PART 4

2.6K 55 1
                                        

Romy POV

Umurku saat ini menginjak 17 tahun dah aku duduk di bangku SMA kelas 2. Belakangan ini penyakitku sudah jarang kambuh, dan akhirnya aku memilih untuk tetap sekolah.

Teman temanku tidak ada yang mengetahui tentang penyakitku ini, kecuali satu orang sahabatku. Aku bersahabat dengan dia sejak SMP sampai sekarang. Nama nya Dika, aku sempat memintanya untuk menjauh dariku agar tidak ikut tertular oleh virusku. Namun dia menolak dan berkata "Rom, gue tulus temenan sama lu, gue ga mikirin tentang penyakit lu itu. Toh gue temenan nya sama lu bukan penyakitlu" sambil menepuk pundakku.

Disekolah kami mengikuti kegiatan excul musik, aku gitarris dan dika drummer. Dengan aku mengikuti kegiatan ini, aku bisa sejenak melupakan penyakitku.
Dika, dia memang sahabat terbaikku. Dia selalu mensupport aku untuk tidak menyerah melawan virus berbahaya ini. Dia juga seringkali menemaniku untuk control ke dokter. Dan disaat aku sedang terpuruk dia selalu datang untuk memberi semangat, tidak ada rasa jijik sedikitpun kepadaku. Tidak seperti orang orang sekitar yg selalu mengucilkanku.

"Bro, kita dipanggil ka Fahmi latihan buat pensi. Ayo cepet keburu dia ngamuk" sapa Dika yg seketika membuyarkan lamunanku.

"Sekarang nih, ayo deh" kami berjalan menuju ruangan dimana tempat kita biasa latihan.
Kami pun dengan serius memainkan alat musik yg kami pegang masing masing. Selain gitarris aku juga sebagai vocalis di Band ini.

Jam menunjukan angka 4 sore, tiba saatnya aku pulang kerumah. Aku pulang dengan mengendarai sepeda motor Honda Tiger ku, aku melaju dengan kecepatan normal.

Sesampainya aku dirumah, sudah ada kedua wanita cantik yg menyambutku. Ya, mereka ibu dan Jihan.

"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, kak ko baru pulang?" Tanya Jihan.
"Tadi kakak latihan dulu disekolah jadi pulangnya agak sore, kenapa kamu kangen ya sama kakak?"aku tersenyum jahil menatap Jihan yg sedang berdiri didepanku..

"Yee enggak tuh wlee" ejek Jihan sambil berlari menuju sofa tempat ibuku duduk. Walaupun sekarang Jihan sudah duduk di bangku kelas 2 SMP tapi sifat manja nya tidak berubah sedikitpun.
Aku mengejar Jihan lalu mengelitik perutnya sampai ia tertawa terbahak bahak.

"Kak, ampun hahaha ampun kak geli hahaha.. ibu tolongin bu hahaha" Jihan tidak berhenti tertawa.
"Hei udah udah, Romy kamu mandi sana jangan gangguin adikmu terus. Sana mandi udah bau asem tuh badan kamu" ejek ibu sambil menutup kedua hidungnya.

Mendengar ucapan ibu aku langsung mencium bajuku yg memang agak sedikit bau, sedikit yaa..
"Iya ihh kakak bau, sana mandi nanti aku guyur nih yaa" Jihan pun ikut ikutan menutup hidung nya.
Oke kali ini aku kalah..

"Cuma dikit doang ko bau nya, engga bau asem banget" ucapku membela diri.
"Sama aja bau bau juga kakak jelek"
"Yaudah kakak mandi deh, "
"Sana cepeettt Jihan muntah mau nih wuueekk" ledek jihan sambil berpura pura muntah.
"Lebay kamu dek, emang kakak sebau itu apa" aku mencubit hidungnya lalu berlari ke kamar mandi.
"Aaawwww kakak kebiasaan" teriak adikku dari ruang tengah.

Kurebahkan tubuhku di kasur, haahh bahagia nya aku mempunyai keluarga seperti ini. Kalau saja aku tidak penyakitan pasti aku akan lebih bahagia.
Tapi setidaknya aku harus tetap bersyukur pada Allah.

"Rom, ayo makan dulu tugas nya nanti disambung" teriak ibuku dari luar.
"Iya bu, nanggung satu soal lagi" sahutku.
Tiba tiba Jihan nyelonong masuk dan menghampiriku di meja belajar.
"Kakak ayo makan dulu, ibu sama ayah udah nungguin tuh" jihan menarik tanganku.

"Iyaiya, kakak nulis sampe sini lagi abis itu selesai. Sebentar yaa" jawabku sambil menunjuk tulisan yg ada di buku.
Setelah aku keluar kamar bersama Jihan, ayah dan ibu sudah menunggu di meja makan.

"Loh, kok belum pada makan.. maaf ya jadi nungguin aku nih" ucapku sambil menggaruk garuk kepalaku.
"Yaudah cepet sini makan, keburu dingin gaenak nanti" sahut ayah.

Sehabis makan kami langsung menuju ruang tv untuk menonton acara favorit keluargaku, acara Ini Talkshow. Setiap kami nonton acara ini, aku sekeluarga tidak henti hentinya tertawa.

Dan aku semakin merasakan kehangatan dalam keluargaku ini.

Stay With Me, PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang