Chapter 12
"Terinfeksi dan Seorang Anak Laki-Laki"∞
Di dalam sebuah hutan, suara hentakkan kaki berlari telah memenuhi kesunyian alam tersebut. Entah mereka berasal dari mana, banyak sekali orang dewasa yang nampak sedang mengejar seorang anak laki-laki di depan mereka.
"Tuan Muda berhentilah!" titah salah seorang dari para pengejar itu.
Anak tersebut menoleh ke belakang untuk melihat mereka yang sudah tertinggal cukup jauh. Karena perhatiannya yang teralih itu, seketika tubuhnya hilang keseimbangan dan berakhir terjatuh tanpa tersandung. Anak itu meringis sakit seraya bangun berdiri kembali. Begitu selangkah maju ia ambil, tiba-tiba rasa nyeri seperti ditusuk menyerang bagian lutut kirinya. Ia menyentuh area sekitar nyeri dan meringis melihat adanya luka lecet dan mengeluarkan sedikit darah.
"Tuan Muda!"
Pekikkan itu membuat si anak laki-laki tersentak. Kemudian, ia memaksakan kedua kakinya untuk tetap berlari dan persetan dengan rasa nyeri di lututnya. Terkumpul bulir air mata di sudut matanya karena memaksakan tetap melangkah dengan kondisinya sekarang.
"Tolong berhentilah mengejarku!" seru anak laki-laki itu.
∞
Kelopak matanya dibuka paksa. Netra biru laut itu muncul kembali dari kelopak yang melindunginya dari cahaya. Kepulan uap putih keluar di setiap hembusan nafasnya. Andra terbangun dengan kondisi terkejut dan nafas tak teratur. Kemudian, ia mengambil posisi duduk untuk menenangkan dirinya, lalu ia memijat pangkal hidungnya untuk meredakan pusing akibat bangun secara tiba-tiba.
Decitan engsel ketika pintu terbuka telah menarik perhatian Andra. Terlihat Irene memasuki kamar Andra dan terkejut melihat si Tuan Muda sudah bangun sebelum dibangunkannya.
"Oh, Tuan Muda. Tidak biasanya, ya," ucap Irene sambil berjalan mendekati jendela untuk membuka hordeng.
"Tubuhku terasa sakit. Mungkin itu yang membuatku terbangun," kata Andra, nampak ia sedang memukul pelan bahunya yang terasa kaku itu.
"Jangan dipukul seperti itu, Tuan Muda," ujar Irene, lalu Andra pun menghentikan pukulannya.
Irene menghampiri Andra dan meminta tuannya itu untuk berbalik membelakanginya. Andra pun menuruti. Setelah dia mengubah posisi yang dipinta, Irene mulai memberikan pijatan lembut pada kedua bahu Andra. Si Tuan Muda memejamkan matanya mulai menikmati pijatan tersebut.
"Hari ini saya membuatkan sachertorte. Apa anda ingin minum teh pagi hari juga?" tanya Irene menawar.
"Sudah menjadi cara para bangsawan mengawali paginya dengan segelas teh," jawab Andra.
"Tapi, sepertinya aku ingin segelas air putih saja," lanjutnya.
Kedua alis Irene menaik heran. Terdengar aneh karena Andra biasanya akan meminta jenis minuman lain selain air putih ketika sedang tidak menginginkan teh. Meskipun begitu, perintahnya itu telak. Irene berucap paham, lalu menghentikan pijatannya dan beranjak keluar dari kamar Andra.
Setelah kepergian Irene pun, Andra masih saja duduk diam di tepi ranjangnya. Ia memegangi leher belakangnya yang masih terdapat bekas luka robek. Sudah empat hari berlalu sejak insiden di Ross Company, Greenwich.
Sepulangnya ia ke London, Irene menyarankannya untuk memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui cairan apa yang disuntikkan padanya saat itu. Namun, hasil yang didapat tidak seperti yang ditakutkan. Hasil laboratorium yang tertulis tidak menunjukkan sesuatu yang berbahaya. Trombosit, hemoglobin, dan komponen darah lainnya dalam angka normal. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan lagi, tetapi kegelisahan selalu menggerayangi pikiran Andra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misery Feu
Teen Fiction(Akan dialihkan ke akun lain) Sebagai Earl, sudah menjadi tugas Diandra Middleton Windsor setelah merangkap gelar sebagai Queen's Watchdog untuk mengusir kegundahan Ratu Inggris meski harus terjun menuju gelapnya dunia bawah. Kisah ini tidak hanya m...