Chapter 3

28 16 6
                                    

Chapter 3
"Seorang Anjing Penjaga Ratu"

Oh, ini belum berakhir?

Tawa gahar Mr. Arthur menggemakan seisi ruang makan yang redup dengan penerangan minim. Akibat dari peluru yang ditembakkan beruntun beberapa saat yang lalu, ada saja yang tersasar tak mengenai target dan malah mengenai benda sekitar termasuk lilin.

Tubuh Andra kotor bernodakan cairan merah kental terkulai di atas meja. Kelopak matanya tak tertutup dengan bola matanya mengecil. Mr. Arthur sudah keluar dari bawah meja sejak suara tembakan sirna dari indera pendengarannya. Ia menepuk tangan sekali lalu menari-nari kecil sembari melanjutkan tawanya. Mr. Arthur menghampiri Andra ditengah tariannya, dengan kasar ia menjambak rambut Andra dan menariknya hingga wajah berlumuran darah itu menghadapnya, tangannya yang lain memeriksa nadi karotis dan pernafasan Andra. Tak peduli dengan darah yang mengotori tangannya, asal kedua itu lenyap, maka kemenangannya dapat dideklarasikan.

"Asal kau dapat mengontrol bidakmu katamu? Kau itu bodoh atau apa, hah, Windsor?" Mr. Arthur mencemooh.

"Dari pengamatanku sejak aku datang ke manor ini, penjagaanmu sangat longgar dan kau hanya bergantung pada satu pelayan wanitamu. Kau salah mengendalikan bidak tak berguna sepertinya!" gertak Mr. Arthur lalu membanting tubuh Andra ke atas meja.

Suara ketukan pada pintu terdengar tak lama kemudian. Mr. Arthur menoleh untuk melihat daun pintu tersebut terbuka oleh seorang pelayan yang baru saja disebutkannya. Pelayan itu, Irene, masuk ke ruang makan sambil mendorong troli dengan dessert. Ia tersentak kecil begitu melihat Mr. Arthur tidak lagi duduk di kursinya. Ketika Irene hendak bertanya, ia dibuat terhenyak begitu tubuhnya tiba-tiba dituntun untuk berdansa dengan Mr. Arthur. Beruntung reflek Irene tajam. Jika saja ia salah langkah, bisa-bisa ia akan menginjak kaki Mr. Arthur dan keduanya jatuh bersamaan, dan ia tak sudi terjatuh dengan lelaki lain.

"A-apa yang anda lakukan, Mister?" tanya Irene.

Mr. Arthur pun menghentikan langkahnya. Ia tersenyum lebar memamerkan deretan gigi.

"Apa kau membawakan kami makanan penutup, nona pelayan?" Mr. Arthur balik bertanya.

Lalu Irene mengiyakan. Tanggapan tersebut membuat perut Mr. Arthur terasa geli ingin tertawa kembali. Semula genggamannya berada pada tangan dan pinggang Irene telah dijauhkan. Irene mengambil saat itu untuk membuat jarak antaranya dan Mr. Arthur.

Kemudian Mr. Arthur meregangkan tangannya dan berkata, "aku sudah mendapatkan makanan penutupku, nona."

Irene mengeryit bingung, lalu ia bertanya, "makanan penutup apa yang anda maksud?"

"Lenyapnya direktur Windsor Corp.," jawab Mr. Arthur cepat dan kembali menyeringai sembari menunjuk ke arah meja.

"Nona, majikanmu adalah direktur dari perusahaan itu, 'kan? Lihatlah, dia telah terbaring tak berdaya di atas meja sana. Tubuhnya berlubang banyak dan bernodakan darah. Ia lenyap. Sainganku telah musnah!" tambah Mr. Arthur berseru girang.

Atensi Irene mengikuti arah yang ditunjukkan Mr. Arthur. Cukup lama ia menatap objek yang dituju tersebut, sampai kedua matanya terpejam dan menghela nafas pelan. Irene melangkah menghampiri tubuh Andra. Reaksi biasa yang ditampilkan tersebut membuat Mr. Arthur mengeryit. Begitu tubuhnya berbalik mengikuti arah yang Irene tuju, ia terhenyak melihat ruang makan itu kembali mendapatkan penerangannya seperti semula.

Kemudian, perhatiannya terkunci pada benda sekitar dan meja makan. Seolah waktu terulang kembali, semuanya tertata rapi pada tempatnya dan tak bernoda merah. Atau memang tidak ada hal seperti itu terjadi? Dilihatnya tubuh Andra masih dengan posisi terkulai di atas meja, yang berbeda hanya tak ada darah menyelimutinya. Mr. Arthur berlari kecil ikut menghampiri tubuh Andra. Sekali lagi atensinya menelusur, didapatinya tak ada satu pun lubang di tubuh itu. Mr. Arthur dibuat tersentak.

Misery FeuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang