PART 28

1.5K 41 1
                                    

Anjan POV

 

“Anjani, sedang apa kamu disini.?’’ Tanya seorang lelaki paruh baya yang ada didepanku.

“Papah? Ko papah disini.?” Tanyaku kembali.aku kaget saat melihat sosok yang ada dihadapanku ini adalah papahku.

“Hari ini papah ditugaskan disini. Kamu ngapain disini.?”

“Papah tolong jangan marah pah. Anjani,, aku disini.. pah, Romy kritis pah. Aku mohon kali ini papah tolongin dia pah, aku mohon.” Aku memohon kepada papah.

“Kamu masih saja berhubungan dengan dia. Kamu lupa apa perintah papah waktu itu?” sahut papah sedikit berteriak. Untung saja tidak terdengar sampai kedalam, kalau sampai orang orang yang didalam keluar. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi.

“Pah aku mohon pah kali ini aja tolongin Romy pah, dia kritis sekarang. Kalo papah sayang sama aku tolong bantu Romy pah. Anjani mohon pah, anjani mohon.” Aku menangis sambil terus memohon.

“Baiklah, ini memang sudah tugas papah.” Ucapnya setelah menghela nafas berat.

“Makasih pah makasih banget. Aku sayang papah.” Aku merangkul tangan papahku.

“Dimana dia sekarang?”

“dia dii dal...” belum sempat aku menyelesaikan ucapanku. Jihan keluar dengan sangat panik.

Tiba tiba ia menghampiriku dan menarik narik tangan papahku sambil menangis.

“Dokter, tolong kakak saya dok cepet.” Ucapnya.

Aku bingung apa yang terjadi, jangan jangan? Ya Ampun Romy. Tuhan, tolong lindungi dia.

“Maaf, silahkan semua tunggu diluar. Saya bersama tim akan berusaha menangani nya.” Kata papahku.

Papah tolong lakukan yang terbaik. Aku tak henti henti nya berdoa sambil terus menangis. Risa memelukku dengan erat dan ikut menangis bersamaku. Tapi tangisan nya tak sekeras tangisku. Disini hanya aku dan Jihan yang menangis dengan keras.

“Nak, sudah jangan menangis. ini dirumah sakit. Romy pasti kuat.” Ayahnya Romy mencoba menenangkanku.

Kenapa lama sekali. Apa yang mereka lakukan didalam. Sudah hampir 2 jam kami semua menunggu. Aku masih duduk terdiam dikursi, rasanya aku tidak kuat untuk berdiri. Semua badanku terasa lemas dan air mataku nampaknya sudah berhenti turun. Tapi didalam hati aku seperti berteriak tidak ada habisnya.

Setelah sekian lama, akhirnya papahku keluar dan semua orang mengerumuni nya. Tak terkecuali Risa dan Dika, tapi aku masih duduk terdiam berharap mereka memberi kabar baik. Aku melihat kearah mereka. Terlihat papah berbicara setengah berbisik, akupun tidak dapat mendengarnya.

Setelah papah selesai bicara, semua orang terlihat shock. Orangtua Romy langsung masuk. Risa dan Dika langsung menatapku, Risa menangis sambil memeluk Dika sebentar. Ada apa ini sebenarnya, aku masih tidak kuat untuk berdiri. Risa langsung berlari kearahku dan memelukku dengan erat sambil menangis.

“Jan, kamu kuat yaa. Romy, dia udah gaada” kata Risa.

Apa maksudnya ini, disaat seperti ini mereka malah bercanda.

“Sayang, maafkan papah. Papah bersama tim yang lain sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Allah berkehendak lain. Romy gak bisa diselamatkan.” Sahut papah yang berdiri disampingku.

“engga, gak mungkin. Kalian jangan bercanda, ini gak lucu.” Ucapku sambil tertawa getir.

“Kedalem yuk.” Ajak Risa.

Didalam, ada ibu sedang menangis sambil memeluk Jihan. Jihan menangis dengan kerasnya, tapi ayah sama sekali tidak menangis. dia terlihat sabar. Aku masih terdiam sambil melihat Romy yang masih memejamkan matanya. Dan terlihat juga para suster mengambil semua selang yang ada ditubuh Romy.

“Suster, kenapa diberesin. Romy itu Cuma tidur. Cepet pasang lagi, nanti dia kenapa napa.” Aku menarik narik tangan suster dan menyuruhnya untuk kembali memasang peralatan tadi.

“Romy, sayang. Bangun sebentar aja, jangan tidur mulu. Kamu gak kangen sama aku?” ucapku sambil mengelus rambut Romy dan mencium kening nya.

“Anjani udah, Romy udah pergi” Dika mencoba menenangkanku. Yang lain hanya menangis melihat prilaku aku saat ini.

“Romy bangun sayang, jangan tinggalin aku. Kamu udah janji.” Kataku sambil mengguncang guncangkan tubuhnya.

“Aku bilang bangun Rom, jangan ingkarin janji kamu. Aku cinta kamu! Pliss Rom, buka mata kamu dan bilang kalo kamu juga cinta aku!” teriakku dengan isakan tangis.

Yang lainpun ikut menangis merasakan apa yang dirasakan Anjani. begitu juga dengan Risa yang berpelukkan dengan Dika dan ibu yang memeluk Jihan karena tidak kuat melihat Anjani.

“Kata siapa Romy pergi. Dia masih hidup, percaya sama aku. Romy emang suka bercanda pura pura mati kaya gini. Liat aja sebentar lagi dia juga bangun terus ketawa kenceng terus bilang kalo wajah aku tuh lucu kalo lagi panik.” Kataku yang tertawa getir sambil menangis.

“Dia emang masih hidup. Disini, dihati kita semua” kata Risa yang menunjuk dadaku.

Aku tidak kuat lagi, kaki ku lemas. Aku langsung jatuh tersungkur ke lantai. Aku menangis, menangis, dan menangis dengan kencangnya. Jihan menghampiriku dan memelukku.

“Kak, jangan nangis lagi yaa. Aku juga sayang sama kak Romy, sekarang kak Romy udah sembuh. Dia gak akan sakit lagi. Kak Romy disana pasti juga sedih kalo ngeliat kakak nangis terus kaya gini. Jadi, kakak jangan nangis lagi yaa” ucap Jihan yang menghapus air mata dipipiku.

Aku tidak bisa berkata apa apa. Aku masih terdiam. Aku melihat Romy sekali lagi untuk yang terakhir kalinya.

“Aku akan terus sayang sama kamu Rom dan rasa sayang itu gak akan berkurang sedikitpun, tunggu aku disurga sana. Aku akan nyusul kamu nanti. Jangan bosen nunggu aku yaa. I love you so much” ucapku sambil mencium kening Romy.

“Kalo kakak masih nangis, kak Romy bakal sedih juga disana. Sekarang kakak senyum yaa biar kak Romy juga senyum disana.” Tutur Jihan yang sudah bisa menerima semuanya, tapi aku belum bisa.

Aku memaksakan bibirku untuk tersenyum, aku masih belum bisa percaya atas semua ini. Tapi aku akan berusaha karena aku sayang kamu Rom.

Stay With Me, PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang