chapter 19

1.1K 170 0
                                    


Yulia menatap kosong kearah jeffrey yang sedang berlutut di depan nya dan mengobati tangan nya.

Kejadian berlalu cepat, johnny dan mark langsung bekerja untuk menutup mulut semua saksi mata kegilaan nya dengan bantuan stella. Isabel langsung menyiapkan kamar baru untuk nya. Setelah menangis sepuasnya, yulia kehabisan tenaga. Jeffrey pun mengangkat tubuh nya dan membawanya ke kamar baru yang di siapkan isabel.

"Akh" keluh yulia sakit

"Tolong di tahan, anda kan tidak bisa memakai cahaya suci untuk menyembuhkan luka" gerutu jeffrey

"Jadi kau sekarang sedang mengomel ya?" Celetuk yulia

"Tidak, maafkan saya" jawab jeffrey ketus

"Kau marah?" Tanya yulia

"Tidak" jawab jeffrey singkat

"Begitu ya, ya sudah" balas yulia cuek membuat jeffrey geram

"Anda tidak boleh seperti ini lagi, bagaimana bisa anda menghancurkan barang dengan tangan kosong! Lihat seberapa dalam luka anda" omel jeffrey kesal

"Jadi memang marah ya" kekeh yulia lucu

"Tidak! Saya tidak marah! Memangnya apa hak saya untuk marah, saya kan hanya budak anda" sindir jeffrey sinis

"Tapi kau kan memang budak ku" balas yulia santai, membuat jeffrey terdiam.

"Bercanda, maafkan aku" lanjut gadis itu mengusap kepala pria itu.

"Saya tidak masalah dengan posisi saya, tapi tolong jangan menyakiti diri sendiri, lampiaskan saja pada saya, saya kan ada untuk nona" ucap jeffrey lirih

"Tak kusangka aku memungut orang yang benar benar setia" celetuk yulia tersenyum tipis

"Tapi jujur saja, anda benar benar menyeramkan tadi" ucap jeffrey

"Kata putra mahkota, dan grand duke, anda seperti psikopat kejam saat tersenyum-"

"Apa aku boleh memeluk mu lagi?" Potong yulia lalu langsung memeluk pria itu tanpa perlu repot repot menunggu balasan.

Lagipula, jeffrey takkan mungkin menolak. Dan lebih tak mungkin lagi boleh menolak, karena ini permintaan majikan nya.

Yulia memeluk erat leher pria itu dan menaruh dagu nya di pundak lebar milik pria itu. Yulia bisa merasakan otot punggung milik jeffrey. Membuatnya tiba tiba mengingat tubuh kokoh jeffrey saat mereka menghabiskan malam bersama.

Mengingat hal itu membuat muka nya memerah dan jantung nya tiba tiba berdebar. Dengan segera yulia melepaskan pelukan nya dan menjauh.

"Apa ada masalah nona?" Tanya jeffrey bingung

"Tidak, sepertinya kamar ini panas karena mendapat matahari lebih" celetuk yulia memalingkan wajah nya

"Tapi.. ini musin gugur" ucap jeffrey

"Tubuh ku lebih sensitif terhadap panas" elak yulia

"Begitu?" Balas jeffrey tersenyum ketika mendapati muka merah majikan nya

"Benar juga, terasa panas ya nona" celetuk jeffrey membuka sebagian kancing kemeja nya.

"Gi-gila! Apa yang kau lakukan! Bagaimana kalau kau flu" omel yulia menahan tangan jeffrey

"Tapi katanya panas" balas jeffrey

"Tidak lagi, disini dingin" jawab yulia panik

"Kalau begitu mau saya hangatkan?" Tanya jeffrey menggoda

'Si-sial! Otot otot sialan itu!' Batin yulia kesal karena sedikit mengintip otot perut sempurna milik jeffrey. Benar benar menggiurkan.

"Nah, sayang nya saya sudah terlanjur membuka 3 kancing, enak nya saya lepas semua, atau saya kancingkan kembali?" Goda jeffrey makin mendekat

Taming The Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang