PART 27

1.4K 39 0
                                    

 

Romy POV

 

Sudah kuduga penyakit sialan ini datang lagi. Aarrggh sakitt ya tuhaann. Aku duduk sambil menahan rasa sakit yang ada dikepalaku ini. Dari pagi badanku sudah tidak enak. Disaat aku memejamkan mata, seperti ada orang yang berdiri disampingku. Aku sempat kaget melihat Anjani yang tengah berdiri sambil bengong melihatku.

“Anjani, kamu sejak kapan disitu? Sini duduk” tanyaku langsung.

“ehh iya, aku kesini mau main aja udah lama ga kesini. Kamu, kamu apa kabar?” jawabnya.

“Iya, kalo kamu mau main kesini main aja silahkan gapapa. Aku, ya beginilah keadaan nya ga baik dan ga buruk juga. Kamu sendiri apa kabar? Gimana kuliah nya?” jujur aku sangat merindukanya. Ingin sekali aku memeluknya, tapi..

“Aku baik, kuliahku lancar tinggal 4 semester lagi.” Senyuman itu.

Aargghh aku sudah gak tahan, sakit sekali rasanya. Aku harus pergi, aku gak mau Anjani tahu keadaanku yang sekarang ini.

“Aku kebelakang sebentar.” Ucapku dan langsung berlari kebelakang.

“Rom, kamu kenapa?” tanyanya.

“Kamu, kamu pulang aja Anjani.” ucapku sambil terus menahan rasa sakit disekujur tubuhku ini.

“Engga, aku gabakal ninggalin kamu dalam keadaan seperti ini.” Ahh terserah aku sudah tidak bisa menahan nya.

Pandanganku mulai kabur, gelap, hitam.

****

Aku gak tau sudah berapa lama aku berada dirumah sakit ini. Kepalaku sangat berat, badanku juga semua terasa ngilu. Untuk membuka matapun sakit apalagi untuk bicara. saat ini aku sudah sadar, tapi mataku sangat susah untuk dibuka. Orang orangpun mengira aku belum siuman. Aku bisa mendengar suara mereka.

Terasa ada tangan yang mengelus rambutku lembut. Aku sudah bisa menebak bahwa ini adalah Anjani. dia bicara padaku sambil menangis, tolong jangan menangis sayang. Aku janji aku bakal sembuh.

“Romy, bangun sayang. Kamu pasti bisa ngelewatin semuanya, kamu udah janji sama aku kamu inget kan. Aku akan terus disini nemenin kamu.” Ucap Anjani sambil menangis.

“Anjani, tolong jangan menangis. Aku pasti akan sembuh, kamu tenang aja. Aku sayang kamu sampai kapanpun” batinku.

Akihrnya mataku bisa terbuka. Syukurlah.

“Romy, kamu udah sadar sayang, syukurlah.” Kata Anjani senang. Tapi aku masih belum kuat untuk bicara.

Aku berusaha melihat sekelilingku. Ada kedua orangtuaku, Jihan. Dan tentu saja Anjani.

“Kak, kak Romy kuat yaa. Kakak harus sembuh, Jihan gamau sendirian. Jihan sebentar lagi mau masuk SMA kak. Kakak harus sembuh yaa, kakak sayang Jihan kan?” ucap Jihan sambil menangis.

Ingin sekali aku bicara, kalau aku pasti akan sembuh agar mereka semua berhenti menangis. tapi mulut ini sangat susah digerakkan. Setelah aku berusaha, akhirnya semua tubuhku bisa digerakkan.

Aku langsung tersenyum ke arah Anjani dan Jihan, aku memberi tahu kepada mereka bahwa aku baik baik saja. Aku menatap lekat wajah Anjani dan memegang tangan nya.

“Aku mau kamu ada disini” ucapku setelah melepaskan masker oksigen yang aku pakai.

“Iya sayang, aku disini selalu disini” jawabnya lalu mencium tanganku.

‘’ Setelah ini apa yang akan kamu lakukan?” tanyaku.

“Maksud kamu apa Rom?”

“Seandainya aku pergi dan gak kembali. Apa yang akan kamu lakukan?”

“Kamu itu pasti sembuh, kamu sendiri yang udah janji sama aku kalo kamu itu bakalan sembuh.” Jawabnya.

 

Anjani POV

Aku tahu bahwa mustahil Romy akan sembuh, tapi tidak ada salahnya jika aku berharap Tuhan akan memberikan keajaiban untuknya. Romy pun kembali memejamkan matanya.

“Romy, tolong jangan pergi. Kamu itu rumah aku Rom tempat aku tinggal. Aku gak peduli dimana kita berada. Aku hanya peduli bahwa kita akan terus bersama sama. Aku akan melakukan apapun jika kamu tetap disini. Aku akan melalukan apa yang kamu mau.” Ucapku sambil menggenggam tangan Romy dan menciumnya.

“Aku mau kasih kabar ke Dika dan Risa yaa kalo kamu udah sadar. Nanti aku kesini lagi” Kataku.

Aku lalu keluar ruangan dan menghubungi Risa. Aku duduk dikursi sambil termenung, kenapa harus Romy? Tuhan, dia terlalu baik untuk mendapatkan semua ini. Aku mohon cabutlah penyakitnya tuhan.

Terlihat dari lorong Dika dan Risa sudah datang. Aku berlari dan langsung menangis dipelukan Risa. Dia mengelus punggung ku dengan lembut, sambil ikut menangis kecil.

“Kamu masuk duluan aja, aku mau nenangin Anjani dulu.” Perintahnya pada Dika.

“Risa, gue gakuat ris gue gakuat. Gue gamau kehilangan dia.” Ucapku masih menangis dengan kerasnya.

“Iya sayang, gue ngerti. Lu harus kuat yaa jangan lemah kaya gini. Kasian juga Romy sekarang dia Cuma butuh doa sama support dari kita. Jangan nangis lagi yaa, sekarang mau masuk ga? Gue mau liat keadaan dia.” Risa menenangkanku.

“Yaudah masuk aja, gue mau sendiri dulu.” Suruhku.

Aku masih tidak tega kalau masuk kedalam dan melihat Romy yang sedang tidak berdaya diatas kasur. Hatiku terasa sangat sakit jika melihatnya, terbayang masa masa indahku bersamanya. Dia sangat pandai menyembunyikan rasa sakitnya, dia selalu terlihat baik baik saja

Stay With Me, PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang