“Hah? Alea, Lo juga telat?” Chan menunjuk ke arah Alea yang berdiri bersebelahan dengannya.
Alea hanya mengangguk dengan raut wajah kusut seolah menggerutu.
“Kayaknya baru kali ini deh, Lo terlambat!” ujar Chan sembari menyela keringat yang mengalir di wajahnya.
Badannya juga sudah mulai bergetah dengan cucuran keringat. Begitupun Alea yang merasa gerah.
Cuaca pagi yang begitu panas dan sinar matahari yang begitu menyengat. Tak terlihat awan berarak di sekitarnya, seakan tugas pengembaraannya cukup sempurna. Sinar panas yang dipancarkannya hampir tak terhalang menembus bumi yang genah.
Setelah lebih dari seperempat jam para siswa berjemur di halaman sekolah, pak Zian meniup peluitnya yang kedua kali. Pasti akan ada hukuman selanjutnya.
“Sekarang, lari keliling halaman selama sepuluh menit, gak boleh ada yang berhenti!” teriak pak Zian.
Sesuai dugaan, para siswa hanya bisa menghela nafas dan mengeluh dalam benak mereka. Tak ada seorangpun berani membantah atau menolak hukuman dari Pak Zian, guru muda ter-killer di sekolah.
Lantas ia meninggalkan para siswa usai memberi sanksi itu. Ia berjalan pergi seraya menepuk pundak Ethan yang baru saja tiba. Ia menitipkan sisa tugasnya pada Ethan selaku siswa yang di percayai serta wakil ketua OSIS.
“Aaah!” gerutu salah seorang siswa yang nyaris botak.
“Kepalaku panas, hampir kayak kebakar!” ia mengusap kepalanya.“Than, kami udah capek! Jadi biarin kami langsung masuk kelas! Atau istirahat sebentar!” keluh yang lainnya.
“Iya kak Ethan! Gak kasihan sama Acha! Kulit Acha gak bisa lama-lama kena sinar UV” tambah seorang adik kelas dengan logat centilnya.
Ethan tersenyum menyeringai. “Itu salah kalian sendiri! Kalian tetap harus menerima konsekuensinya!”
Ya, seperti itulah Ethan. Tak jauh berbeda dengan pak Zian. Sikapnya yang menjunjung tinggi kedisiplinan, terkadang agak menyebalkan.
“Sekarang kalian semua lari, jangan ada yang berhenti!” tukasnya.
Teman-teman Ethan menahan rasa kesal dalam benak mereka dan berlari dengan terpaksa. Terlebih lagi Alea yang sudah sangat geram dengan perilaku Ethan yang acuh tak acuh pada orang lain.
Diam-diam ia mengepalkan tangannya dan ingin menganyungkan kepalan itu ke wajah Ethan. Tak perlu di ragukan, kekuatan tinjunya masih terbilang kuat, walaupun dalam keadaan loyo.
“Than!” panggil Chan. Tiba-tiba saja, Chan melempar tas miliknya ke arah Ethan.
“Pegangin tas gue!” Chan lari meninggalkan Ethan bersama dengan tas ranselnya.
Ethan tak sempat mengatakan apapun. Ia menghela nafas seolah terpaksa memanggul tas milik temannya itu. Pandangannya tertuju ke arah Alea yang hanya berjalan pelan di belakang.
“Alea! Cepetan lari! Bukan malah jalan!” ketus Ethan.
Alea melirik Ethan dengan sinis. Tapi matanya perlahan sayu. Ia setengah berlari dengan tubuhnya yang lesu dan bibirnya yang pucat pasi. Tanpa di sadari, mata Ethan tak lepas memandang dirinya dari kejauhan.
“Udah jangan banyak sandiwara!” lanjut Ethan.
Langkah Alea semakin pelan. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit dan nyeri. Tepat di hadapan Ethan, pandangannya mulai kabur.
Tas rangsel yang di panggul, ia lepas dari bahunya. Tubuhnya yang tak karuan seolah tumbang tanpa penopang. Mendadak tubuhnya terjatuh dan tergeletak tak berdaya. Hanya Ethan yang melihat kejadian itu. Lantas ia berlari menghampiri Alea yang jatuh pingsan.
“Alea!” teriak Ethan. Ia menekuk lututnya di sebelah gadis itu dan memastikan kondisinya.
Sementara para siswa lainnya yang terlambat sedang melaksanakan hukuman mereka.
“Ada apa?” tanya Chan pada salah satu temannya yang tiba-tiba berhenti dan tak lepas memandang ke belakang.
“Sepertinya ada yang pingsan”
Chan langsung menoleh ke belakang. Ia memicingkan matanya. Tanpa berpikir panjang, Chan memutar haluan dan berlari untuk ikut menolong temannya yang pingsan.
“Alea?” Ethan terlihat begitu cemas melihat kondisi gadis itu. Ia linglung dan akhirnya mengangkat tubuh Alea untuk di bawa ke UKS.
“Than, Alea kenapa?” tanya Chan yang ngos-ngosan usai berlarian.
Tanpa menghiraukan Chan, Ethan langsung bergegas membawa Alea. Ia terlihat begitu khawatir dan panik.
Sementara, Chan berdiri termenung di tengah halaman sekolah. Sudah lama Ethan tak menunjukkan sikap pedulinya terhadap Alea. Chan bisa memaklumi jika itu hanya sekadar sikap peduli pada seorang teman, tapi raut Ethan menjelaskan lebih dari itu. Chan menghembuskan nafas sambil meraih tali rangselnya dan juga tas milik Alea yang seolah di campakkan.
•••••
Di alam bawah sadar, Alea merasakan jika tubuhnya seolah tersedot ke dalam ruangan yang pengap dan gelap. Ia melirik ke kiri dan ke kanan. Hawa dingin menyergap tubuhnya seketika. Bising sekali, telinga pun seperti berdenging.Perlahan ia bisa mendengar suara telapak kakinya. Tempat yang tak asing dan agak ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar. Tepatnya di pinggir jalan di bawah cahaya lampu remang-remang yang menghiasi malam itu.
Ia berjalan tak sendirian. Melainkan bersama seorang gadis kecil yang berusia sekitar enam tahun yang di gendong di punggungnya dan juga seorang anak laki-laki yang tinggi tubuhnya mencapai sepinggang Alea.
Angin semilir berhembus dari arah manapun, malam yang dingin. Anak laki-laki itu menggigil sehingga ia merapatkan jaket yang sedang di kenakan. Meski ukuran jaket itu sedikit kebesaran di tubuhnya.
“Terima kasih kak, jaketnya!” ucap anak laki-laki itu. Ujung bibirnya tampak berdarah, bahkan ada memar di beberapa bagian wajahnya.
“Terima kasih juga karena kakak selalu ada untuk kami!” sambung gadis kecil itu. Wajahnya lusuh, matanya bengkak seperti habis menangis dan ada luka di dekat alisnya.
“Mereka jahat dan mengatakan jika Chaca tak punya orang tua!Tapi Chaca bersyukur punya kakak yang sudah seperti sesosok ibu dan kuat layaknya seorang ayah! Chaca dapat keduanya sekaligus, mungkin Chaca gak bisa hidup tanpa kakak!”
“Jangan bicara seperti itu! Masih ada kak Fahri yang juga menjaga Chaca!” sahut Alea.
“Iya, betul!” sahut anak lelaki itu. “Fahri janji akan menjaga Chaca, kak! Dan menjadi kuat kayak kakak. Tapi ..., tolong tetap bersama kami!”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Messages
Teen FictionMisteri/Thriller, fiksi remaja, sekolah, komedi, romantis #Nancy #Jake #Hyunjin #Somi #Mingyu #Heachan Alea, gadis cantik berumur tujuh belas tahun. Dia bersekolah di salah satu SMA elit yang menyimpan rahasia dan belum terungkap. Alea di nyatakan h...