Ada bagian cerita yang tak terekam dalam ingatan. Seumpama video yang di skip beberapa detik atau menit. Bagian itu seolah terlupakan.
Darah terus bercucuran dan mengalir ke sekujur wajah. Kondisinya yang mengenaskan, bersimbah darah dan hampir mati. Seolah kehilangan harapan. Penglihatan pun redup, gelap gulita, lalu muncul kembali kilatan cahaya yang membawa serta kenangan masa lalu. Sedari ia kecil hingga dewasa, namun ingatan yang muncul hanya kenangannya bersama saudari kembar, Alea Chysara.
Meski terus bersikeras untuk mengingat semua kejadian dan memori di masa lalu, kepala gadis itu sudah tak kuasa menahan rasa sakit. Hingga tubuhnya terhuyung dan hampir tumbang. Untung saja Kak Nicole datang kala itu.
“Kamu baik-baik aja?” tanya Kak Nicole sembari menuntun dan merangkul dirinya.
Hujan mulai mereda. Namun tak membawa serta jelaga kenangannya. Terbelenggu dalam kisah yang bahkan tak bisa di putar ulang. Kak Nicole menutup payung hitam itu, ia masih menunggu respon dari sang gadis.
Bulir-bulir air mengenang di pelupuk matanya. Perasaan yang berkecamuk dalam hati seolah sulit menerima kenyataan. Rasa bersalah seakan menyeruak. Tanpa sadar, ia telah merampas identitas dan kehidupan berharga yang bukan miliknya. Bahkan sebutan “Alea” menjadi nama panggilan yang lazim untuknya.
Sekarang ia menyadari satu hal penting. Bahwa dirinya bukanlah Alea Chysara yang semua orang yakini, melainkan Freya Chysara yang amnesia dan kehilangan arah.
Kehidupan berharga itu milik saudari kembarnya. Sudah bertahun-tahun keduanya tidak bertemu dan saling bertatap muka. Jalan hidup yang berbeda telah mereka lalui hingga tumbuh dewasa tanpa bertumpu satu sama lain layaknya keluarga. Rasa rindu menyeruap di dalam dada.
“Kak Nicole pasti sudah tau siapa aku sebenarnya, tapi kenapa enggan memberitahuku?”
“Maaf, itu karena Kakak belum sanggup memberitahumu! Kakak khawatir kamu akan syok ...”
“Kak, aku sudah ingat! Kejadian malam itu!” ujar Freya memotong pembicaraan Kak Nicole.
“Dimana Alea? Tak ada hal buruk yang terjadi padanya kan?” tanya Freya dengan tatapan sendu.
Kak Nicole terdiam sejenak. Tiada kata yang ingin ia lontarkan. Terkadang sangat sulit untuk berkata jujur. Kehidupan punya satu aturan rahasia. Tak tertulis namun nyata adanya. Seperti kejadian hari ini.
“Frey, ayo kita ke rumah sakit!” ajak Kak Nicole lalu melangkah pergi.
Jiwa, pikiran, dan perasaan Freya semakin gelisah tak terbendung. Bahkan hampir seluruh tubuh seolah memahami isyarat itu. Raut wajah Kak Nicole yang masygul secara tak langsung menuntun pada suatu isyarat yang menyentakkan sanubari seumpama hati yang terjebak dalam hampa, meninggalkan asa, dan menjelma rupa tanpa jiwa.
Mobil melaju kencang menuju rumah sakit umum Bandung. Angin gemuruh di sepanjang jalan. Tak ada pelangi yang muncul setelah hujan reda. Bahkan matahari masih tertutupi awan yang berarak. Mendung seperti layaknya suasana hati Freya yang di penuhi dengan firasat buruk.
Air mata terus menetes sejak Kak Nicole mengatakan hal yang sebenarnya pada Freya. Segalanya ia katakan, tanpa setitik goresan pun tak lagi ia tutupi. Walaupun itu adalah kisah yang cukup memilukan sekaligus menyesakkan, tentang tragedi pembunuhan yang menimpa Alea.
Setibanya di rumah sakit, seorang suster mengantarkan Kak Nicole dan Freya menuju ruang otopsi. Pintu itu di buka, keduanya masuk ke dalam ruangan yang di penuhi dengan alat-alat kedokteran dan cairan kimia yang tercium sampai ke hidung. Lampu sorot dekat meja autopsi dan Mama berdiri di samping gadis yang terbaring, sudah tak bernyawa.
Air mata berderai tak kunjung henti sejak ia berdiri mematung di sana. Langkah demi langkah, perlahan Freya berjalan mendekat. Mendadak seluruh anggota tubuhnya seketika menjadi lemah tak berdaya saat menatap wajah dengan mata yang tertutup rapat, rupa gadis itu sangat mirip dengannya. Bahkan nyaris tak ada perbedaan antara kedua wajah mereka.
Tentu sangat sulit untuk menerima sebuah realitas dengan kesaksian mata bahwa satu dari bagian keluarga yang sangat di rindukan, pergi tanpa kata pamit. Perasaan yang tak menerima dan terluka, menjadi begitu sentimental dan emosional. Berlinang air mata yang tak tertahankan. Freya menggenggam tangannya dan sempat memukul meja autopsi.
“Aleaa ...!” jeritan di penuhi tangisan yang begitu memilukan.
Ia hendak memeluk saudari kembarnya. Kali kedua ia di tinggalkan, namun kali ini untuk selamanya. Bahkan belum sempat mereka saling bercengkrama setelah sekian lama tak berjumpa. Tak ada cerita indah yang bisa di utarakan.
“Sudah Freya, kendalikan dirimu!” pungkas Kak Nicole sembari memeluk gadis malang itu, mencoba menjauhinya dari meja autopsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Messages
Teen FictionMisteri/Thriller, fiksi remaja, sekolah, komedi, romantis #Nancy #Jake #Hyunjin #Somi #Mingyu #Heachan Alea, gadis cantik berumur tujuh belas tahun. Dia bersekolah di salah satu SMA elit yang menyimpan rahasia dan belum terungkap. Alea di nyatakan h...