Part 14

24K 2.1K 20
                                    

Haii selamat siang

Makasih ya yang udah nyemangatin aku hehe..

Kalau aku ga jawab, maaf banget guys mungkin karena aku ga liat komen kalian. Tapi kalau aku liat aku pasti jawab. Pokonya makasih yang udah komen buat support. 💜💜

Yuk sebelom baca seperti biasa

Vote⭐🌟⭐, komen, follow, share, promosiin, dll terserah kalian...

-------------------

A week later

"Annie suka?" Albercio mengelus kepala Annie sambil tersenyum ketika melihat sekitar mulut Annie berantakan oleh coklat. Albercio mengelap mulut Annie menggunakan tissue yang terdapat di meja sampingnya.

Annie menatap Albercio tersenyum lucu hingga memperlihatkan giginya yang ada coklat sambil mengangguk antusias. Setelah itu dia lanjut memakan coklatnya sambil menggoyangkan kakinya.

Annie terlihat sangat menggemaskan. Dia memakai dress bewarna merah muda, sesuai dengan pipinya yang bersemu mengeluarkan warna merah muda. Dia juga memakai pita di belakang rambutnya, dan memakai sepatu bewarna coklat. Semua ini disiapkan oleh Albercio, bahkan dia sendiri yang menguncir setengah rambut Annie dan menambahkan pita dibelakangnya.

"Annie,  bagaimana kalau kita berjalan-jalan sekitaran mansion? Annie mau ga?" Albercio bertanya dengan suara yang lembut kepada Annie. Annie pun mengangguk tanda menyetujui apa yang Albercio ajak.

Albercio mengulurkan sebelah tangannya, dan Annie yang mengetahui apa yang kakaknya mau pun langsung memegang tangan Albercio dengan erat. Mereka berjalan-jalan sambil mengobrol, walaupun Annie hanya mengangguk dan menggeleng sebagai jawabannya, Albercio sudah sangat senang. Dia sangat lega ketika mengetahui bahwa Annie tidak membencinya.

"Annie sudah pernah kesini sebelumnya? Ini adalah tempat kesukaan kakak." Annie membalas dengan menggelengkan kepalanya. Annie memang belum menelusuri semua fasilitas yang terdapat di mansion keluarga Montgomerie ini. Dia bahkan hanya pernah memasuki 5 ruangan dari sekian banyak ruangan yang ada disana.

"Tempat ini sangat tenang, kakak menyukai ketenangan." Annie hanya tersenyum. Tiba-tiba dia menyadari bahwa depannya ada air terjun yang sangat indah. Annie tidak bisa menahan tangannya untuk menunjuk air terjun itu dan menatapnya dengan mata yang berbinar. Seumur hidupnya, Annie tidak pernah melihat air terjun yang sangat indah. Dan sekarang dia bisa melihat di mansion ini dengan sesuka hatinya.

Albercio yang melihat telunjuk Annie mengarah ke air terjuan buatan itu hanya tersenyum.

"Itu air terjun buatan, Annie. Waktu itu, pada saat kakak berumur 5 tahun seperti Annie, kakak meminta air terjun kepada papa, dan sehari kemudian, papa menunjukkan air terjun ini."

Annie yang mendengarkan Albercio hanya mengganguk sambil membulatkan mulutnya.

Mereka pun melanjutkan perjalananya ke halaman belakang, tempat Albercio bermain bersama kuda-kudanya. Annie yang melihat banyak sekali kudanya mulai menghitung jumlah kuda tersebut dalam hatinya. Dia pun mengeluarkan 8 jarinya dan menunjukkannya pada Albercio. Albercio yang mengerti bahwa Annie menghitung berapa kudanya pun langsung berkata,

"Salah, Annie. Coba Annie hitung lagi dengan benar." Annie pun mengerucutkan bibirnya sambil mulai menghitung kembali. Setelah selesai menghitung, Annie menunjukkan sembilan jarinya kepada Albercio sambil tersenyum sombong. Albercio hanya tertawa sambil mengecup pipi Annie sebagai hadiah karena Annie sudah pintar menghitung.

"Sekarang kita kembali ke mansion dalam ya, Annie. Hari sudah mulai terik. Nanti Annie kepanasan." Ketika Albercio ingin membawa Annie masuk kedalam, Annie manahan dan mengggeleng kepalanya seakan masih ingin berada disana. Annie menunjukkan telunjuknya kearah kuda-kuda tersebut kemudian mengelus perutnya sendiri.

"Mereka akan dikasih makan oleh maid, Annie. Annie tidak harus memberi makan kuda-kudanya." Annie tetap menggeleng. Albercio sekarang tahu, Annie adalah adik kecilnya yang keras kepala. Albercio pun menuruti Annie. Mereka berdua memberikan makanan pada kuda--kuda tersebut. Bahkan setelah 12 tahun dia hidup, dia tidak pernah memberikan makan kudanya sendiri.

Setelah selesai memberi makan kuda-kuda tersebut, mereka memilih untuk pergi kedalam mansion. Bahkan tadi, Annie terlihat sangat ingin menaiki kuda yang berada di halaman belakang, hanya saja Albercio ingin Annie senyum total terlebih dahulu, baru boleh menaiki kuda tersebut. Annie pun menurut walau matanya menjadi sedikit meredup karna kecewa.

Mereka melanjutkan perjalanannya, hingga mereka mendengar teriakan keras yang berasal dari ruang kerja Ray.

------------------

"Bagaimana keadaannya?" Ray menanyakan pertanyaan kepada Samuel Watkins dengan nada rendah, tajam, dan matanya menajam.

"Dia sudah agak membaik, tetap-"

BUGH

"Saya minta ma-"

BUGH

"Masih mau berbicara?" Ray menanyakan sambil menapakkan kaki kanannya pada dada Samuel.

Samuel pun menggeleng tidak berani berkata apa-apa. Mulutnya terlihat berdarah dan sedikit robek karena terkena giginya, pelipisnya juga mengeluarkan darah karena Ray meninjunya dua kali dengan sangat kencang. Bahkan Samuel yang dari dulu dihormati, sekarang di tangan Ray, Samuel hanya menjadi sasaran kemarahannya. Ray memang tidak perduli, mau Samuel mati pun, dia tidak perduli. Karena pada kenyataannya, polisi akan memihak kepada Ray.

"Kau bilang kau akan membuat anakku bisa berbicara lagi? MANA! SETELAH SEMINGGU LAMANYA DIA BAHKAN TIDAK BISA MENGELUARKAN SATU PATAH KATA PUN! KAU INI SEBENARNYA BISA ATAU TIDAK HAH!!" Ray yang pada awalnya tenang, tiba-tiba saja berteriak dengan sangat kencang sambil membawa keatas kerah leher Samuel. Ray merasa ditipu, sudah satu minggu, Annie masih belum bisa bicara. Ray takut, anaknya itu jadi bisu jika dibiarkan lama seperti begini. Bukannya tidak sayang kepada Annie lagi, tetapi dia merasa kasihan kepada Annie jika seperti ini. Bahkan jika bisa dia memilih, lebih baik dirinyalah yang tidak bisa berbicara, dibandingkan anaknya yang masih kecil. Ray akan memastikan, Annie sembuh. Tidak perduli seberapa susahnya, lamanya, mahalnya, dia akan tetap berjuang membuat Annie sembuh kembali seperti semula. Oh, betapa rindunya Ray akan suara Annie yang memanggilnya "papa".

-----------------

Annie yang melihat Ray dari balik pintu pun mengeluarkan air matanya. Dia bahkan tidak tahu mengapa dirinya menjadi tidak bisa berbicara. Dia takut, Papa Ray tidak akan menyayanginya lagi seperti dulu jika dia bisu.

Papa, papa ini Annie. Annie tidak tahu mengapa dirinya hanya bisa mengeluarkan kata-kata dalam hatinya, tetapi saat ingin berbicara, rasanya sangat sulit.

Annie takut dirinya akan dibuang dan disiksa seperti dulu lagi. Annie halus belucaha untuk bica ngomong lagi. Annie tidak mau kalau papa tidak cayang lagi pada Annie. Annie tidak mau. ANNIE TIDAK MAU!

"ANNIE TIDAK MAU!"

Ray, Albercio, bahkan Samuel yang sedang kesakitan pun menolehkan kepalanya kepada Annie yang baru saja berteriak.

-------------------

Makasih yang udah bacaa

Yuk untuk next part

137 vote ⭐🌟🌟⭐ LET'S GOOO

My Little AnnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang