inap VIP. Bella berjalan dengan tergesa-gesa menyusuri rumah sakit, di susul Gavin dan Chan di belakang.

“Atas nama Alea Chysara, sekarang sudah di pindahkan ke ruang mana?” tanya Bella pada salah satu suster yang berada di meja pusat informasi rumah sakit.

  Usai memperoleh jawaban dari suster itu, Bella kembali berjalan dengan cepat meninggalkan Gavin dan Chan.

“Buru-buru amat kayaknya, ya?!” kata Chan yang tertinggal di belakang. Dia tampak ngos-ngosan.

  Bella membukakan pintu salah satu ruang rawat inap VIP. Segera ia masuk ketika melihat sosok Alea yang sedang makan roti sembari bersandar dengan bantal.

  “Alea!” panggil Bella dan langsung berlari ke arah Alea lalu meletakkan parcel buah diatas meja dan kemudian memeluk Alea.

Alea menyerngit dan berhenti mengunyah. Dari ekspresi wajahnya, terlihat ia kebingungan.

“Lo, gimana keadaannya? Mana yang sakit?” Bella memegang pundak Alea dan memeriksa lengan tangan Alea. Sekujur lengannya banyak bekas luka goresan.

“Bel, santai dong! Tengok mukanya!” Chan menunjuk ke wajah Alea.

“Oh ya, ini dari gue! Snack enak, ada cireng dan makaroni pedas, cemilan renyah kesukaan gue, tapi buat Lo!” lanjut Chan.

“Lo, aneh banget sendiri! Seharusnya, kalo jenguk orang sakit tuh, bawanya buah-buahan, bubur, puding, yogurt, oatmeal atau apalah!” Gavin menaruh oatmeal di atas meja yang di belinya untuk Alea.

“Ya udah, gue bawa pulang aja nih. Biar gue makan aja sendiri” sahut Chan.

Alea langsung mengambil plastik yang berisikan makaroni pedas dan cireng dari tangan Chan.

“Lea, gue kangen banget sama Lo!” Bella lagi-lagi memeluk Alea tapi Alea hanya memasang raut seperti orang yang kebingungan.

“Maafin gue ya!” ucap Bella.

“Kalian ini sebenarnya, siapa ya? Dan, emang anda ada salah apa?” perkataan itu adalah yang pertama kali terlontarkan dari mulut Alea setelah ia selesai menghabiskan rotinya.

“Hah?!” Bella melepaskan pelukannya. Kemudian menatap mata Alea.

“Bel, sini deh Lo! Gue lupa bilang ke kalian kalo kak Nicole ada ngirim chat ke gue waktu kita di kabarin kalo Alea di bawa ke rumah sakit” ujar Gavin sambil memperhatikan HP nya.

Bella dan Chan menghampiri Gavin untuk melihat chat dari kak Nicole. Mereka bertiga seolah syok usai membaca chat itu. Lalu, mereka berbisik agar Alea tidak mendengar perbincangan di antara mereka. Sedangkan Alea hanya memasang raut datar seakan bersikap tidak peduli.

“Jadi, Lo amnesia?” Chan tiba-tiba menunjuk ke arah Alea.

Alea hanya menaikkan bahunya seolah mengisyaratkan tidak tau.

“Lo, ingat nama kita nggak?” tanya Gavin kemudian.

Alea hanya menggelengkan kepalanya.

“Tapi Lo ingat sama gue kan?” Bella mendekat ke Alea.

Alea menggelengkan kepalanya lagi.

“Kalo gue pasti ingat! Kan gue cowok famous nan ganteng nomor satu di sekolah. Chan Bagaskara” ujar Chan sembari mengibaskan rambutnya.

Gavin dan Bella yang mendengar ocehan Chan langsung memasang raut datar.

“Chan?” Alea mencoba mengingat.

Chan menggangguk dan tersenyum simpul, dengan antusias ia berharap Alea mengingat dirinya.

“Kayaknya nama Chan gak populer deh! Nggak ingat pokoknya” sahut Alea.

Bella dan Gavin tertawa kecil meledek Chan.

“Sebenarnya gue sih, lebih suka di panggil Bagas dari pada Chan”

“Kalo nih orang, gak jauh beda dari gue, walaupun masih gantengan gue. Dia Ketua kelas yang paling bisa di andalkan, cerdas, populer di kalangan cewek, good boy, tampan sih tapi farceur, kelakuannya kadang-kadang absurd dan bar-bar. Daniyal Gavin Hadrian” Chan merangkul Gavin dan memperkenalkan sosok temannya itu pada Alea.

Gavin bersikap dingin saat Alea memperhatikan ke arahnya. “Panggilannya Gavin” pungkasnya.

“Kalo ini Aleta Sifabella. Si Bella nih, cewek tempramen. Tampangnya aja yang cute dan good looking. Tapi sebenarnya serem” ledek Chan.

Bella melirik Chan dengan sinis. Tatapannya yang mengintimidasi hingga membuat Chan terdiam seketika dan tak berkutik.

“Kita, berteman dekat. Rissa dan Oliv juga, tapi mereka nggak bisa datang ke sini” jelas Bella.

“Nih, kita udah kayak kenalan sama orang asing aja” kata Chan. Dia tak bisa diam dalam waktu yang singkat.

The MessagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang