PART 8

1.5K 51 1
                                        

Author POV

Sebulan setelah Anjani sekolah di SMA yang sama dengan Romy, dia semakin semangat pergi ke sekolah. Dan lama kelamaan hubungan mereka jadi semakin dekat layaknya orang sedang PDKT.

Memang Romy sangat mengagumi sosok Anjani. Selain cantik dia juga pintar dalam pelajaran sekolah, itu yang membuat Romy semakin jatuh cinta padanya.

Dikelas..

"Mending lu cepet cepet tembak dia aja rom, dari pada nanti keburu disamber orang nyesel deh" bujuk dika pada romy.

"Pengen sih gue juga, tapi gimana reaksi dia kalo dia tau gue yang sebenernya. Apa dia bakal nerima gue dalam keadaan gue yg kaya gini?" Tanya romy bingung

"Coba lu terus terang aja, kalo dia bener sayang sama lu dia bakal nerima lu apa adanya"

Tiba tiba Anjani datang.

"Hai, kalian" sapa Jani pada kedua orang teman nya.

"Hai juga Jani" sahut dika

Sedangkan Romy hanya terdiam, memikirkan perkataan Dika tadi.

"Rom, tumben diem aja. Sakit ya?" Tanya Jani.

"Ohh ehh engga ko engga aku sehat" jawab romy salah tingkah.

Dari awal Romy masuk sekolah, ia memang merasa tidak enak badan. Kepalanya pusing, tubuhnya panas dingin. Dia pun kerap merasakan mual, berkali kali ia bolak balik ke kamar mandi.

Saat sampai di rumah, Romy tidak bisa menahan sakit yang dirasakan. Pusing yang sangat hebat dia rasakan, rasa mual nya tidak hilang sejak pagi.

Adik nya Jihan menemukan Romy sedang tak sadarkan diri di depan kamar mandi. Dia sangat panik dan teriak memanggil ibu nya minta pertolongan.

"Bu, ibu ka romy pingsan bu badan nya dingin. Ibu cepet kesini bu" teriak Jihan keras.

"Masyaallah romy, rom bangun" ibunya sedikit menampar nampar pipi romy yang terlihat sangat pucat.

"Jihan kamu keluar cari taksi, cepet nak" pinta ibu nya kepada Jihan.

"I iya bu" jihan berlari keluar.

5 menit kemudian Jihan datang dengan taksi yang tadi dipanggil nya. Segera membawa Romy masuk kedalam mobil dibantu supir taksi menuju rumah sakit.

"Kamu telfon ayah, suruh cepet nyusul ke rumah sakit" perintah ibu kepada Jihan.

Sesampainya dirumah sakit, Romy lamgsung dibawa ke UGD untuk diberi perawatan intensif. Saat romy dimasukkan ke ruang UGD ibu dan adiknya menunggu diluar sambil menangis.

Ibu memeluk Jihan dengan erat untuk meredakan tangisnya. Tidak lama ayah datang sambil berlari ke arah mereka.

''Gimana Romy? Dimana dia sekarang?" Tanya ayah panik kepada istri dam anak nya.

"Romy di dalam, yah" jawab ibu sambil menangis.

Sebagai lelaki, ayah sangat tidak tega melihat istri dan anak nya menangis. Kemudian dipeluk tubuh mereka seraya menenangkan kedua nya.

"Romy pasti baik baik aja, kalian gausah kawatir. Lebih baik kalian berdoa agar Romy cepat sembuh" ucap ayah sambil menenangkan.

15 menit kemudian dokter keluar langsung disusul oleh keluarga Romy.

"Dok, gimana keadaan anak saya?" Tanya ayah mencoba untuk tetap tenang.

"Keadaan Anak bapak cukup memprihatinkan,  penyakit nya mulai tersebar ke seluruh tubuhnya dan mungkin.." dokter tidak melanjutkan perkataan nya.

"Mungkin apa dok, lanjutkan perkataan dokter tadi" ibu mulai angkat bicara.

"Sebelumnya saya mohon maaf, saya bukan tuhan yang bisa menentukan segalanya. Tapi, mungkin umur anak bapak tidak lama lagi" ucap dokter terdunduk sambil mengelus pundak ayah Romy.

Tangisan Jihan mulai menjadi jadi, ia langsung masuk ke ruang dimana Romy dirawat. Disana Jihan melihat keadaan kakak nya yang sangat memprihatinkan.

Tubuhnya terdapat selang infus, dan mulutnya ditutupi alat bantu nafas.

Wajahnya sangat pucat pasi.

"Kak, kakak bangun jangan sakit terus kak.. aku kangen sama kakak, kakak bangun kak bangun" Jihan menangis, air mata nya mengalir dengan derasnya. sambil mengelus elus rambut kakak nya.

Tidak ada reaksi apapun dari tubuh Romy, Jihan tak henti hentinya mencium kening kakak nya sambil terus menangis.

Kedua orangtuanya yang melihat Jihan juga ikut menangis.

"Sudah nak, biarkan kakakmu istirahat dulu. Sudah ya jangan nangis" ayah menenangkan anak bungsu nya.

"Kasihan kakak yah, Jihan ga tega lihat kakak yang terus terusan sakit kaya gini." Jihan masih terus menangis.

"Ayah sama ibu juga ga tega lihat kakakmu tersiksa kaya gini, tapi mau gimana lagi. Ini sudah takdir Allah yang tidak bisa kita cegah" ayah mengusap rambut Romy sambil memandang wajah anak nya itu.

Ibu nya yang sedari tadi melihat keadaan Romy, hanya bisa terdiam sambil menangis.

Malam harinya Dika datang untuk menjenguk sahabat nya yang sejak SMP.

Dia sangat miris melihat sahabatnya yang tidak berdaya dikasur rumah sakit.

Dia hanya memandangi wajah Romy tanpa berkata satu patah katapun.

Apa yang harus dia bilang jika teman sekelasnya menanyakan keadaan Romy, apalagi kalau Anjani yang bertanya.

Dika tahu kalau sebenarnya Anjani juga suka pada Romy, sudah terlihat dari bahasa tubuh nya jika ia sedang berdua bersama Romy.

Stay With Me, PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang