Part 21

16K 1.6K 38
                                    

Halaww halaww

Yuk sebelum bacaaa

VOTE🌟⭐⭐, komenn, follow aku juga (karena bakalan ada cerita baru nantinya hihi)

Selamat membaca semuaaa💙💙💙

----------------

"Baiklah, Annie tunggu disini ya, jangan kemana-mana." Annie menatap sekilas ke Albercio yang sedang berjalan untuk membeli es krim. Seketika dia pun teringat, bahwa ini adalah hari terakhir mereka bisa bersama-sama. Besok adalah hari keberangkatan Albercio untuk menuju pulau tempat Albercio akan bersekolah. Dia pun melamun sambil melihat kesekelilingnya.

Kenapa kakak itu tellihat cedih? Annie menatap bocah laki-laki yang tidak jauh dari keberadaannya. Bocah laki-laki itu duduk hanya beberapa meter darinya. Apakah aneh jika Annie menanyakan keadaannya? Annie hanya ingin melihat kebahagian caja hali ini. Dengan keberanian, Annie pun melangkah menuju bocah itu. Jika dilihat-lihat, umur bocah itu, terlihat sekitaran umur Albercio, mungkin sedikit lebih tua. Jika ditebak-tebak sekitaran umur 14 atau 15 tahun. Annie yang sudah berada didepan bocah itu pun ingin menyapanya, tetapi dia telat, bocah tersebut lebih dulu menanyakan keberadaannya.

"Mau apa kamu?" Bocah itu berkata dengan nada dinginnya kepada Annie. Nada dingin itu, tidak membuat Annie menjadi takut. Oh, percayalah, Annie sudah melalui hal ini sebanyak 2 kali, bersama papa dan kakaknya. Bisa dibilang, dari pertama Annie memasuki wilayah Montgomerie, Annie menjadi terbiasa dengan hal tersebut.

"Umm, kenapa kakak tellihat cedih? Apa kalena kakak cendilian? Annie bica menemani kakak." Bocah itu hanya menatap Annie sekilas dan setelah itu dia memalingkan wajahnya. Annie jadi telingat lagi dimana kakak juga tidak mau bicala cama Annie. Semangat Annie! Annie pachti bica membuat kakak yang ini juga jadi cayang cama Annie. Annie menyemangati dirinya untuk mengubah perilaku beruang es dihadapannya ini.

"Nama aku Annie. Kakak namanya ciapa?" Annie tidak kehabisan akal. Dia ingin mengenal lebih dekat dengan kakak yang ada disebelahnya itu. Mungkin menanyakan namanya adalah permulaan yang cukup baik.

"Leo." Annie hanya menggangguk. Leo? Namanya baguch dan mudah untuk Annie hapal.

"Kak Leo mau Annie temani?"  Leo menatap Annie dengan bingung. Dari tadi dia sudah memperlakukan dingin bocah ini, tapi kenapa dia tidak merasa terintimidasi? Selama ini, jika dirinya sudah berkata dengan singkat dan dingin, lawan bicaranya tidak akan mau untuk melanjutkan pembicaraan. Mereka pasti akan mencari alasan untuk menyudahi percakapan tersebut.

Annie yang tidak mendapat jawaban pun langsung saja duduk disebelah Leo dengan manis. Annie tidak merasa takut sedikit pun dengan Leo. Bahkan dirinya saat ini sedang menceritakan kesedihannya karena besok kakaknya akan pergi. Leo hanya mendengarkan Annie berbicara, mungkin...keberadaan Annie membuat dirinya sedikit lebih nyaman.

"Kak Leo tau, becok Annie akan ditinggal oleh Kak Albelcio. Annie cangat cedih, kalena Annie tidak bica beltemu Kak Al cetiap hali cepelti kemalin." Leo yang melihat Annie sedih pun tidak bisa melakukan apa-apa selain diam dan mendengarkannya. Leo mengernyitkan dahinya ketika tiba-tiba Annie merogoh sakunya dan mengeluarkan barang berupa gelang.

