-• 6 •-

51.3K 4.9K 138
                                    

Vote nyaa ayo di pencet!! Kalian ga akan rugii cuma karena vote! Tekan ⭐ yaaa

-happy reading-

Beberapa Minggu kemudian....

Hari ini di kelas 12 IPS 3 sedang berjalan pelajaran matematika. Guru sedang menjelaskan dan menulis di papan tulis.

Tidak semua murid yang mendengarkan penjelasan guru. Apalagi anak laki-laki mereka ada yang tidur, bermain hp dan mengobrol.

Sementara itu Calista sedari tadi menunduk dengan tangan berpangku di meja. Kepalanya sedang pusing dan badannya terasa meriang. Padahal tadi waktu di rumah dia baik-baik saja.

Calista menghembuskan napas pelan lalu mendongak. Menggerakkan kepalanya pelan ke kanan dan kiri untuk mencoba rileks dengan tangan di leher.

Sedikit lebih baik setelah dia merenggangkan tubuhnya. Tapi tidak mengurangi pusing di kepalanya. Dia pun berputar ke belakang untuk mengambil botol minum di tas nya.

Dan hal itu mengundang tatapan manusia yang duduk di belakang Calista. Siapa lagi kalau bukan Arlan dan Bara.

Bara yang melihat lebih dulu menyenggol lengan Arlan dan mengode untuk melihat Calista.

"Kenapa?" Tanya Arlan pelan.

Sedangkan Calista dia berada di posisi serong ke kiri sambil meminum air perlahan.

"Godain jangan?" tanya Bara menaikturunkan alisnya sambil tersenyum.

Bukannya menjawab Arlan malah menatap Calista dengan menyelidik.

"Muka nya pucat ga sih?" tanya Arlan ragu.

Bara pun ikut meneliti wajah Calista, dan yaa. Sepertinya memang benar wajah Calista terlihat pucat tidak seperti biasanya.

"Iya bener. Bisa sakit juga tuh anak," ucap Bara dengan nada jenaka.

"Ck!" Decak Arlan, malah dia yang sangsi kepada Bara.

Sekarang Calista sudah kembali duduk menghadap depan. Tapi tangannya memijit pelan dahinya.

"Aduhh gue kenapa sih, ya Allah?" gumam Calista yang rasanya ingin menangis.

Dia menatap ke depan ke papan tulis. Mengerjab-ngerjabkan matanya pelan saat dia merasa tidak enak di perutnya. Tangannya pun langsung memegang perut.

Dalam hati Calista menangis, "gue pengen ke UKS  hiks...tapi gue gak kuat jalan sendirian...pengen bilang Bu guru tapi malu...mama tolongin Calista...hiks..."

Air matanya sudah menggenang di pelupuk mata siap untuk jatuh. Dan pertahanannya pun runtuh. Calista menangis pelan sambil menunduk.

"Hiks... sakittt...hiks...gue ga kuat...hikss... Mamaa...." racau Calista pelan, sangat pelan.

Arlan yang sedari tadi masih memperhatikan gerak-gerik Calista pun langsung sigap ketika mendengar tangisan gadis itu.

"Ta?! Lo kenapa hei?" Tanya Arlan dari belakang tapi dia berdiri mencondongkan tubuhnya ke depan.

Calista mendengar suara Arlan langsung menolehkan kepalanya.

Baby of My Enemy [END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang