Romy POVKurebahkan tubuhku dikasur sambil menatap langit langit kamarku. Akhirnya aku kembali kesini, kerumahku yang sebenarnya bukan dirumah sakit lagi. Walaupun aku tahu kalau aku akan kembali lagi kesana, bahkan sering.
Aku mencoba untuk memejamkan mataku sejenak. Berusaha untuk tertidur dan istirahat. Tapi disela sela aku memejamkan mata, terdengar suara dari luar kamarku. Pasti itu Jihan, dan benar saja dugaanku Jihan yang masuk ke kamarku tanpa permisi.
"Kak ayo kita makan ayah sama ibu udah nungguin" ajak Jihan.
Rasanya aku malas untuk bangun dari kasurku ini, badanku lemas.
"Kaakk ih ayo malah tidur" rengek Jihan di depan pintu sambil menghentakan kaki nya ke lantai.
"Bangunin tapi" aku mengulurkan tangan ku.
"Ayoo ihh kakak berat banget" Jihan berusaha untuk menarikku untuk berdiri.
"Bangunin makanya kakak gakuat bangun sendiri" aku terus menggoda Jihan.
"Berat ah aku gakuat, udah ayo kak cepet aku udah laper nih" Jihan masih terus menarik tanganku.
Karena kasihan melihat adikku yang susah payah membangunkan ku, akupun berdiri dan jalan menuju ruang makan bersama Jihan.
Disela sela kami makan malam, ayah memberi nasihat kepada aku dan Jihan agar lebih rajin belajar lagi, terlebih sebentar lagi aku akan menghadapi ujian nasional yang akan dilaksanakan sebulan lagi.
"Kalian sebentar lagi ujian kan, Jihan ulangan kenaikan kelas dan kamu Romy sebentar lagi mau UN. Kalian belajar yang rajin biar dapet nilai bagus, abis ini belajar ya" nasihat ayah.
"Iya ayah, abis ini kita belajar. Kita belajar bareng ya kak. Okey?" Ajak Jihan padaku.
"Iyaa, abisin dulu tuh makanan dimulut. Nanti keselek aja" Jihan bicara sambil mengunyah makanan nya.
Disaat kami selesai makan, aku dan Jihan bergegas menuju kamar untuk mengambil buku dan kembali ke ruang keluarga. Disana sudah ada ayah dan ibu yang sibuk dengan kegiatan masing masing. Ibu yang sedang menjahit baju dan ayah yang sibuk dengan koran dan kopi nya.
"Kak, kakak ngerti ga sama soal ini, aku bingung rumusnya." Jihan memberikan soal matematika kepadaku.
"Yang ini? Masa yang ini aja kamu gatau sih. Jangan malu maluin kakak kenapa dek" jawabku sombong.
"Yaudah ajarin aku gimana caranya?" Jihan langsung mengambil pensil miliknya.
"Kalo ini mah tanya aja sama kak Anjani, dia pinter kalo pelajaran Matematika haha" aku tertawa dan dibalas pukulan dari Jihan.
"Kalo gatau bilang kek dari tadi" Jihan memajukan bibirnya.
"Gitu aja ngambek, jangan manyun gitu dong nanti jatoh tuh bibir haha" aku kembali mengejek adikku ini.
"Bodo" ternyata dia masih ngambek.
"Hehhe kakak bercanda jangan manyun gitu dong. Jadi cara nya gini...."
Aku mulai menjelaskan tentang tugasnya. Kira kira satu jam lebih aku dan Jihan belajar bersama, kami merapikan buku dan hendak menuju kamar kami masing masing.
Disaat aku hendak ke kamar, ayah menahanku dan memerintahkan aku untuk duduk disamping nya.
"Romy, sini duduk dulu ayah mau ngomong" perintah ayah
"Kenapa yah?" Tanyaku.
"Kamu abis lulus sekolah rencana mau lanjut kemana?" Ayah kembali bertanya.
"Gatau yah Romy bingung. Kalau aku kuliah, aku bingung mau masuk jurusan apa. Dan kalau aku kerja, mana ada perusahaan yang mau nerima lulusan SMA dengan keadaanku yang kaya gini. Jadi aku belum tau mau lanjut kemana" jelasku.
"Semua keputusan ada ditangan kamu Rom, terserah kalau kamu mau kuliah atau kerja. Ayah gak mau maksa kamu" ujar ayah lagi.
"Iya yah" jawabku singkat.
"Ohiya apa Anjani tau dengan keadaan kamu yang sebenarnya?" Tanya ayah lagi.
Pertanyaan ayah yang satu ini sontak membuatku terkejut. Apa yang harus aku jawab, aku takut ayah kecewa dengan Anjani.
"Belum yah" jawabku pelan.
"Kapan kamu mau bilang? Kamu harus kasih tau yang sebenarnya kepada Anjani, kamu juga harus terima jawaban dia. Dia menolak apa menerima kamu apa adanya. Tapi ayah gak begitu yakin, dia terlahir dari seorang keluarga dokter dan mereka pasti tahu permasalahan nya" tegas ayah.
"Iya yah, secepatnya Romy akan ngasih tahu semuanya sama Anjani. Sambil nunggu waktu yang tepat buat aku ngomong sama dia" jawabku.
"Ayah gak mau kalau kamu ibarat nya kehilangan dia dalam keadaan kamu yang terpuruk. Ayah gamau, kamu pikirin itu baik baik Romy." Ayah menepuk pundakku.
"Baik yah Romy akan pikirin semua ini baik baik. Kalau gotu Romy masuk ke kamar dulu."
Aku bergegas menuju kamar ku, aku lemparkan buku pelajaranku ke kasur dan menghempaskan tubuhku diranjang.
Aku menatap langit langit kamar sambil memikirkan nasihat ayah tadi. Aku harus bicarakan ini dengan Anjani sebelum semua nya berlarut larut, tapi kapan aku bicara dengan nya.
Aku juga sebenarnya tidak yakin, setelah Anjani dan keluarganya tahu. Pasti keluarga Anjani tidak akan menerima anak gadisnya berhubungan dengan seorang yang penyakitan sepertiku, terlebih penyakit yang aku derita ini sangat berbahaya. Apalagi keluarga dia seorang dokter. Aku yakin cepat atau lambat aku akan pergi selama nya meninghalkan Anjani dan Keluarga ku.
Aku sangat tahu seberapa parah penyakitku ini. Setiap saat aku tersiksa oleh penyakit ini yang sering sekali kambuh diwaktu yang tidak tepat. Kadang aku berpikir kenapa Tuhan tidak mengambil nyawaku saja, aku sakit kalau lama lama harus menderita seperti ini. Tapi sebelum aku kembali, aku berjanji akan membahagiakan keluarga ku dan Anjani bagaimanapun cara nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me, Please
RomanceDisaat sepasang kekasih yang saling menyayangi satu sama lain menjalin hubungan. Tetapi orangtua salah satu dari mereka melarang keras hubungan itu. apa yang harus mereka perbuat? Berjuang demi mempertahankan cinta mereka atau harus mengalah dengan...