Part 6

39.2K 3.1K 38
                                    

Hallo semua selamat hari minggu.

Ga kerasa besok sekolah lagi hadeuhh

Sebelum baca jangan lupa pencet bintang ⭐🌟 guysss dan komen

Selamat Membaca Semuaa ♥️♥️

---------------

"Mau apa kamu?" Albercio menangkap tangan kecil Annie sebelum tangan tersebut meraih dahinya dan menyingkirkan tangan tersebut dari hadapannya. Sambil menatap datar Annie yang sedang gemeteran dihadapannya, Albercio mendudukan dirinya dikasur.

Dengan suara yang ketakutan pun Annie menjawab "Kakak tellihat cedang cakit jadi, Annie hanya ingin memachtikan caja." (Kakak terlihat sedang sakit, jadi Annie hanya ingin memastikan saja). Annie menundukkan kepalanya dan berdoa Cemoga kakak ga malah cama Annie. Cemoga kakak cuka cama teh buatan Annie. Oh iya, TEH! (Semoga kakak ga marah sama Annie. Semoga kakak suka sama teh buatan Annie. Oh iya, TEH).

"Hmm...kakak, tadi Annie melihat kakak dilapangan peltandingan, kakak tellihat capek. Jadi Annie membuatkan teh hangat manich cpecial untuk kakak. Nih teh nya." (Hmm...kakak, tadi Annie melihat kakak dilapangan pertandingan, kakak terlihat capek. Jadi Annie membuatkan teh hangat manis spesial untuk kakak. Nih teh nya). Annie melanjutkan lagi perkataannya dengan nada riang. Ia ingin menunjukkan bahwa dia perduli dengan kakaknya itu.

Albercio hanya menatap datar tangan kecil yang sedang menyodorkan gelas berisi teh tersebut. Dia merasa bahwa Annie sudah melewati batas. Bisa-bisanya anak itu memasuki kamarnya yang bahkan tidak seorang pun berani memasuki kecuali untuk membersihkan kamarnya.

"Siapa yang memperbolehkan kamu untuk masuk ke kamar saya?" Albercio menaikkan sebelah alisnya. Itulah Albercio, dia tidak perduli siapa lawan bicaranya. Yang pasti, kalau dia bukan berada didaftar orang yang diperdulikan oleh Albercio, jangan pernah berharap dia akan diperlakukan dengan lembut.

"Tidak ada, Annie beriniciatif cendili kalna Annie takut kakak kecapekan. Mekanya tadi Annie macuk ke kamal kakak hanya untuk memachtikan bahwa kakak baik-baik caja. Sekaliguch Annie mau membelikan teh yang cudah Annie buat untuk kakak." (Tidak ada, Annie berinisiatif sendiri karna Annie takut kakak kecapekan. Mekanya tadi Annie masuk ke kamar kakak hanya untuk memastikan bahwa kakak baik-baik saja. Sekaligus Annie mau memberikan teh yang sudah Annie buat untuk kakak). Annie menjelaskan niat baiknya dengan susah payah. Dia bahkan mengabaikan rasa sakit yang menjadi di kakinya karena rasa sakit itu tak sebesar rasa sayangnya untuk Albercio.

"Saya sangat tidak suka diremehkan. Sekarang kamu pergi dari sini, bahkan seharusnya kamu pergi dari kami. KAMU TIDAK BERHAK ADA DI RUMAH INI. SEHARUSNYA BUKAN KAMU YANG ADA DISINI, SEHARUSNYA ANNA YANG ADA DISINI."

Prangg....

Tidak hanya perkataan Albercio yang menyakiti hati Annie, perlakuan Albercio yang menarik paksa gelas berisi teh buatan Annie dan membanting gelas tersebut ke jendela kamarnya hingga pecah dan membasahi karpet kamar Albercio juga membuat hati Annie sedih. Annie merasa sangat tidak berguna, tidak tahu diri, tidak bisa....menjadi seperti yang diinginkan kakaknya.

Tanpa disadari oleh Annie, matanya memburam. Setetes air jatuh dari mata kanannya. Annie adalah anak yang kuat, tetapi dia tidak bisa, dia tidak sanggup, jika kakaknya yang selama ini Annie sayangi dengan sepenuh hati tidak menyayangi bahkan mungkin membenci dirinya. Annie menghapus air mata yang jatuh ke pipi menggunakan kepalan tangannya. "Kakak, Annie tidak tahu apa calah Annie. Annie tidak tahu kenapa kakak cangat membenci Annie. Tetapi jika dengan kepelgian Annie, kakak bisa menjadi lebih bahagia, Annie akan meninggalkan kakak. Annie pelgi dulu kak. Annie mendoakan yang telbaik untuk kakak." (Kakak, Annie tidak tahu apa salah Annie. Annie tidak tahu kenapa kakak sangat membenci Annie. Tetapi jika dengan kepelgian Annie, kakak bisa menjadi lebih bahagia, Annie akan meninggalkan kakak. Annie pergi dulu kak. Annie mendoakan yang terbaik untuk kakak).

Annie melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Albercio dengan terseok-seok. Annie cakit, kaki Annie cakit, tapi kaki Annie tidak cecakit hati Annie. (Annie sakit, kaki Annie sakit, tapi kaki Annie tidak sesakit hati Annie).

"Kak, jangan lupa untuk minum obat." Annie cayang kakak (Kak, jangan lupa untuk minum obat. Annie sayang kakak). Kata sayang itu tidak berani Annie ungkapkan secara langsung, dia takut, dia sangat takut menerima kenyataan bahwa kakaknya tidak menyayangi dirinya. Biarkanlah kata sayang tersebut Annie pendam didalam hatinya sendiri.

Annie berlari cepat sesudah keluar dari kamar Albercio. 1 orang yang ada dipikirannya, Ria. Annie mencari Ria, walaupun kakinya terasa semakin sakit, dia tetap bersikeras untuk mencari Ria. Karena dia membutuhkan Ria untuk menolong kakaknya yang sedang sakit.

"Lia Lia! Lia, tolong Lia bantu Kak Albelcio. Kakak cedang cakit, mukanya melah. Tolong Lia bantu kakak." (Ria Ria! Ria, tolong Ria bantu Kak Albercio. Kakak sedang sakit, mukanya merah. Tolong Ria bantu kakak). Ria yang melihat nonanya hampir terjatuh pun langsung menagkapnya.

"Nona! Nona jangan berlari seperti itu. Bagaimana jika nona terjatuh, pasti akan sakit. Nona tunggu dulu disini ya, biar Ria memanggilkan dokter dulu untuk tuan muda." Ria menyuruh Annie untuk duduk diam dikursi. Tetapi Annie telah membulatkan tekad untuk membuat kakaknya bahagia. Dengan cara....meninggalkan rumah.

Annie berjalan terseok-seok meninggalkan rumah, walaupun Annie diberikan tatapan aneh oleh semua staff di rumah itu, tetapi Annie tetap pergi keluar.

"Nona, nona ingin kemana? Mengapa nona berjalan seperti itu? Apakah nona terluka?" Penjaga depan rumah yang menatap aneh serta kasian kepada Annie, tidak bisa menahan pertanyaan tersebut.

"Annie hanya ingin jalan-jalan om, Annnie ingin melihat keadaan dilual. Annie tidak telluka kok om. Ini Annie hanya iceng-iceng aja beljalan cepelti ini." (Annie hanya ingin jalan-jalan om, Annie ingin melihat keadaan diluar. Annie tidak terluka kok om. Ini Annie hanya iseng-iseng aja berjalan seperti ini). Annie memaksakan senyumnya walaupun keadaan yang sebenarnya adalah Annie sedang kesakitan.

"Apakah nona ingin ditemani? Saya bisa menemani nona."

"Tidak pellu om, Annie ingin cendilian. Annie pelgi dulu ya om." (Tidak perlu om, Annie ingin sendirian. Annie pergi dulu ya om). Annie melanjutkan perjalanannya.

Sudah sekitar 3 jam Annie berjalan, kaki kecilnya sudah tidak kuat dan tambah sakit. Terlihat membengkak dikaki yang tadi bekas terjatuh. Ini tidak cakit, Annie halus jadi anak yang kuat. (Ini tidak sakit, Annie harus jadi anak yang kuat).

Annie pun melanjutkan perjalanannya, dia tidak tahu ingin kemana, dia juga lapar, sudah sore menjelang malam dan dia baru makan satu kali, waktu sarapan. Tiba-tiba matanya memburam, Annie duduk lemas ditrotoar yang keadaannya sepi.

Ya Tuhan, Annie halus kemana? Annie lapal, kaki Annie juga cakit cekali. Annie ingin tidul. (Ya Tuhan, Annie harus kemana? Annie lapar, kaki Annie juga sakit sekali. Annie ingin tidur).

Annie yang sudah letih pun memejamkan matanya. Tidak tahu apakah dia tertidur atau pingsan.

-----------------------

Makasih yang udah bacaa dan nungguin love kalian ❤

Jangan lupa vote guyss biar aku semangatt

My Little AnnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang