VOTE DULU DONG ⭐☺️
-happy reading-
Masih sama seperti hari kemarin keadaan Calista belum benar pulih. Masih sering rewel dan selalu ingin di dekat Arlan suaminya.
Padahal seharusnya hari ini Arlan sudah mulai belajar tentang perusahaan. Tapi tertunda sementara waktu karena Calista. Tidak apa-apa, contoh suami yang sayang istri begini kan.
Lalu saat ini calon mama papa muda ini sedang me time di atas ranjang. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.15 wib. Setelah sarapan Calista ingin rebahan lagi dan tentunya dengan suaminya.
"Aku mau bikin perjanjian!" Ungkap Calista tiba-tiba.
Saat ini posisi mereka saling berpelukan di atas ranjang. Begitu mesra dan hangat.
"Perjanjian apa, hm?" Sahut Arlan sambil mengelus punggung Calista.
"Mulai sekarang ga boleh pake gue-lo lagi! Ga baik tahu!"
Arlan terkekeh pelan," ga baik kenapa coba, biasanya gitu kan?"
"Ish! Ga baik tahu, soalnya udah ada dedek bayi di perut aku! Bahaya kalo dia dengar terus nanti pas udah lahir dia bilang gue-lo kan seremm!" Jelas Calista seraya bergidik di akhir kalimatnya.
Arlan semakin tergelak mendengar ucapan random istrinya. Mana ada bayi baru lahir langsung bisa ngomong kan? Dasar bumil tukang rewel ada-ada saja tingkahnya.
"Mau aku debat tapi kasihan! Ya udahlah nurut aja sama bocil!"
'dbukk!'
Suara Calista yang refleks meninju dada Arlan. Tidak terima karena dikatai bocil. Gila apa ya? Gini-gini Calista ikut andil supaya bocil di dunia ini tidak punah. Bibitnya sedang berkembang di dalam perutnya.
"Enak aja aku dibilang bocil ya?!"
"Maaf sayang, becanda ya Tuhan! Aduhh sakit loh ini dada mas!" Ucap Arlan berdrama sambil mengelus dadanya.
"Mas? Mas apaan? Kalo mas murni baru mau!" Balas Calista cengengesan.
"Dasar matre!"
"Heh! Dengerin ini ya?! Cuma lelaki miskin yang bilang cewek itu matre! Modal dong mas, jangan cuma ngomong doang! Ga mau rugi bilang bos!" Sarkas Calista mewakili suara hati para pembaca.
Arlan hanya bisa menatap cengo Calista. Benar-benar lolos sensor mulut istrinya itu.
"Istighfar Ta! Inget lagi hamil jangan bilang macem-macem! Apalagi ngehujat orang." Nasihat Arlan nada pasrah. Jujur sebagai lelaki jiwanya merasa tersentil. Ya walaupun dia bukan lelaki miskin ya! Catat baik-baik itu.
-•-
"Selamat pagi pak!"
"Hm. Apa jadwal saya hari ini?"
"Untuk hari ini bapak ada pertemuan dengan AtmaGraha Company di jam makan siang nanti," ucap sang sekretaris cantik itu.
"Dimana?! Kalau bicara yang jelas!" Sentak si bos.
"M-maaf pak! Tempatnya di gedung AtmaGraha tower satu, pak."
"Oke. Keluar!" Perintah otoriter si bos.
Sekretaris pun keluar dengan sopan dari ruangan bos nya itu.
"Peluang yang bagus. Kesempatan emas tidak selalu datang dua kali." Gumam si bos dengan tersenyum smirk.
Lalu kembali melanjutkan pekerjaannya fokus kepada laptop dan juga berkas-berkasnya.
-•-
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby of My Enemy [END ]
General FictionNOTE: PART 8 & 9 KE ACAK! TELITI KALO BACA! ••• Mereka bermusuhan, tapi dinikahkan. Perjodohan.... Itulah yang terjadi antara Arlan dan Calista, remaja berusia 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA. Ketika di pertemuan entah di sekolah atau di rum...