Chapter 8
"Pergi ke Greenwich"∞
Keesokan paginya, sebuah kereta kuda datang ke mansion Windsor. Seorang kusir yang membawa kereta tersebut tengah berbincang dengan Adorjan yang menyambutnya di pintu masuk, sampai suara tapak kaki menginterupsi obrolan mereka. Ternyata Andra yang menghampiri Adorjan dan si kusir, diikuti Irene, Elvina dan pelayannya.
Si kusir membungkuk hormat pada Andra lalu berucap, "selamat pagi, Earl Windsor. Saya datang atas permintaan anda untuk menjemput Lady Elvina."
Andra mengangguk. "Begitu. Mohon bantuannya," ujarnya.
Sementara di belakang Andra, Elvina nampak tak bergeming dengan wajah pucat dan bahu bergetar. Daela yang pertama kali menyadarinya pun terhenyak, lalu ia memegang kedua bahu Elvina dari belakang dan menggoyangkannya pelan.
"Nona Muda! Anda kenapa?" seru Daela telah membuat seluruh atensi yang ada di sekitarnya tertuju pada seruan tersebut.
Kemudian Elvina menjawab, "ti-tidak apa-apa. Aku hanya... A-Ayah pasti akan me-memarahiku." Ia tergagap.
'Kau baru menyadarinya sekarang?' Irene membatin sambil memerhatikan Elvina dengan ekspresi datar lalu menghela nafas.
"Sudah menjadi konsekuensinya, 'kan?" tanya Irene sambil menyeringai jahil.
"Kakak bukannya menenangkanku malah membuatku makin ciut," gerutu Elvina, dan malah mendapat juluran lidah dari Irene sehingga terjadi adu mulut antara kakak adik itu.
Andra kembali terkekeh melihat interaksi itu. Kemudian, ia merogoh saku blazernya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Lalu ia menghampiri Elvina sehingga pertengkaran yang terjadi pun terhenti. Andra meminta Elvina untuk mengulurkan tangannya. Yang dipinta pun mengerjap bingung walau tetap ia melakukan seperti yang dipinta. Iris merah muda itu terbelalak begitu Andra melingkarkan sesuatu di pergelangan tangannya. Sebuah gelang flora berbandul kelinci.
"Tu- maksudku Andra, itu...," ucap Irene.
Andra menoleh ke arah Irene dan tersenyum. "Apa ini terlihat bagus? Wanita suka perhiasan sebagai hadiah, 'kan?" tanyanya.
Irene nampak terdiam sejenak memerhatikan gelang itu, lalu ia memejamkan mata dan menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.
Andra menoleh lagi ke arah Elvina dan berkata, "tenang saja, ayahmu tidak akan marah jika kau menunjukkan ini padanya."
Elvina mengerjap. "Benarkah?" tanyanya memastikan.
"Yep. Anggap saja ini jimat keberuntunganmu," ujar Andra.
Bibir Elvina kembali membentuk sebuah lengkungan manis. Ia mengangguk kencang dan menerjang Andra dalam dekapannya.
"Terimakasih banyak, Kakak ipar!" seru Elvina girang, hingga membuat semburat merah mewarnai kedua pipi Andra, lalu ia memalingkan wajah malunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misery Feu
Teen Fiction(Akan dialihkan ke akun lain) Sebagai Earl, sudah menjadi tugas Diandra Middleton Windsor setelah merangkap gelar sebagai Queen's Watchdog untuk mengusir kegundahan Ratu Inggris meski harus terjun menuju gelapnya dunia bawah. Kisah ini tidak hanya m...