"Kak Leo, ini gelang buatan Annie. Tadinya Annie ingin membelikannya kepada Kak Al. Tapi, kalena cepeltinya Kak Leo cedang cedih, Annie akan membelikan ini ke Kak Leo aja dulu." Leo hanya diam dan melihat tangannya yang dibawa oleh Annie kepangkuan milik gadis itu, untuk dipakaikan gelang. Leo membenci gelangnya, bahkan dia sudah merencanakan akan membuang gelang itu setelah ini. Sudah sepatutnya dia membuang gelang bermotif bunga-bunga dan bewarna-warni. Hei! Dia ini adalah seorang laki-laki. Tidak sepatutnya, dia sebagai seorang laki-laki, memakai gelang bermotif bunga dan bewarna-warni yang suka dipakai gadis-gadis centil seumurannya. Tetapi yang Leo lakukan sekarang hanyalah diam dan mengikuti arahan Annie saja. Sangat bertolak belakang dengan apa yang ada dipikirannya sekarang.

"Kak Leo jangan buang ya. Annie membuat gelang ini dengan sepenuh hati." Ucap Annie sambil memutarkan gelangnya agar tempatnya lebih sempurna ditangan Leo. Leo yang mendengarkan ucapan Annie, seketika saja merasa terciduk, seakan-akan gadis kecil ini tahu jika dia akan membuang gelang ini.

"Kamu sering kesini?" Untuk mengalihkan pembicaraan Annie pun, Leo berbasa-basi. Leo menanyakan apakah Annie sering kemari atau tidak. Jika iya, mungkin dirinya juga akan kemari lagi sekedar untuk bertemu dengan Annie.

"Tidak, tadi Ann-"

Bugh..bugh..bugh

Annie tidak bisa melanjutkan pembicaraannya, karena tiba-tiba Albercio datang dan memukul Leo sebanyak tiga kali.

"KAKAK!" Annie berteriak ketika Albercio menonjok Leo dan Leo menonjok balik Albercio. Kedua bocah laki-laki itu saling menonjok dan tidak ada yang saling mengalah.

"KAU APAKAN ADIKKU HAH?!" Albercio berteriak sambil menangkis tonjokan dari Leo. Dia sangat-sangat marah sekarang. Bisa-bisanya, adik kecilnya didekati oleh bocah ingusan seperti ini yang tidak tahu asal-usulnya. Sudah sepatutnya, Albercio sebagai kakak yang baik, menjaga Annie dari serangga-serangga yang mendekati adik kecilnya.

"KAU YANG APA-APAAN! DATANG DAN TIBA-TIBA LANGSUNG MENONJOKKU!" Leo yang tidak tahu apa-apa pun menonjok balik Albercio dengan kencang. Dia tidak kalah panas ketika dirinya ditonjok secara tiba-tiba oleh orang yang tidak dikenal.

Keduanya melanjutkan pertengkarang hingga satpam taman kota pun datang mencoba untuk meleraikan. Satpam tersebut melihat bahwa bocah yang sedang bertengkar adalah Albercio Flint Montgomerie, langsung saja dia mengundurkan diri. Siapa yang tidak tahu keluarga Montgomerie, hanya orang bodoh saja yang tidak tahu seberapa pengaruhnya keluarga tersebut di dunia ini.

"KAKAK CTOPP! BELHENTI CEKALANG JUGA ATAU ANNIE MALAH CAMA KAKAK!" Annie berteriak dengan kencang agar kakaknya mendengar. Bahkan sekarang wajah Annie sudah sangat memerah karena merasa marah dengan kedua kakak yang ada didepannya ini. Albercio berhenti memukul dan berdiri, walau masih menatap sengit Leo. Leo berdiri dan tak kalah menatap sengit Albercio. Wajah kedua bocah laki-laki itu memar dan terdapat darah dimana-mana. Albercio akui, si Leo-Leo ini lumayan pintar dalam bela diri.

"Kak ayo kita pulang caja. Kak Leo, Annie pulang dulu, dadah." Dengan tergesa-gesa, Annie menyeret Albercio untuk pulang meninggalkan taman kota.

Leo yang melihat kepulang Annie pun hanya menatap datar punggung Annie sambil mengeratkan tangannya dimana terdapat gelang pemberian Annie yang sudah sedikit rusak karena pertengkarannya dengan Albercio.

----------------

Yaa guyss ada tokoh baru yaa, si Leooo

Yuk untuk next parttt

245 votee⭐🌟🌟⭐

My Little AnnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang